Cepetan Nikah

152 3 0
                                    

Dokter muda nan cantik itu baru saja keluar dari ruang operasi. pakaian hijaunya masih melekat. ia berjalan santai menuju toilet wanita. ia basuh kedua tangannya yang sedikit terciprat darah pasien saat di ruang operasi. hari ini ia melakukan tiga operasi persalinan cecar dan yang terakhir sungguh melelahkan sebab sang calon ibu hampir saja kehilangan nyawanya. rasa degup kencang di dalam dadanya belum mereda. setetes air mata haru jatuh di pipinya. ia pandangi wajahnya dipantulan cermin seraya tersenyum bangga karena kembali menyelamatkan satu nyawa berharga.
"Kau hebat Mus" gumamnya.

Di sebuah rumah mewah, sepasang suami istri tengah menikmati makan malam mereka. sang istri memasukkan suapan terakhir dari makanannya ke dalam mulutnya kemudian menelannya hingga habis. ia menatap lelaki paruh baya di depannya. menunggu pria itu selesai minum air.

"pa, mama mau ngomong" ucapnya sembari menaruh kedua lengannya di atas meja.

"ada apa ma?"

"Papa tau kan Mumu bentar lagi 29 tahun tapi dia belum nikah-nikah juga" keluh sang istri

"ya mau gimana, udah enggak kehitung laki-laki yang datang ke rumah ini, belum lagi yang ketemu di kantor atau yang ngelamar lewat telpon. Papa tahu mama pengen banget nimang cucu tapi yang nikah kan Mumu anak kita sebagai orang tua kita sabar aja. biarkan Mumu menentukan pilihannya" kata ayah bijak

"mau sampai kapan pa?sebagai ibu bapak kita juga harus berusaha mencarikan jodoh untuk anak kita kan"

"iya papa ngerti mah, tapi apa enggak malu kalau nanti Mumunya nolak. ingat mah, kita sudah pernah jodohkan dia sama anak Toni, Angga, Yusuf, Rizal sama anak Maya. nyatanya Mumu bikin malu kita kan karna dia nolak terus."

"tapi mama punya ide cemerlang pah biar Mumu enggak nolak-nolak terus" kata mama dengan senyum tersungging di sudut bibirnya. sang suami mengenyit penasaran.

"Apa?"

***********

"Bu Mus, Selamatnya operasinya kali ini sukses lagi" kata rekan muslimah sambil menyalaminya hangat.

"iya mir, sudah hampir copot jantung gue lihat tekanan darah ibunya lemah banget" ucap Muslimah.

"tapi keren tahu Mus, setiap pasien yang ditangani sama elo selamet terus. iri tahu"

"ah enggak. kebetulan aja itu mah"

"yeee... elah" mirda berlalu menuju meja kerjanya sambil mengelus-elus perutnya yang kian membuncit

"mir..." panggil Muslimah, dia berbalik dengan raut bertanya

"aku pamit dulu ya, Papah chat minta pulang. habis ini aku free kan?" tanyanya sambil merapikan jas dan memasukkan barang-barangnya ke dalam tas miliknya.

"iya mus, tadi itu udah operasi yang terakhir elo. paling bentar lagi Juna datang gantiin shif elo. ya udah gih entah bokap lo nunggu lama"

"oke deh gue cabut dulu ya" pamit Muslimah. ia menghilang dari balik pintu. Mirda melanjutkan pekerjaannya menumpuk file di atas meja.

"Mumu pulang" ucap Muslimah setengah berteriak saat memasuki rumah mewah dengan cat nuansa putih biru.

"eh anak mama yang cantik udah pulang, yuk udah ditungguin papah di ruang tengah" ajak mama sambil menggiring anaknya menemui ayahnya.

"ada apa pah? tumben Mumu disuruh pulang cepat?" Muslimah menuang air putih ke dalam cangkir

"Sampai kapan kamu hidup sendiri?" tanya pak Addin, Muslimah melirik malas.

"kan Mumu udah bilang pah, enggak usah bahas itu-itu lagi" tolaknya

"duduk Muslimah Salamah Ulya!" kata pak Addin tegas ketika anak semata wayangnya itu henda pergi

"pah mah Muslimah baru selesai operasi. capek. plis deh enggak dikasih istirahat dulu?" protesnya, sang suami melirik istrinya yang duduk di samping Muslimah.

"sebentar saja Mumu, dengarkan papah dulu" bujur bu Addin

"Papah dan Mama sudah putuskan untuk menjodohkanmu dengan Rizkan"

"lagi?"

"ya untuk kebaikan kamu nak"

"pah mah"

"tidak ada penolakan titik!"

"what???"

"Besok Malam kita diner bersama keluarganya. papah minta kamu dandan yang cantik" pak Addin mengakhiri bicaranya dan berjalan meninggalkan anaknya yang mendengus kesal

ibu Addin mengekori suaminya. tinggallah Muslimah yang merutuk-rutuk tak terima

"Rizkan siapa lagi? tidak sadarkah mereka aku benci perjodohan"

"Fatih... Sampai kapan kamu membuatku menahan malu seperti ini?"



To be continue

Jodoh Untuk MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang