02

33 8 1
                                    

7 tahun kemudian...

Seoul, korea selatan

Seperti hari biasa, banyak langkah kaki dan suara-suara lain terdengar di dalam bandara. Tiba-tiba seorang wanita berhenti dengan kopernya,ia terlihat mengenakan kemeja warna putih polos dengan jeans warna biru navy, berambut gelombang hitam panjang terurai, ia melepas kacamata hitamnya kemudian tersenyum menatap sekitar bandara. Ia mencari seseorang yang di suruh untuk menjemputnya kala itu, matanya menangkap seseorang pria paru baya melambaikan tangannya dengan salah satu tangannya memegang papan bertuliskan namanya. "Ah, di sana rupanya" wanita itu tersenyum lalu berjalan menuju seseorang tadi. "Nona... ica?" pria itu menunjuk wanita tersebut sambil bertanya dan di sambut anggukan. "Anda pak kim bukan?" pria tersebut hanya menanggapinya dengan senyuman. "Bagaimana perjalanan nona?" tanya pria itu sambil mengambil alih koper yang berada pada wanita tersebut. "Huh, sangat melelahkan paman, ternyata duduk di pesawat itu membuat pinggangku sakit. Rasanya sampai ingin patah saja, hufthh.." ucapnya sambil memegang pinggangnya dengan bibir sedikit di majukan dan di sambut kekehan oleh paman tadi. Meski wanita itu sudah 25 tahun tapi ia masih terlihat manis dan menggemaskan seperti anak di bawah umur, entah itu karna tinggi badannya atau wajahnya yang terlihat mungil dengan mata bulat yang indah. Itu semua terlihat menggemaskan di mata orang lain, tapi siapa sangka dengan tubuh mungilnya dia mampu membuat orang menganga tak percaya dengan apa yang ia miliki, di usianya yang muda dia sudah menjadi CEO di salah satu perusahaan terbesar di indonesia, dan sekarang telah di pindahkan ke salah satu cabang di korea atas rekomendasinya sendiri,entah karena ia terlalu cerdas atau terlalu ambisius.

Kini mereka telah sampai di apartemen. Setelah paman tadi berpamitan, ia mulai melangkahkan kakinya menyusuri apartemennya untuk sekedar melihat-lihat dan kemudian menuju suatu ruangan yang ia yakini adalah sebuah kamar, ia berjalan membawa kopernya masuk ke dalam ruangan dan merebahkan dirinya di atas ranjang king size miliknya. Ia kemudian merogoh tas kecil miliknya, mencari benda persegi di dalamnya yang di yakini adalah handphone miliknya. Ia menekan sebuah tombol yang membuat layarnya menyala dan menunjukkan gambar seorang pria dengan senyum yang mempesona baginya, ia mulai mengulumkan senyumnya, foto tersebut membuat rasa penat di tubuhnya menjadi hilang kala itu juga

"Aku merindukanmu, apa kau mengingatku? Ah, tidak mungkin. Itu hanyalah masalalu yang tidak penting". Ia tersenyum kemudian mengingat kembali bagaimana ia dan sosok tersebut bertemu di masa lalu, dia benar-benar tergila-gila dengan sosok tersebut, bahkan ketika ia tahu bahwa tak mungkin cintanya terbalaskan. "Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku benar-benar mencintaimu" kemudian menyimpan benda persegi itu di sampingnya, karena rasa kantuk mulai memenuhinya hingga ia di tuntut untuk memejamkan mata hingga mengarungi dunia mimpinya.

Sementara di tempat lain terlihat seorang pria yang terlihat masih muda dengan tuxedo hitam dengan jeans hitam terduduk di dalam sebuah club malam dengan minuman beralkohol di tangannya, dia terlihat sedikit berantakan, mungkin karena mabuk. Matanya yang tajam terlihat sayu, dengan kepalanya ia sandarkan di atas meja. Sampai tiba ada seorang pemuda lain duduk di dekatnya, ia menatap pemuda di sampingnya yang tengah mabuk dengan tatapan miris, kemudian menyeringai menampakkan gigi gingsulnya. "ia tak pantas untukmu, sebaiknya kau melupakannya".
Pemuda yang tadinya hanya tertunduk di atas meja itu mengalihkan pandangannya ke pria itu. "Kau takkan mengerti hyung" setelah mengucapkan itu, ia berjalan gontai menuju keluar club dan menuju ke parkiran.
Kemudian di susul pria bergingsul tadi dengan wajah kesalnya. Jujur saja, dia lelah dengan temannya yang keras kepala ini.

"Jinyoung-ah??" dia memanggil nama pemuda di depannya namun tak ada tanggapan sama sekali.

"BAE JINYOUNG, KAU HARUS BERHENTI BEGINI" Ia meninggikan nada suaranya, ia sudah jengah atas kelakuannya. Ia mempercepat langkahnya untuk menyusul pria yang di panggilnya tadi, meraih bahunya kemudian membalikkannya. "Sampai kapan kau akan terus begini, dia tak pernah mencintaimu, dia bahkan berani menduakanmu". Dengan sedikit mengguncang bahu pemuda tadi, berharap ia cepat sadar akan kelakuannya. "Kau tak mengerti woojin hyung, aku masih sangat mencintainya" entah sejak kapan airmatanya mulai membasahi pipinya, melepaskan pegangan pemuda bernama park woojin itu dari bahunya kemudian berjln kembali. Pria bermarga park itu hanya bisa menatap kepergian pemuda bae tadi dengan tatapan sedih "andai saja aku memberitahumu sejak awal,kau takkan seperti ini".

Because Of You ; Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang