6. Sama saja!

3.6K 458 94
                                    

Marhabahan yaa Ramadhan bagi yang menjalankan. Selamat berpuasa 😇 Selamat membaca!

Jangan lupa vote ⭐️

Nina merentangkan kedua tangan sembari menghirup udara pagi yang masih terasa segar. Peralahan Nina mengangkat sepasang kelopak matanya lalu menatap ke arah jendela yang gordennya bergerak-gerak tertiup oleh hembusan angin. Nina mengukir senyum lebarnya. Tidurnya tiap malam kini begitu nyenyak. Bagaimana tidak, Denis sudah bersedia menikah dengannya. Impian terbesarnya sebentar lagi akan jadi kenyataan.

Nina beranjak dari tempat tidur king size nya yang bersepraikan bunga teratai berlatar belakang pink pastel. Sebelum melangkah ke kamar mandi, Nina meraih ponselnya di atas meja rias. Diketiknya pesan singkat untuk Denis kemudian ditekannya tombol send pada layar.

Nina pun meneruskan langkahnya memasuki kamar mandi sambil bersenandung riang.

Sementara itu di tempat lain, Denis mengumpat kesal setelah membaca pesan singkat dari Nina. Dasar, gadis ingusan menyebalkan!

"Nanti siang jangan lupa foto prewed terakhir kita. Cium jauh Kak Denis ku sayang mwahh!"

Denis melempar asal ponselnya ke atas tempat tidur, lalu duduk di tepinya sambil menyugar rambut dan berulang kali menghembuskan napas kuat-kuat. Nina benar-benar gadis ingusan yang licik, punya seribu satu cara untuk mendapatkannya. Denis salah, harusnya ia tak anggap remeh pada gadis itu yang akhirnya ia harus berakhir dengan menikahinya.

Ini benar-benar gila! Sebentar lagi ia akan menikahi Nina. Sah di mata Tuhan dan hukum negara. Denis tak mungkin mempermainkan suatu pernikahan. Tapi, Denis tak memiliki rasa apa pun pada Nina. Akan seperti apa jadinya kehidupan rumah tangga mereka nanti?

Denis mengela napas berat. Ia menginginkan sosok wanita dewasa yang mampu mengimbanginya yang berpikiran dewasa dan mantap menatap ke depan. Bukan gadis kecil yang penuh dengan drama serta khayalan dan mimpi-mimpi konyolnya. Nina menginginkan pesta pernikahan ala Negri Dongeng, sementara Denis... pria itu menggelengkan kepalanya. Tak ada satu pun konsep pesta pernikahan di benaknya. Hanya saja, dari situ ia bisa menilai jarak antara dunianya dan Nina begitu jauh.

Denis tak menjamin pernikahan itu akan bertahan selamanya. Denis merasa ini akan sia-sia saja. Ia tak akan pernah bisa menyukai apalagi mencintai Nina, karena hati Denis sudah lama dimiliki oleh wanita lain. Satu-satunya wanita yang pernah memasuki relung hatinya yang terdalam.

Wanita itu.. dan akan selalu wanita itu.

Denis menyentuh kedua sudut matanya yang berair. Denis tersenyum miris. Kisah cintanya begitu menyedihkan. Membuatnya terkunci di satu titik dan hanya menunggu yang tak pasti.

***

Nina mengerucutkan bibir dengan alis menyatu duduk di kursi tunggu depan ruangan Denis, tepat di samping meja kerja Tiwi. Sejak ia datang kemari pintu ruangan Denis sudah terkunci dan kata si Tiwi itu sengaja dikunci oleh Denis agar ia tak masuk. Yang benar saja!

Nina menoleh ke samping, dilayangkannya tatapan penuh tuduhan pada Tiwi. "Ngaku aja, kamu yang kunci pintunya kan?" Nina yakin itu ulah Tiwi yang tak terima kalau sebentar lagi ia akan jadi Nyonya Denis.

Tiwi tersenyum mengejek. "Maaf ya Dek, itu atas keinginan Pak Denis sendiri. Katanya calon istri, kok nggak boleh masuk sih?" sindir Tiwi.

Nina menggeram kesal. Lalu ia bangkit dan berjalan cepat menghampiri Tiwi di mejanya. "Kenapa, cemburu yah? Kasian deh! Yang sampai rencanain hal kotor untuk ngikat Kak Denis malah gagal. Buktinya aku nih yang akan jadi Nyonya Denis Putra Chandra." Nina mengangkat tangan kirinya ke depan wajah Tiwi, memamerkan jari manisnya yang memakai cincin berlian mahal dari Denis.

Modern Fairytale (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang