Untitled Part 1

7 1 0
                                    


" Apa aku salah.? mengorbankan cita-citaku,demi terwujudnya cita-cita, orang yang aku cintai?"

Aku tidak pernah meminta untuk di lahirkan, dari orangtua yang kaya atau yang miskin.begitu juga orang tuaku, tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk melahirkanku.

Orang tuaku seorang petani, kami dua bersaudara. Mas Andi, kakakku orang paling angkuh dan keras kepala. tapi dia tanggung jawab. Saat orang tuaku ke sawah mas Andi juga membantu. Mas Andi selalu ngajarin aku ngaji, membantuku pekerjaan rumah saat aku tidak bisa, aku sering di ajarkan berbagai macam Budi pekerti yang luhur.Sosok kakak yang bisa di buat contoh dan di kagumi.

Syukur adalah kenikmatan yang sangat luar biasa, rasa syukur itu tidak bisa di lukis dengan kanvas berjuta warna warni dan di tulis dengan rangkaian kata-kata indah untuk menaklukkan hati seorang wanita.

Hidup keluarga kami, aku bilang cukup seukuran petani yang hidup di desa. Karena orang tuaku mampu menyekolahkan aku yang saat ini masih di bangku sekolah kelas 3 menengah pertama tinggal menunggu pengumuman kelulusan,Mas Andi sudah lulus sekolah menengah kejuruan.walau mas Andi di sekolah tidak termasuk murid teladan tapi hasil ujian mas Andi cukup baik.

Mas Andi berambisi ingin menjadi orang sukses, maka mas Andi bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke universitas agar cita-citanya terwujud. Sebagai adik aku bangga dengan kakakku.

Seperti biasa aku membantu orang tuaku di sawah, Karena hari ini libur sekolah.

Adzan dhuhur berkumandang, nama pencipta jagad seisinya menggema di penjuru bumi, semuanya bertasbih menyebutNya.

" Putro..! Ayo kita pulang!

Ajak bapakku.

Aku pun melangkah menuju kepinggir sawah sambil menenteng cangkul. Kaki yang berlumpur pun aku bersihkan.bapakku tersenyum saat wajahnya aku tatap.

" Makanya..belajar yang rajin biar ga jadi petani kayak bapakmu dan ibumu..!"

" Jeh ,pak! Belajar itu kewajiban tho, bapak! Mau kerja pabrik,kantoran,atau tani itu pilihan lho,pak!"

"Anakku dah pinter ngomong..wes ayo dang pulang..masakan ibumu darmi sudah matang kelihatanya .."

Aku dan bapak tertawa bahagia dan kami pun melangkah pulang.

Terik matahari bersinar panas, udara yang agak lembab menetralisir panasnya sang matahari, kami berjalan di pematang sawah. Tanaman padi yang mulai belajar tumbuh, untuk bisa menjadi manfaat setiap manusia.

Rumahku yang sederhana, terbuat dari bambu yang Beratap genteng. halaman rumahku yang tidak terlalu luas, tumbuh pohon mangga mulai berbunga. Di tepi teras tumbuh bunga melati kesukaanku. Bunga melati yang harum putih warnanya makin indah saat kedua mataku melihat, ibuku yang sedang duduk di kursi di teras rumah. Ada 4 Kursi terbuat dari bambu tempat favorit temanku saat pada main kerumahku.

Terlihat jelas senyum ibuku laksana bidadari turun kebumi, karena surga tempatnya sudah penuh, sehingga bidadari ingin menjadi penghuni bumi.bila tuhan mengijinkanya,

Bapakku duduk di kursi. Sambil mengipas-ngipaskan topinya. Aku pun duduk setelah menaruh cangkul dan topiku yang terbuat dari bambu.ibuku menuangkan air putih dari kendi dan di berikan ke bapakku. Bapakku meminum air putih pemberian ibuku, lehernya yg mengkerut dan bunyi tenggorokan yang kehausan, selama ribuan tahun tersirami dengan kasih dari seorang istri.ibuku menyuruh bapak dan aku untuk bersih-bersih. Setelah itu sholat dan makan siang.

***

Lelah memeluk tubuhku habis membantu orang tuaku di sawah. Aku rebahkan tubuhku di tempat tidur yang terbuat dari bambu beralaskan tikar pandan .suara bunyi bambu terdengar saat tubuhku berbaring.

Kaulah HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang