Berubah

22 7 0
                                    

Bertamu dengan tiba-tiba
Dan tak pernah terduga
(Unknown)

***


Bau apa ini? Sepertinya bau ini tak asing di hidungku. Sebentar, siapa pria tinggi disana? Raganya tak terlihat jelas karena tertutup oleh ribuan kabut hitam. Langkah demi langkah aku menghampiri pria itu. Ternyata itu papah! Anehnya kenapa Papah semakin menjauhiku? Angin berdesis kencang. Tepat dibelakang tubuh Papah ada sebuah pesawat ingin melintas. Pesawat itu menghantam tubuh Papah hingga hancur. Aku berteriak kencang. Pesawat itu menghampiriku dan....

"PAPAAAAH!!" teriakku seketika langsung terbangun dari mimpi buruk itu.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Mamah tampak panik mendengarku berteriak kencang.

"Aku mimpi Papah.." jawabku lalu segera memeluk Mamah dan menangis.

Kepergian Papah memang belum lama. Masih teringat dalam pikiran. Mimpi-mimpi bodoh bermunculan dengan menampilkan wujud Papah setiap harinya. Kerinduan dalam hati ini memang tak bisa dibohongi.

***

Sejak kejadian pagi hari tadi, aku tak bersemangat untuk kesekolah. Sebaiknya aku tak masuk sekolah hari ini.

"Heh, kenapa muter balik?" tanya Radit yang tiba-tiba ada.

"Loh, Radit!" aku cukup terkejut melihat Radit melewati daerah rumahku. Tak biasanya dia seperti ini.

"Yee ditanya juga." Radit memukul kepalaku dengan pelan.

"Duh, sakit!" akupun segera menepis tangan Radit.

"Kuy berangkat. Mau ikut ga?" tanya Radit menawarkan tumpangan.

"Gue mau balik ajalah. Pusing." jawabku tampak lemas.

"Sekarang ulangan mtk! Lo mau susulan?" ujar Radit tampak sewot.

"Lemes banget gue." ucapku semakin tak berdaya ini.

"Percuma gue lewat sini. Siasia." Radit pun menyalakan sepeda motornya.

"Maksud lo?" tanyaku tampak sedikit geer.

"Mau ikut ga? Cepet keburu telat!" ajak Radit tampak seperti biasa, yaps cuek sekali.

Walaupun kecuekan dia masih tertanam hingga kini. Tapi ada yang telah berubah dari sisi Radit hari ini. Perhatiannya amat manis walaupun dengan kelakuan yang cukup bengis.

***

"Gimana ini??" aku tampak panik kebingungan.

"Kenapa?" tanya Radit.

"Gue belum belajar!!!!" jawabku panik.

"Halah, ntar juga nilai lo paling tinggi. Basi." ujar Radit yang langsung masuk kelas tanpa mengajakku.

Semakin bengis semakin manis. Radit radit.. Lucu sekali sikap kamu ini.

"Tumben dateng pagi." ujar Sonia meledek.

"Aku berangkat bareng Radit." bisikku kepada Sonia.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang