1 • Hai, Gue Deva

65 21 16
                                    

Gadis itu memasuki rumah yang ditinggalinya sekarang. Sebuah rumah kecil dengan dua lantai berwarna hijau pagarnya berupa besi yang dicat hitam tergeser oleh gerakan tangan lentiknya. Kaki gadis itu memasuki pelataran rumah yang penuh dengan tanaman hias maupun bunga-bungaan indah lainya. Ia mengambil kunci disaku kirinya dan mencoba membuka pintu rumahnya, yang kini olehnya ditutup kembali. Kaki kecil gadis berseragam SMA itu kini melangkah naik melalui beberapa anak tangga. Lantai atas rumah yang dihuninya menjadi tujuan utamanya sekarang. Badan gadis itu kini sudah menampakkan dirinya dicermin besar ruang tengah. Sorot lampu yang gelap memang, hal tersebut memancing sesuatu untuk datang.

Kkraakk kkkk

Sayup hembusan angin dari jendela samping yang sedikit terbuka mulai terdengar. Gadis itu kini seperti menantang sesuatu dihadapanya, kini bentangan cermin besar diruang tengah menjadi fokus utamanya. Entah dari mana asalnya spesies kelelawar itu datang, masuk kedalam rumah disertai hembusan angin yang masuk seperti ingin memporak-porandakan seisinya.

Jendela lain yang tadinya tertutup pun kini terbuka bebas seakan memberikan sambutan kepada kelelawar tersebut. Kelelawar itu terbang kesana kemari tak tentu arah dan sekarang menuju kearah gadis didepan cermin besar ini.

"Huft."Desis gadis ini tenang, seakan sudah dihadapkan berulang kali dengan kejadian aneh tersebut. Tirai-tirai yang tersapu oleh angin kencang tersebut perlahan mulai berjatuhan.

"Aakkk akkkkk aakkkk." suara kelelawar itu semakin menjadi seakan ingin menerkam buruan yang ukuranya pun berbanding 100% lebih dibanding ukuranya. Tatapanya tajam senyumnya menyeringai menyeramkan. Hal tersebut yang gadis itu lihat dicermin yang berada dihadapanya.

"YAK! BERISIK!" teriak gadis itu keras ia berbalik menghadap membelakangi cermin dan sontak menyalakan lampu ruangan tengah bercermin besar tersebut.

Kelelawar yang entah dari mana asalnya itu tiba-tiba hilang. Jendela yang awalnya terbuka secara tidak wajar juga sudah tertutup kembali. Tirai yang jatuh juga terpasang secara ajaib. Kondisi kini sudah berangsur membaik.

"Tck dasar." gumannya lalu menyalakan semua lampu dilantai rumah atasnya ini dan masuk kekamar yang berada tepat disisi kanan bagian depan rumah ini.

Didalam kamarnya terbentang beberapa papan tulis dan pin it kecil berisikan tulisan tangan sang empunyanya. Ranjang berukuran single dan berwarna biru itu saat ini bermandikan kertas pin it yang gadis itu rasa bukan ulah dari dirinya.

"Kalau mau main tuh permisi ini main berantakan doang dasar." runtuknya sambil membereskan beberapa pin it yang berserakan.

Beralih pada papan kamar gadis tersebut sekarang. Papan itu terbagi atas 3 bagian : Past, Now, dan Future. Biasanya Bagian Future ini akan terisi penuh terlebih dahulu lalu pin it akan berpindah ke Now ketika kejadian tersebut terjadi dan tak lama akan menjadi Past lalu jatuh ke tempat sampah berwarna hitam yang memang ia siapkan. Tangannya kini menuliskan sesuatu di pint it berwarna merah jambu, sepertinya pas untuk tema apa yang akan ditulisnya sekarang. Ditempelkannya pin it itu pada papan bagian Future.

12 Februari 17:45
Cowo, gatau siapa namanya tapi dia pake seragam SMA gue.
Kabar baik
Dia nikah sama seorang cewe cantik sepertinya tapi selesai 'ngelihat' dia gue jadi pusing ga tau kenapa kaya biasanya.

Cenayang? Bukan

Peramal? Apa lagi itu

Indigo? Dia tak mau disebut itu

Lalu apa? Dia hanya mau disebut manusia biasa yang menyembah pada satu tuhan.

Langkahnya kini menuju kamar mandi disamping kamar setelah pintu masuk. Suara gemericik air kran menggema sampai ke kamarnya. Dibasuhnya muka, rambut, dan kakinya. Didirikanlah ibadah rutin 5 waktu yang ia yakini sekarang.

PrecognitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang