3.3 [bonus]

13 2 0
                                    

Sesuai dengan janjinya, Angkasa memakirkan motornya di depan sebuah kafe yang sedang tidak ramai pengunjung ini. Karena kebetulan ini bukan hari weekend.

Angkasa memilih duduk di sebuah meja menghadap luar kafe. Ia memesan sebuah kopi espresso, seraya menunggu Elano datang.

Elano pun akhirnya datang memasuki pintu kafe, Angkasa pun melambaikan tangan ke arah Elano. Tentu saja Elano melihatnya dan langsung menghampiri Angkasa.

Angkasa menarik senyum begitu pula dengan Elano, lalu mereka saling menjabat tangan. Seusai acara jabat tangan mereka duduk, Elano langsung melihat buku menu.

"Udah pesen bro?"

"Udah."

"Udah lama gue, gak nyicipin kopi espresso disini."

"Pesen lah."

Ya, satu kesukaan mereka. Mereka sama-sama menyukai kopi apalagi kopi espresso.

Elano pun ke meja kasir untuk memesan menu yang tadi ia inginkan, setelahnya ia kembali ke tempat duduknya.

"Wah gila ya, udah lama kita gak ketemu. Makin ganteng aja gue"

"Ingin ku berkata kasar"

"Kasar" ucap mereka dengan kompak, lalu terkekeh

"Oh ya masalah rekomen, indekos bandung yang bagus. Nanti gue kirim aja lewat line."

"Sip."

"Oh ya, gimana tuh hubungan lo sama siapa tuh lodyah."

"Alodya, bro"

"Nah iya itu. Gimana? "

"Putus gue"

Setelah mendengar ucapan Elano, Angkasa malah tertawa terbahak-bahak.

"Sialan, malah diketawain"

Kopi pesanan Angkasa pun tiba lebih dahulu, seorang pelayan yang menghantarkannya.

"Kok bisa?"

"Udah gak usah dibahas"

Angkasa tersenyum, lalu ia mengambil cangkir berisi kopi itu. Lalu, menyesapnya sedikit demi sedikit.

"Terus apa kabar sama hubungan lo?Sama siapa tuh si cewek genius"

Angkasa menurunkan cangkirnya, dan menaruhnya di meja. Sempat tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan Elano.

"Namanya Chelsea"

"Ya pokoknya itu"

"Udah putus gue, udah lama"

Kini giliran Elano yang tertawa puas

"Ketawa aja, palingan besok pita ketawa lo putus"

"Sorry bro, lo juga ngetawain gue tadi.    Tapi ini gue beneran pengen ketawa, seorang Angkasa yang sering pamer dan sombong, putus. Ini lo diputusin atau mutusin?"

"Diputusin, ayo ketawa aja."

Elano sebenarnya sudah ingin tertawa lagi, tapi karena melihat raut wajah Angkasa yang datar. Ia membatalkan niatnya untuk tertawa.

"Kok bisa?"

Angkasa kembali menyesap kopi miliknya, sebelum kembali menjawab.

"Gue putus abis gue ngenalin dia sama temen-temen nongkrong kita. Kalau gak salah lo pas itu gak ada"

"Ah iya, gue dapet kabar katanya lo ngenalin cewek lo itu. Makanya gue tau lo pacaran, dan kata anak-anak lo pamer gila-gilaan cewek lo itu. I'ts right?"

"Yep"

"Bro, cewek tuh suka dipuji. Tapi kalau di pujinya gila-gila'an kayak lo, mereka malah ilfell."

"Bukannya cewek seneng ya di puji? Cewek yang gue puji ini cewek gue sendiri, pacar gue. Berhak dong?"

"Ya, berhak-berhak aja. Tapi kalau sampai kelewatan muji nya sih parah. Dan jangan bilang  lo sekarang masih suka sama dia?"

"Iya, gue masih suka sama dia."

Kopi milik Elano pun tiba, membuat Elano menyeruput kopi miliknya sedikit.

"Gila sih, sinetron banget kisah asmara lo."

"Kayak lo gak aja."

Elano terkekeh, lalu menyunggingkan senyum.

"Terus sekarang gimana?"

"Ya, gak gimana-gimana. Dia udah punya cowok."

"Cepet ya move on nya"

"Udah dua tahun"

"Dan lo masih stuck di dia?sedangkan dia udah dapat pengganti lo? "

"Yep"

"Lo udah coba kencan sama cewek lain?"

"Udah pernah gue coba, tapi malah yang ada bayang-bayang Chelsea di hubungan gue. Namanya Ariana"

"Ariana si temennya dito bukan?"

"Yep. Gue dikenalin sama si dito."

"Terus lo gak nemu kecocokan?"

"Gak"

"Kayaknya lo harus selesain perasaan lo sama Chelsea deh, omongin baik-baik"

"Kalo cowoknya marah?"

"Lo punya temen yang bakal pasang badan kalau ada apa-apa"

"Lo?"

"Ya, kalau cowoknya badannya keker, gue gak berani sendirian. Paling ajak yang lain" ucap Elano lalu menyesap kopinya sejenak

"Kalo Chelsea nya gak mau?"

"Coba aja dulu, lo belum pernah nyoba kan. Jangan pesimis lah"

This Is Not The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang