4

3.3K 114 0
                                        

Aku mengusap mataku dengan kasar. Aku tak mau air mata ini menghalangi pandanganku untuk menyaksikan video itu.

"Bentar ya Ta! Ibuku datang.. Jadi aku pindah dulu" katanya

Aku bisa melihat kamera itu dipindahkan. Tapi anehnya, kenapa tidak dimatikan saja dulu rekamannya, dan malah dibiarkan terus merekam seperti itu. Dan akhirnya, Rendy berhenti disuatu tempat setelah melewati beberapa ruangan yang aku tau kalau itu dirumahnya. Aku kenal tempat itu, sepertinya taman disamping rumahnya. Aku pernah kesana sebelumnya. Kata Rendy, taman disamping rumahnya itu, adalah tempat paling indah yang pernah ia tunjukkan padaku. Alasannya karena aku teman perempuan pertana yang ia ajak kesana.

"Ya ampun.. Aku lupa gak matiin dulu rekamannya. Ah udah lah gak apa-apa!" gerutunya. Wajahnya sangat lucu divideo itu sampai-sampai aku tertawa dengan lepasnya.

"Ta! Kita lanjut ya! Aku mau cerita nih.. Dengerin ya! Awas aja kalau kamu gak mau dengerin. Nanti giliran aku yang marah ke kamu. Nah! Sip. Aku mulai! Ehem.. Jadi gini Ta! Aku udah dengar dari beberapa mantanmu yang satu sekolah sama kita. Kata mereka, pacaran sama kamu itu capek, dan ngebosenin. Awalnya aku setuju sama mereka, tapi setelah lewat bulan kedua kita pacaran, aku rasa mereka belum mengenal kamu. Jujur, awalnya aku juga ngerasa capek ngadepin kamu, yang kata mereka childist banget. Tapi aku rasa, itu salah, mungkin memang sudah bawaan dari lahir kamu kayak gitu ya Ta! Suka marah-marah gak jelas. Tapi buat aku itu malah jadi tantangan tersendiri buat ngadepin kamu, dan buat jaga diri aku jangan sampai aku ucapin kata terlarang dalam sebuah hubungan yang bisa bikin kita berhenti. Dan buktinya, aku bisa kan?! Ya iya dong.. Rendy gitu loh!"

"Aku juga udah denger dari Dewi, katanya kamu juga sering cerita ke dia, minta solusi buat ngurangin sifat kamu yang agak kekanakan itu. Padahal gak usah Ta! Nyapek-nyapekin. Mungkin gara-gara kamu selalu mikirin hal itu, kamu jadi makin kurus. Aku gak suka Ta! Aku suka kamu yang apa adanya. Aku gak apa-apa kok kalau kamu tetap suka ngambek, atau tiba-tiba marah padahal aku lagi main sama temen-temen. Itu kan wajar, mungkin kamu takut kehilangan aku. Iya kan? Harusnya sih gitu"

'Iya Ren. Kamu bener. Aku kayak gitu karena aku takut kehilangan kamu' batinku saat mendengarnya berkata seperti itu.

"Jadi intinya..aku sayang kamu. Aku suka kamu yang apa adanya, gak apa-apa suka ngambek dan marah-marah gak jelas. Yang pasti aku tetap sayang sama kamu. Walaupun aku gak tau apa aku bisa seterusnya sama kamu"

Aku terdiam. Kalimatnya itu sungguh membuatku terenyuk. Aku juga melihat wajahnya yang berubah seketika. Ada rasa khawatir yang luar biasa di matanya. Tapi sayangnya, kekhawatiran itu jadi nyata.

"Nah Ta! Buat penutup dari video ini, aku mau nyanyi satu lagu buat kamu. Biarin suara aku gak enak. Yang penting kamu tetap suka. Dengerin ya! Tapi bentar."

Tiba-tiba Rendy menghilang dari video itu, dan tak lama, ia kembali dengan sebuah gitar. Tunggu. Rendy bisa main gitar? Sejak kapan? Aku bahkan gak pernah tau kalau di bisa main gitar.

"Gak usah heran gitu Ta! Aku dari dulu udah bisa main gitar, tapi aku sengaja gak bilang ke kamu supaya kamu gak minta dinyanyiin terus"

Aku tersenyum. Ada saja dia ini. Tak lama, alunan gitar itu mulai terdengar.

Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan slalu memujimu

Ah.. Lagu ini.. Kenapa harus lagu ini Ren? Kamu merasa aku sempurna? Tapi aku gak sesempurna yang kamu kira.

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..

Lirik demi lirik Rendy nyanyikan untukku. Sepanjang ia bernyanyi, aku hanya menangis sambil terus mendengar nyanyiannya. Sampai akhirnya petikan gitar terakhir telah usai. Rendy meletakkan gitar itu disampingnya. Dan lagi-lagi ia menunjukkan senyumnya.

"Ya.. Itu lagu buat kamu. Karena buat aku, kamu sempurna dimataku. I love you Lista!"

Kamu, Penyesalan TerbesarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang