1

7.2K 173 0
                                    

"Calista! Selamat ulang tahun!" seru seorang perempuan sebayaku yang kini tengah berlari menghampiriku. Ia kemudian memelukku erat. Perempuan ini namanya Dewi.

Dewi ini sahabatku, aku sudah mengenalnya dari aku baru bisa berjalan. Ya.. Kami tetangga. Dan satu sekolah juga. Terkadang aku bosan dengan dia. Tapi tetap saja aku sayang.

"Makasih ya De!" kataku

"Ah.. Aku lupa gak bawa kadonya. Nanti aja deh. Pulang sekolah, nanti aku main ke rumahmu, sekalian mau rayain ulang tahunmu bareng anak-anak komplek lainnya. Sekarang kan sweet seventeen kamu" kata Dewi.

"Iya gak apa-apa kok. Kamu gak kasih kado juga gak apa-apa" kataku

"Oh iya Ca. Rendy udah ucapin selamat ulang tahun buat kamu?"

Aku terdiam. Benar juga, dari semalam, Rendy tidak memberi kabar padaku. Dan hari ini pun aku belum bertemu dengannya disekolah.

"Belum De" kataku murung.

Dewi ikut terdiam. Ia menatapku dengan datar, tapi aku tau ia pasti sedang memikirkan sesuatu.

"Ah.. Aku ngerti, pasti dia mau kasih kejutan ke kamu. Makanya dia belum ngucapin" katanya "sudah gitu, hari ini kan peringatan hari jadi kalian juga kan yang ke enam bulan. Selamat ya Ca! Ini rekor pertamamu"

Aku tertawa, Dewi memang selalu saja bisa membuatku tertawa soal ini. Ya.. Ini rekor pertamaku. Baru kali ini aku bertahan berhubungan dengan laki-laki sampai selama ini. Mungkin bagi kalian, pacaran enam bulan itu tidak ada apa-apanya. Tapi buat perempuan labil sepertiku, enam bulan itu sudah luar biasa. Biasanya juga aku hanya bertahan sampai dua bulan saja dengan pacar-pacarku yang dulu.

"Ya sudah Ca! Aku duluan ya. Mau ambil motor diparkiran, Terus pulang. Kamu pulang bareng Rendy kan?"

Aku mengangguk. Lalu Dewi pergi meninggalkanku sendirian. Sekolah sudah mulai sepi, jam pulang sekolah sudah lewat sepuluh menit yang lalu, dan seperti biasanya, aku akan menunggu Rendy dikoridor dekat parkiran sekolah.

Aku melirik ponselku, tidak ada kabar dari Rendy. Aku intip diparkiran, laki-laki itu juga tidak ada disana. Aku pun berinisiatif untuk coba mengecek ke kelasnya, siapa tau ia kelupaan dan malah keasyikan main game bareng teman-temannya di kelas.

Sesampainya di kelas Rendy, aku semakin dibuat bingung, kelasnya sudah kosong, itu artinya Rendy sudah pulang. Aku pun kembali ke parkiran, semoga saja Rendy masih ada disana.

Sambil berjalan, aku coba menghubungi Rendy, tapi nomornya tidak aktif.

"Kamu ngerjain aku ya Ren! Awas saja!" tukasku kesal.

Aku mempercepat langkah. Berharap bisa lebih cepat menemukan laki-laki itu. Awas saja, kalau sudah ketemu,akan aku marahi habis-habisan dia. Aku memang paling tidak suka kalau dikerjai dengan cara seperti ini. Didiamkan sehari saja sudah cukup membuat aku kesal.

Tapi ada yang jauh lebih membuatku kesal dari sekedar didiamkan selama seharian, yaitu melihatnya dengan perempuan lain.

Sebuah pemandangan yang tidak pernah aku ingin lihat. Tapi sayangnya, aku sudah terlanjur melihatnya. Didepan sana, aku melihat Rendy, dan dia sedang bersama seorang perempuan. Dan perempuan itu adalah sahabatku, Dewi. Aku tidak masalah kalau keduanya hanya sekedar saling mengobrol, toh aku bisa pacaran dengan Rendy pun berkat Dewi. Tapi yang membuat aku kesal adalah, Rendy sedang menunjukkan sebuah kotak kecil berwarna merah muda kepada Dewi. Awalnya aku berpikir kalau kotak itu untukku, tapi dugaanku salah.

"Bagus gak Dewi? Kamu suka?" tanya Rendy, dan Dewi mengangguk sambil meraih kotak itu.

Seketika hatiku hancur. Yang ulang tahun kan aku. Tapi kenapa Dewi yang dikasih kado?

Rasanya mataku semakin perih saat melihat keduanya tertawa bersama, seperti ada sesuatu yang berbeda disana. Untuk pertama kalinya aku benci sahabatku sendiri.

Aku segera berlari, melewati kedua orang itu tanpa melirik sedikitpun. Andai saja ada jalan lain menuju gerbang sekolah selain melewati parkiran, pasti aku akan pilih jalan itu. Tapi sayangnya tidak ada.

"Lista!" panggilang tak percaya itu aku dengar saat aku tepat lewat dihadapan kedua orang itu. Dan aku rasa, mereka tengah mengejarku.

"Lista!! Tunggu!!!"

_____

Kamu, Penyesalan TerbesarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang