Laa Tahzan

1

Hari ini mereka resmi pindah kerumah yg baru, Nanda dan keluarganya sibuk untuk membereskan dan mendekor rumah baru mereka di bantu oleh teman teman Nares, abang Nanda.

Nanda yg sudah kelelahan memilih untuk duduk di kursi teras dan meminum minuman yg tadi bundanya siapkan, sambil melihat abangnya dan teman teman abangnya yg sibuk membantu mengangkut barang barang ke dalam rumah, cukup banyak, dan cukup melelahkan,

"Bantuin woi, enak enak kan aja minum sendiri disini, berasa ratu ya,"
Ucap salah seorang teman Nares yg melihat Nanda sedang duduk dan meminum minumannya.

"Gk ah capek, lagian kan udah ada bang yudha, santai dikit gk papa kali, udah sono kerja lagi, jangan ganggu"
Ucap Nanda sambil memperagakan gestur mengusir dengan tangannya.
Yudha yg melihat itu hanya melengos sambil kembali mengangkut barang untuk di bawa ke dalam sambil menggerutu.

"Kerja Rodi ini mah, kerja iyah, diupah kagak yg ada kena omel sama ndoro kanjeng mas Nares."

Nanda yg mendengarnya hanya terkekeh, lalu mulai memperhatikan Rumah yg akan ia dan keluarganya tempati, Rumah dengan dua lantai itu terkesan simpel, namun tetap elegan, tembok rumah yg berwarna biru muda, memberikan kesan hangat dan cerah disaat yg bersamaan, taman depan rumah yg akan ibu tanami tanaman karna bunda suka sekali berkebun, garasi di samping rumah yg cukup untuk satu mobil dan dan dua motor, Rumah ini juga memiliki halaman belakang yg rencananya akan di buat taman dan tempat bersantai dengan kursi kursi kayu karna halamannya cukup luas

bagian dalam rumah pun cukup membuatnya nyaman untuk tinggal disana, Nanda memilih menempati kamar dengan balkon yg menghadap ke balkon milik kamar rumah tetangganya. Entah itu kamar siapa dia tidak peduli, jika yg memiliki kamar itu perempuan, ia pasti akan menjadikan orang itu sebagai temannya.

Nanda mulai memperhatikan rumah sebelah rumahnya, Rumah itu sangat bagus menurutnya, memiliki dua lantai juga, namun rumah itu terkesan lebih besar dari rumah yg ia tempati sekarang.

Nanda pun berjalan masuk kedalam rumah dan bertemu dengan Davin adik lelakinya,

"Vin, liat bunda gk?"
Tanyanya kepada Davin

"Ada itu lagi di dapur, lagi bikin minuman buat temen temennya abang,"
Ucap Davin yg buru buru ingin melangkah keluar

"Oh, kamu mau kemana, kok buru buru gitu,"

"Mau kerumah sebelah, udah ya Davin buru buru"

Nanda yg melihat Davin berlari hanya menggelengkan kepalanya pelan dan langsung melangkah ke arah dapur, sesampainya di dapur Nanda memeluk Mira dengan erat

Mira yg di peluk terkejut dengan tingkah putrinya, lalu mengelus kepala putrinya, setelah ia selesai membuat minuman, ia melepas pelukan putrinya dan membalik badannya menghadap putrinya itu.

"Kok tumben peluk bunda, kenapa? Kamu gk betah sama Rumah ini?"
Tanya mira kepada putrinya.

"hehe, Emangnya gk boleh nanda peluk bunda?"

"Yaaa boleh dong, masa gk boleh uuu kamu ini bikin bunda gemes ya, lagian tumben tumbenan kamu meluk bunda, ada apa?"
Nanda yg di tatap bundanya hanya menunduk lalu mengangkat kembali kepalanya lalu tersenyum kepada bunda nya dan menggeleng.

"Enggak papa kok bun, Nanda betah kok dirumah ini, Nanda cuma ngerasa kurang sama... Kehadiran ayah. Pasti kalo ayah masih sama kita, kita bakal lebih semangat dari ini, Nanda kangen sama ayah bun"
Ucap Nanda kepada Mira sambil meneteskan air mata, lalu menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Mira, Mira balas memeluknya erat sambil mengusap usap kepala putrinya.

"Udah dong sayang, jangan nangis lagi, Ayah pasti udah bahagia disisi Allah, kita sebagai manusia cuma bisa sabar, dan tawakal. Berdo'a sama Allah, kirim Do'a buat ayah, itu yg ayah butuhin sekarang, kalo kamu sedih begini, Ayah juga pasti bakal sedih, percaya gk ayah bisa lihat kita dari atas sana, udah jangan nangis lagi ya, inget, laa tahzan, innallaha ma'ana, innallaha ma'ashobirin, jangan bersedih, Allah selalu bersama kita, Allah selalu bersama orang orang yg sabar."
Ucap mira setelah itu ia melepas pelukan nya dan mengusap wajah putrinya yg berlinang air mata.