Eight

529 10 3
                                    

"Kamu sih susah banget dibilangin. Kek gini kan jadinya", omel Rizky yang kini sudah berada di kamar Raya.

Raya menghebuskan nafasnya kasar, "Aku lagi yang disalahin, " kesalnya.
Kemudian ia menarik selimut dan bersandar dikepala tempat tidur sambil menatap ke luar jendela kamarnya.

Lalu disusul Rizky yang tadi mengomelinya, "Tadi siapa yang nganterin kamu pulang?" tanyanya.

"Abang sama temen."

Rizky cengo mendengar jawaban dari Raya. Tak biasanya ia seperti ini. Mungkin efek lelah, pikirnya.
Ia kemudian berjalan menuju ke sisi Raya.

Tampak wajahnya begitu khawatir dengan kondisi sahabatnya itu, "Yaudah kamu istirahat yang cukup ya, nanti aku kesini lagi. Aku harus ngurusi paspor untuk ke Korea" pamit Rizky lembut seraya mengelus pucuk kepala Raya.

Senyum manis tersungging dibibir kecil Raya sambil memberi anggukan kecil "Makasih ya udah mau kesini", ucapnya.

Rizky tersenyum lalu pergi. Raya sebenarnya menyayangi Rizky tapi hanya sekedar sayang sebagai sahabat, tapi tidak tau dengan Rizky sendiri.

Raya menghela nafas lembut. Ia melirik ke arah jam dinding Panda nya, 11.30. Masih panjang waktu buat tidur, pikirnya. Badannya serasa remuk akibat lari 10 keliling di sekolah tadi, ia merasa jera akibat ulahnya bersama Mumun tadi malam.

Mata bulat Raya pun terpejam seiring dengan detakan jam dinding Pandanya.

~~

"Lo lagi ngapain disini?" suara seorang laki-laki mengagetkan Raya yang sedang menyiram tanaman didepan rumahnya.

Seketika mata bulat Raya langsung mencari keberadaan orang tersebut yang sudah berjalan ke arah Raya. Ia mengernyitkan dahinya, siapa sih ini orang? Main masuk-masuk aja tanpa ngucap salam, Raya membatin.

"Waalaikumsalam", sindir Raya.
Laki-laki itu menampakkan jajaran gigi kuningnya, eh putih maksudnya wkwk "hehe, iya. Assalamu'alaikum Ray". "Iya, waalaikumsalam".

Laki-laki itu kembali tersenyum dengan menawannya sehingga membuat jantung Raya berdegup kencang. Entah mengapa Raya merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Ia seperti merasakan kalau laki-laki itu sangatlah tidak asing baginya. Raya seperti pernah melihat laki-laki itu tapi ntah dimana.

Raya berusaha untuk mengingat wajah laki-laki yang diam mematung didepannya kemudian memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.

~~

"Bang Riko?"

Riko yang baru saja meletakkan makan siang Raya langsung memalingkan wajahnya kearah Raya yang sudah terbangun dari tidurnya. "Udah enakan?" tanya Riko agak khawatir. Raya mengangguk pelan "Gue tadi mimpi bang tapi mimpinya aneh."

"Mimpi apaan?" tanya Riko penasaran. Raya sejenak terdiam. Ia berusaha kembali mengingat mimpinya tadi, tapi yang ia ingat hanyalah seorang laki-laki yang menghampirinya dipekarangan rumah.

"Kepala gue." rintih Raya sambil memegangi kepalanya.

Wajah Riko langsung terlihat cemas, ia langsung memegangi tubuh Raya "Lo kenapa? Udah nanti aja ceritanya" Riko khawatir melihat adiknya yang sedang lemah sekarang. Ia mengambil makanan yang dibawa tadi "Makan dulu nih, udah abang siapin" ucap Riko seraya memberikan piring berisi nasi beserta lauk pauknya. "Atau mau disuapin?" lanjutnya lagi.

Raya menggelengkan kepalanya sambil mengambil piring dari tangan Riko "biar Raya sendiri aja bang." Riko menghela nafasnya pelan diiringi dengan tangannya mengelus pucuk kepala Raya.

"Yaudah gue balik ke kamar dulu, lo istrahat yang bener ya. Jangan ngeyel." Pinta Riko sambil berlalu meninggalkan Raya

Raya termenung memikirkan mimpi yang tadi sangat tidak jelas. Ia seakan-akan pernah bertemu dengan orang yang ada dalam mimpi tersebut. Raya merasa orang itu pernah hadir di dalam hidupnya dan mengubah segalanya.

"Bichi naneun SOLO!! Sololololo, bichi naneun SOLO!!"(Dering handphone ya)

Suara dering handphone Raya menggema diseluruh penjuru kamar Raya. Ah elah, siapa sih udah Maghrib gini baru mau nelpon. Batin Raya kesal.

"Ray?! Lo ga apa-apa kan?!"
"Waalaikumsalam."
"Eh iya Assalamualaikum. Saking khawatir nya gue Ray hehe."
"Alay lo, gue ga apa-apa kali. Sans dongg."
"Besok lo sekolah dong?"
"Iya gue sekolah. Bawel banget lo ya."
"Ohh Alhamdulillah kalo gitu, eh udah ya pulsa gue mau habis. Byee Rayyy!"

Tuuutttt.

Mumun pun mematikan telpon itu secara sepihak. Kan dia make WhatsApp, ngapain pulsa dia yang habis? Pikir Raya.









Assalamualaikum, Hai haiii semuaaa! Rahmah balik lagii sambil bawa Rey dan Rayaa yang udah lama banget vakum wkwk. Kalian semua nungguin ya? Atau ngga kali yaa haha. Maaf ya lama gantungin kaliann. Semoga kalian terus mantengin Rey dan Raya yaa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rey & Raya [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang