Langit kelabu kembali menemani kesendirianku, entahlah, kesendirian adalah kenyamanan tersendiri untukku, aku tak merasa kesepian, hanya saja, aku memang lebih menyukai kesendirian dari pada keramaian,Seolah olah, ditengah keramaian, aku akan menjadi satu satunya orang yang aneh dan berbeda.
Tiba tiba dering ponsel mengagetkanku dari lamunan panjang ku, aku pun meraih ponsel ku dan melihat siapa yang memanggilku.
Kiki.
"Assalamu'alaikum Nda"
"Wa'alaikumsalam ki, tumben nelfon"
"Iya nih Nda, ke caffe nya mas Janu dong Nda, kita lagi ngumpul disini nih, rame, ada mas Daniel juga hehe"
Aku berdecak pelan, kenapa sih harus ngomongin orang itu lagi.
"Sorry to say dear, aku lagi gak bisa, aku mau bantuin toko kue nya bunda, semenjak opening, langsung rame, udah gitu pegawainya belom begitu banyak,"ucapkan yang sudah beranjak dari balkon dan sedang memilih baju untuk ku kenakan.
"Oh, jadi bunda kamu udah buka toko kue nya, sejak kapan kok aku ndak tau?"
"Kamunya gak nanya,dari satu bulan yang lalu sih, tapi alhamdulillah gak pernah sepi, soalnya, selain toko kue konsepnya di bikin kayak cafe gitu, jadi banyak anak muda yang nongkrong, terus letaknya juga gak jauh dari sekolah menengah, enak deh, kapan kapan kamu kesana ya, aku traktir deh"
"Wih selamat ya, ih makasih loh udah ditawarin, yaudah nanti aku kesana, Assalamualaikum cinta"
"Wa'alaikumsalam warrahmatullah.."
Aku pun meletakan ponsel ku di tas dan menatap tampilan ku depan cermin,
Gamis motif bunga bunga kecil berwarna biru muda, juga jilbab polos dengan warna senada membuat ku terlihat lebih fresh, tak menunggu waktu lama aku pun segera pergi ke toko kue bunda.
^^^^^^^^
Sesampainya disana, ternyata pengunjung yang datang makin ramai dari hari ke hari,
"Din, bunda mana?" Tanyaku pada adin, pekerja sambilan yang bekerja disini, ngomong ngomong, ia masih 17 tahun, dan masih duduk di bangku SMA, saat ditanya alasan kenapa pengen kerja disini?, alasannya bikin aku sempet nangis, katanya dia mau bantuin ibunya, ibunya lagi sakit dan dia mau bantuin biaya pengobatan ibunya, ayahnya sudah lama meninggal dan Adin ini putri sulung dari tiga bersaudara, jadi dia harus menghidupi 2 adiknya juga yang masih duduk di bangku sd dan smp. Benar benar sosok yang tangguh dan mandiri.
"Eh ada mbak Nanda, Bunda lagi keluar sebentar mbak, nanti sebentar lagi juga balik lagi," aku hanya mengangguk mendengarnya, aku pun memilih menaruh tas diruangan bunda dan kembali keluar membantu pegawai yang kewalahan mengatasi pengunjung yang kian membeludak.
"Mas Ari" Sapa ku pada pegawai tetap disini, namanya Ariyanto, tapi gak pengen dipanggil yanto, katanya lebih keren di panggil Ari, heleh, sama aja sih ya kataku.
"Eh ada bidadari jatuh dari kahyangan"
"Mimi peri dong" hehehe
"Diiii, enggaklah, kalo yang didepan mas mah seratus persen bidadari asli"
"Bisa aja, rame banget ya mas toko nya,"
"Iya Alhamdulillah, berkat kolaborasi sama cafe jadi enak deh tempat buat sekedar nongkrong atau mau icip icip kue bikinan chef Mira,"
"Hahaha, yaudah aku boleh bantuin kan,"
"Oh boleh dong, masih inget yang mas ajarin kan,"
"Oh masih dong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laa Tahzan
RomanceLaa tahzan inallaha ma'ana, innallaha ma'ashobirin, jangan bersedih, Allah selalu bersama kita, Allah selalu bersama orang orang yg sabar, Siapa yg tau dengan skenario Allah,Wallahu 'alam. Hidup ibarat Film, dimana kita sendiri yg menjadi pemeran u...