43. Sepucuk surat untuk Geva

3.1K 141 1
                                    


Setiap orang mempunyai caranya tersendiri untuk menyampaikan rasanya ke orang yang dicintainya.

-Difficult-


Geva menggeliat malas untuk sekedar bangun. Kemarin dirinya sangat capek karena mengantar Auren sana-sini. Kali ini Geva sangat mempan jika diberi ancaman oleh Auren karena kedua orangtuanya sekarang mempercayai apa yang dikatakan oleh Auren. Auren sialan memang. Tapi bukankah ini sudah kewajiban dirinya sebagai kakak? Ya Geva pun sekarang sadar bahwa menjadi kakak sama sekali nggak enak.

Suara ketukan pintu terdengar sangat keras, membuat Geva menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua bantal. Dirinya masih capek. Bahkan hari ini ia berniat akan membolos lagi. Semua gara-gara Rika, Geva benci sosok cewek itu. Gara-gara dia, keadaan menjadi seperti ini. Ia harus menjaga Auren sampai tangan kanannya sembuh. Memang tangan kanan Auren patah untuk sementara. Tapi menjaga Auren membuatnya seperti masuk neraka.

Arghh! Geva mendengus kesal karena suara ketukan pintu itu masih saja terdengar. Cukup beberapa waktu lalu dirinya merasakan capek tidak untuk sekarang.

Dengan langkah kesal Geva berjalan menuju pintu kamarnya dan langsung membukanya. Disana terdapat asisten rumah tangganya.

"Kenapa Bi?" tanya Geva ketus.

"Ini Den ada surat dari Rika. Katanya disuruh kasih ke Den Geva." Ujar asisten rumahnya sembari menyodorkan sepucuk surat. Geva menerima surat itu dengan ogah-ogahan lalu masuk lagi ke kamarnya. Geva tidak berniat untuk membaca surat dari orang yang dibencinya. Geva meletakan surat itu dinakas kamarnya lalu merebahkan tubuhnya dengan balutan selimut.

"Bang Geva! Cepet anterin Auren berangkat sekolah. Ayoo Bang keburu terlambat!" ucap Auren sembari menarik selimut yang dikenakan Geva dengan tangan kirinya.

"BERHENTI GANGGU GUE AUREN! GUE CAPEK NGURUSIN LO MULU!" bentak Geva karena saking emosinya.

"TANGAN KANANKU PATAH INI JUGA KARENA BANG GEVA! SEMUANYA GARA-GARA BANG GEVA!" teriak Auren dengan isak tangisnya.

"INI SEMUANYA GARA-GARA RIKA! BUKAN GUE! JADI LO NGGAK USAH SALAHIN GUE!" bentak Geva tersulut emosi. Kini air mata Auren menetes dengan deras. Bentakan dari Geva sangat menyayat hatinya. Auren kecewa dengan Geva. Abangnya tidak biasanya memarahinya sampai seperti ini.

"ARGHHH!" teriak Geva frustasi sembari menjambak-jambak rambutnya. Entah mengapa dirinya menjadi melampiaskan semuanya pada Auren. Dirinya tidak pantas untuk menjadi seorang kakak.

Geva lalu membuka amplop dari Rika. Dibukanya amplop itu karena ia juga penasaran.

Untuk Gevano Adraliano

Maaf, mungkin kata itu yang cukup untuk mengawali surat ini. Terlihat kuno memang aku menulis surat.

Geva, maafkan aku. Mungkin karena aku, tangan Auren patah. Ya aku tau, kata maaf dariku mungkin tidak akan merubah segalanya.

Tapi, bukankah jika kita bersalah harus meminta maaf. Mungkin aku tidak bisa mengucapkan secara langsung, tapi hanya surat yang bisa mencurahkan hatiku.

Setelah aku menulis surat ini, hatiku merasa lega. Entah kamu akan memaafkanku atau tidak, yang terpenting aku sudah meminta maaf.

Maaf sebelumnya karena aku tidak bisa mengucapkan secara langsung seperti cewek-cewek lainnya. Aku hanyalah gadis pemalu yang tidak suka berinteraksi.

Tapi tolong, lakukan aktivitas seperti biasanya. Jangan suka bolos sekolah, masih banyak orang kurang mampu yang ingin bersekolah. Jangan sia-siakan harimu dengan hal-hal yang merugikan dirimu sendiri. Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan.

Difficult : Ketika Sulit Untuk Mengerti Artinya Mencintai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang