warn di chapter pertama berlaku mulai chapter ini.
🔼🔽🔼🔽
Lee Jeno mematung. Dia kehabisan ide kenapa mobil ayahnya dengan manis terparkir di depan rumah kakaknya. Saat itu tangannya dimasukkan ke saku, udara musim dingin cukup beku, tetapi tidak menghalangi Jeno untuk bersenandung riang sepanjang perjalanan karena perutnya yang penuh. Tadi dia mencoba makanan baru, puff pastry yang porsinya sama dengan makanan yang biasa dimakan ketike ke cafe Jaemin; panna cotta dan bruschetta, tetapi ini Lee Jeno yang sekarang hanya mengisi perutnya dengan jajanan. Satu hidangan itu ditambah dengan coffee latte yang sejujurnya tidak cocok untuk lambungnya yang perih, cukup untuk membuatnya mengaduh kekenyangan.
Ah, rupanya Jeno tidak ingin mengakui alasan lain kenapa sesenang ini.
Namun, senyuman itu luntur. Mobil hitam mengkilat yang harganya cukup untuk membeli seisi minimarket—atau mungkin gudangnya juga ikut termasuk, membuatnya tergagu. Mungkin banyak orang kaya yang memiliki mobil merek itu di jalanan. Namun, Jeno hafal di luar kepala plat nomor yang membuatnya segera berlari memasuki rumah sang kakak. Hanya satu, salah satu koleksi sang Ayah yang digunakan saat suasana hati beliau sedang buruk. Bukan pertanda baik, jadi dia bergegas.
Atmosfer canggung. Jeno mengatupkan rahangnya rapat, dia disuguhi dengan Jinhyuk yang terduduk di salah satu sofa sembari menunduk, menautkan jemarinya gugup. Sementara sang kepala keluarga Lee dengan arogan, penuh aura mengintimidasi yang menguar tajam, terduduk sombong agak jauh dari si anak sulung. Jeno mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Wooseok dan mengerti ketika melihat pecahan gelas di lantai, berbaur dengan cairan berwarna. Ayahnya itu keterlaluan sekali, walaupun dia benci sampai mampus pada Wooseok, seharusnya beliau masih memiliki sopan santun sesama manusia.
Dia memaksa otaknya untuk memikirkan bagaimana kondisi Wooseok saat ini, bagaimana ekspresi kekasih kakaknya saat ini, bagaimana perasaan lelaki Kim saat ini. Tentu saja, pecahan kaca di lantai menjelaskan semuanya; sebelumnya telah disuguhi minuman, tetapi kepala keluarga Lee dengan angkuh menampik dengan kata-kata menyakitkan. Parahnya melempar minuman itu dari meja, melayang di udara sebentar sebelum pecah terbentur tanah. Dengan suara memekakkan dan isi yang berhamburan. Diiringi suasana canggung yang Jeno tidak mau tahu bagaimana rasanya. Kemudian Wooseok terpaksa pergi. Mungkin dengan tangisan atau minimal syok. Sementara Jinhyuk ingin marah, tetapi tidak bisa.
"Ayah, kenapa di sini?" tanyanya ragu. Hati-hati ikut duduk di salah satu sofa yang kosong.
Ayah Lee tersenyum separuh, terang-terangan mengejek dengan raut wajahnya, "Oh? Kau sudah datang. Bagus, Ayah tidak perlu membuang waktu lagi di rumah menjijikkan ini."
Jeno mengepalkan tangan. Daripada wajah Ayahnya yang tersenyum merendahkan, dia lebih tertarik melirik ekspresi kakaknya yang tegang. Rahang Jinhyuk mengeras, ingin mengeluarkan ego yang dilecehkan dalam dirinya, tetapi masih sadar diri jika orang tua di depannya ini sang Ayah yang selama dua puluh satu tahun pernah membesarkannya dengan sepenuh hati.
"Ayo pulang ke rumah." Itu bukan penawaran, apalagi pilihan, tetapi Jeno benar-benar harus melakukan perkataan Ayahnya. Tatapannya tajam, menusuk siapa saja yang berada di jarak panjang, jika tersenyum pun begitu jahat, tetapi sang Ayah untuk sekarang lebih memilih menunjukkan ekspresi datar mengandung kemuakkan.
"Apa?" Jinhyuk menatap adiknya yang berjengit kaget, "Maksudku kenapa? Aku baik di sini."
Sang Ayah mendengus, membuat Jeno mencari-cari alasan kelakuan apa yang membuat dirinya harus dihampiri langsung dan dipaksa pulang. Bahkan, Ayahnya yang selalu memaki-maki mantan anak emasnya dengan mengejutkan bersedia menginjakkan kaki di rumah ini. "Apalagi?" jawab si kepala keluarga enteng, "kau tinggal bersama dua orang menjijikkan, Lee Jeno. Ayah selama ini sudah bersabar membiarkanmu tinggal karena alasan Ibumu yang konyol. Namun, sekarang tidak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stitches +NoMin
FanfictionYour words cut deeper than a knife. I'll be needing stitches. Jeno need someone to sew him. warn! au, ooc, BAHASA, yaoi, sensitive content, harsh-word, NoMin. || __STITCHES__ || NoMin's Story ||