Love Pain pt. 3

2.6K 405 172
                                    

Jinhee positif hamil.

Ya, gadis itu, kekasihnya hamil.

Tapi entah kalimat itu merupakan kabar baik atau buruk, Jimin bahkan tak bisa menjelasakannya. Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi?

Mungkin jika mereka sudah menikah, itu akan menjadi kabar yang paling menggembirakan yang pernah mereka dapat. Tapi bagaimana dengan ini?

Mereka belum menikah, dan bahkan Jimin tak punya pekerjaan untuk menghidupi Jinhee dan bayinya. Bagaimana bisa dia gembira saat mendengar jika gadis itu mengandung anaknya? Hidupnya bahkan masih bergantung pada seseorang, lalu bagaimana bisa dia menghidupi orang lain?

Awalnya, Jimin tak berpikir akan sampai menghamili Jinhee, tapi ternyata semuanya benar-benar terjadi. Bagaimana bisa? Jimin rasa, sepanjang mereka bercinta, Jimin tak pernah gegabah saat melakukan itu.

Ya, Jimin tak sembarangan. Dia juga memikirkan kehidupannya dan sebisa mungkin dia mencegah Jinhee agar tak hamil. Tapi kenapa semuanya malah terjadi?

Oh mungkin Jimin lupa, dan melewatkan satu malam tanpa memakai benda pencegah kehamilan itu. Tapi, apa bisa secepat itu? Bahkan mereka tak sesering itu melakukannya karena Jimin lebih sering menghabiskan waktunya bersama Seulgi menemani gadis itu. Hanya akhir-akhir ini saja, dia belum pulang mengunjungi Seulgi.

Jadi kenapa? Kenapa Jinhee bisa hamil? Kenapa gadis itu bisa mengandung anaknya?

Oh tapi ngomong-ngomong soal Seulgi, Jimin baru ingat.

Ya, dia baru ingat jika belum mengabari gadis itu setelah pamit meninggalkannya. Jimin bahkan tak menjawab panggilan gadis itu beberapa hari ini.

Oh ya, kenapa dia lupa sekali? Dia baik-baik saja kan? Dia bisa mengurus dirinya sendiri kan?

Pasti Seulgi baik-baik saja, dia sudah dewasa, dan dia juga sudah biasa melawan sakitnya sendirian, jadi Jimin tak perlu repot repot menemaninya kan? Entahlah terserah.

Kini dia mengusap kasar wajahnya yang terlihat lelah karena tak bisa tertidur dari semalaman. Pria itu bahkan belum mau beranjak dari sofa meskipun hari sudah pagi.

Dia masih di rumah Jinhee, dan dia masih memikirkan tentang nasibnya setelah mengetahui jika Jinhee hamil. Dia lapar tapi uangnya habis karena dia pakai untuk mengantar Jinhee ke dokter kemarin.

Kemana dia harus mencari uang? Tak mungkin kan dia meminta uang lagi pada Seulgi? Dia baru memintanya kemarin.

Jimin kini memejamkan matanya sambil memikirkan apapun yang bisa dia lakukan. Dia juga menghitung uang yang Seulgi berikan kemarin dan berpikir untuk apa saja uang itu dia habiskan.

Tas Jinhee, sepatu, makan di restaurant mewah dan pergi ke dokter.

Sudah, semuanya habis. Oh kenapa begitu cepat? Kenapa dia tak menyimpannya beberapa dan malah menghabiskan semuanya?

Oh Tuhan, bagaimana ini? Kemana dia harus mencari uang?

Tapi lama berada di posisi itu, Jimin yang masih memejamkan matanya kini mendengar seseorang memanggil namanya dan membangunkannya. Jimin otomatis terbangun dan melihat di sana, Jinhee duduk dan terlihat merengek padanya.

Kenapa dia?

"Jim.. aku lapar."

Oh ya, Jimin lupa jika mereka harus makan, dan dia harus memberi makan dua orang sekarang. Jinhee, dan bayinya.

Oh Tuhan, Jimin lupa.

"Jim ayo beli makan, aku lapar. Kau mau bayi kita sakit?" Ujar Jinhee masih merengek.

ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang