Why Him? (END)

6.2K 598 82
                                    

Bertattoo, perokok, dan mantan pemakai tak membuat Jimin menyerah mendapatkan gadis pujaannya yang seribu kali berbeda dengannya. Dia tak pernah menyerah meskipun ia tahu bahwa hubungan dirinya dengan sang gadis benar-benar tak pernah diinginkan oleh siapapun.









.

.





"Just a loser, a loner, a jackass covered in scars"Loser by Bigbang

Pernah dipukuli sampai mau mati?
Pernah ditangkap polisi? Atau..
Pernah hampir mati karena overdosis?

Mungkin kalian tak pernah, tapi pria itu pernah. Sering. Oh tentu saja, dia bahkan tak pernah kapok saat dirinya tak sadarkan diri karena mengkonsumsi obat-obatan itu.

Mungkin banyak orang berpikir dia benar-benar tak berguna, sampah masyarakat. Dan mungkin dia juga sudah kebal dengan sebutan itu saat orang-orang memandangnya dengan perasaan jijik dan was-was karena takut dirampok atau sebagainya. Bertattoo, perokok, tak punya keluarga, dan mantan pemakai narkoba.

Perkenalkan, dia Park Jimin. Si pria yang tak punya masa depan.

Hidup sendiri, mantan pemakai narkoba, dan sampah. Pekerjaannya hanya sebagai penjaga minimarket di pinggir jalan dekat persimpangan.

Ya, hidupnya memang berat. Saat semua orang bisa bersenang-senang dengan keluarga atau teman-temannya, Jimin malah sibuk memikirkan perutnya yang harus diisi. Kadang gaji nya pun tak cukup untuk hidup. Dia harus membayar kontrakan yang mahal luar biasa. Bahkan kadang dia harus dipukuli rentenir karena uangnya tak cukup untuk membayar uang sewa.

Hidupnya hanya tentang makan dan bagaimana caranya bertahan hidup. Tanpa merasakan cinta atau bahkan dicintai. Ya, lagi pula siapa juga yang mau mencintainya?

Mungkin hidupnya memang seperti itu, tapi sepertinya itu dulu. Setidaknya.. sebelum ia bertemu dengan satu gadis yang menarik hatinya saat dia tak sengaja menyelamatkannya dari penjambret yang mengincar tas gadis itu saat larut malam.

Gadis ber 'masa depan' yang langsung menarik hatinya saat itu juga.

Insa-Dong. 2016

"Ini tas mu."

"Oh ya Tuhan, terimakasih. Aku tak tahu harus bagaimana jika tas ini hilang."

Di mata Jimin, gadis itu benar-benar cantik tanpa celah sedikitpun. Bahkan, saat dirinya ketakutan, dia benar-benar masih terlihat cantik.

Sebenarnya, Jimin bisa melihat jika wanita itu juga sedikit menatapnya takut saat mata mereka bertemu. Mungkin dia pikir, Jimin akan melakukan sesuatu padanya karena penampilan Jimin yang lebih terlihat seperti preman padahal dia baru pulang bekerja part time di minimarket dekat sini.

"Bukan masalah." Tatapan Jimin benar-benar tak teralihkan dari gadis itu.

"Aku benar-benar takut. Lebih baik aku kehilangan nyawa ku daripada kehilangan tas ini."

Tas lebih berharga dari nyawa?

"Sebentar lagi aku akan lulus dan thesis ku ada disini."

Oh, gadis yang akan lulus. Pantas saja.

"Sekali lagi, terimakasih ya."

Sampai disana, Jimin melihat punggung gadis yang menarik hatinya itu menjauh dari pandangannya. Senyumnya terukir sebelum pudar terkikis oleh rasa 'sadar diri' yang ia tahu.

ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang