Angkasa masih menatap manik mata Chelsea yang berwarna hitam lekat.
"Lo itu sempurna, Chela."
"Gue gak sesempurna yang lo bilang, Sa."
"Nilai lo itu seratus sempurna, sedangkan gue itu nilainya tiga puluh. Jauh dari nilai lo. "
"Gak, Sa. Gue gak sesempurna itu."
"Contohnya?"
"Gue bisa nangis liat timbangan badan gue, gue mengigau setiap malam, gue takut ketinggian... "
Belum saja Chelsea menuntaskan kalimatnya, Angkasa mengenggam tangan Chelsea yang kebetulan berada diatas meja.
"Itu semua wajar Chela."
"Gak, itu semua gak wajar."
"Gue suka nyanyi-nyanyi sebelum tidur, gue kadang-kadang mood swing, dan masih banyak lagi kekurangan yang gue punya." lanjut Chelsea
Angkasa hanya menatap hangat Chelsea. Ya, sejujurnya Chelsea merindukan tatapan hangat yang selalu diberikan Angkasa. Chelsea pun menarik senyum, Ia membiarkan Angkasa dengan bebas memegang tangannya.
"Gue suka apa yang ada di diri lo. It's you, and I'm in love with you."
"Mungkin kalau gue jadi cewek yang digebet lo, gue akan nge-fly dengar buaian lo ini."
Angkasa tertawa kecil, Angkasa bukan lah pria yang suka mengombali wanita, tapi bila dia berkata manis. Mungkin, itu memang tulus dari hati nya.
"Satu lagi Sa, gue tiga tahun lebih tua daripada lo."
"Terus kenapa? Cinta kan gak mandang usia."
"Ya, lo bisa ngomong gitu. Tapi kenyataannya pas kita pacaran dulu banyak pandangan negatif ke kita."
"Peduli amat sama pandangan masyarakat."
"Sayangnya, gue peduli sama pandangan masyarakat."ujar Chelsea sebelumnya dia tertawa kecil.
"Chela, apa itu juga salah satu alasan kita putus?"
Chelsea sempat diam sejenak, sebelum menjawab.
"erm, bisa jadi"Chelsea meneguk teh tarik miliknya seraya menatap manik mata milik Angkasa, rasanya teduh.
"Sa, move on ya dari gue."pinta Chelsea, kini ia mulai melepas genggaman tangan Angkasa.
Angkasa mengusap wajahnya kasar, lalu menghembuskan nafas secara kasar.
"Berapa kali sih harus gue bilang, Chela. Gue masih sayang sama lo"ucap Angkasa walaupun rasanya dia ingin berteriak, dia berupaya agar nada bicara nya tetap lembut.
"Tapi gue udah gak"
"Putus nya kita itu gak masuk di akal. Itu yang buat gue gak bisa ngelupain lo."
"Emang menurut lo putus yang masuk akal itu bagaimana? Kita udah buat kesepakatan setelah kita berantem untuk pertama kalinya, tapi lo ngelanggar itu semua tanpa lo sadari."
"Ngelanggar apa?"
Chelsea pun segera mengambil sebuah buku kecil dari tas miliknya.
"Pertama, lo masih mendewa-dewakan gue diantara teman-teman lo. Kedua, lo masih anggap diri lo gak ada apa-apa di bandingkan gue. Dan ketiga, lo pamerin gue layaknya barang antik."
"Maaf"
"Udah gue maafin, tapi semuanya udah gak bisa terulang. Dan satu lagi, kita putus bukan secara sepihak."
"Maaf gue saat itu emosi, soalnya tiba-tiba dengan mudahnya lo bilang putus ke gue, tanpa gue tau alasannya."
"Maafin gue juga, Sa. Gak memberi lo alasan yang harusnya bisa lo terima."
Angkasa kini menarik senyum lega, begitu pula Chelsea. Keduanya kini saling menatap, sampai sebuah pesan singkat memasuki ponsel Chelsea.
"Bentar lagi Juan jemput gue, ada lagi yang perlu dibicarakan?"
"Nama tunangan lo Juan?"
"Iya, namanya juan. Lo tau gak? tadinya gue gak boleh S2 sama bokap gue, tapi gara-gara dia gue dibolehin asalkan kita tunangan. Ya, memang ini terdengar konyol sih. Seperti perjodohan di sinetron dengan alasan bisnis."
"Alasan bisnis? Dan lo terima?"
"Yaps, dengan alasan bisnis itu. Bokap gue merasa bisnis nya bakal berjalan aman selama keluarga Juan dan keluarga gue besanan. Jadi, dia gak perlu merasa khawatir uang nya terhambur-hambur untuk membiayai S2 gue. Lagi pula, keluarga Juan setuju-setuju aja gue jadi wanita karier. Memang terdengar jahat, memanfaatkan sebuah hubungan. Tapi gue suka hubungan ini karena gue merasa di untungkan, dan gue merasa cita-cita bokap gue akan tercapai."
"Ini tidak mudah bagi lo kan sebenarnya?"
"Dari lahir dunia memang tidak mudah bagi gue, Sa. Gue di tuntut untuk menjadi jenius sama keluarga gue."
"Kalau butuh bahu, boleh lho." ujar Angkasa melentangkan tangannya.
Chelsea pun menaruh kepalanya di bahu Angkasa lalu mereka tertawa geli.
"Mana ada sih mantan begini, siap sedia bahu untuk di jadikan sandarannya"
"Ada, lo buktinya" ujar Chelsea menarik kepalanya dari bahu milik Angkasa.
"Makasih bahunya. Btw, This is the end?"
"Gak ada yang berakhir, Chela. Termasuk kisah kita, nanti kalau gue udah punya anak gue ceritain kisah kita. Biar mereka nyari wanita seperti lo."
"Ya, kalau anaknya laki-laki. Kalau perempuan?"
"Ya, mereka harus nyari pria seperti gue."
Chelsea terkekeh, lalu mengacak rambut milik Angkasa yang berubah dari terakhir ia bertemu dulu.
"Hati gue baik-baik aja sekarang, gue tenang lo udah nemuin jawaban dari doa-doa lo."
"Makasih Sa, udah ngerti. Oh ya besok lo mau ke bandung?"
"Iya."
"Ngapain?"
"Kuliah lah."
"Serius? Lo kuliah dimana?"
"ITB, ambil psikologi."
"Jadi ceritanya, cita-citanya yang masuk ITB terwujud nih. Btw, lo kenapa gak di UI aja. Kan cewek-ceweknya banyak yang cantik disana. Kali aja lo dapet gebetan baru ya kan."
"Sorry, gue rela belajar keras di kelas 12 bukan untuk cari gebetan di kampus. Tapi cari ilmu di bidang yang gue minati."
"Ternyata, Praja sudah berubah ya sekarang. Bagus, Sa."
"Gue kangen lo panggil Praja. Coba ulangi."
"Praja" ujar Chelsea lalu dengan santai nya dia menyesap teh tariknya, tanpa menyadari detak jantung milik Angkasa yang tak beraturan kini.
"Chela"Panggil Angkasa dengan lembut membuat sang pemilik nama menatapnya setelah menyesap teh tarik miliknya.
"Boleh peluk? untuk yang terakhir?"
"Tentu"ucap Chelsea memeluk tubuh Angkasa, begitu pula dengan Angkasa.
"Sukses ya Sa, tetap kejar impian lo. Dan semoga lo dapetin wanita sesuai dengan doa-doa lo." ujar Chelsea setelah melepaskan pelukannya. Tidak mau terlalu tenggelam lagi dalam perasaannya.
"Diaminkan"
"Chela, bisakah ?"
"Ha?"belum saja Chelsea menjawab pertanyaan Angkasa, Angkasa sudah mendaratkan bibirnya di kening Chelsea.
-This is not the end-
a/n
Hallo, saya @blueasyh_ penulis dari cerita ini. Terima kasih telah mengikuti kisah Angkasa-Chelsea, terima kasih telah meluangkan sedikit waktu untuk membaca sejauh ini. I love you so much 💙
Titip salam, teruntuk hati yang belum siap untuk di tinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Not The End
Historia CortaAngkasa pramudya Chelsea agatha Story about King and Queen classical Story by: @blueasyh