Denting sendok dan garpu saling bersahutan diantara piring-piring di atas meja makan bundar milik keluarga pengusaha batubara yang tengah menjamu tamu istimewa calon besan baru keluarganya.
usai makan malam spesial tersebut, H. Halim pemilik rumah mengajak tamunya untuk berbincang santai di ruang tamu sambil menunggu dua sejoli yang sedang pedekate di halaman belakang."Saya Razkan Fadillah, kamu boleh panggil saya seperti abi memanggil saya. Azka" ujar lelaki tampan berbaju koko abu rokok di depan Muslimah yang juga memakai pakaian senada. bedanya bila Azka tampil islami Muslimah tampil semi islami. ia mengenakan gamis tanpa hijab yang menutup rambut indahnya yang bergelombang.
"Saya Muslimah. senang mengenal anda" ucap Muslimah sopan dan halus.
suasana menjadi canggung. suasana seperti ini bukan pertama kali bagi gadis berambut hitam legam itu. sudah sering ia berada di posisi ini sejak ia umurnya menginjak 25 tahun. sejak 3 tahun silam.
"ekhm... Silahkan diminum Mah"
"jangan panggil begitu" kata Muslimah dengan pipi bersemu merah. untuk pertama kali dalam sejarah perjodohannya ia merasa malu dipanggil begitu oleh Azkan."oh... kamu enggak suka ya? terus Saya panggil apa?" tanya Azka wajahnya sedikit mengguratkan rasa bersalah.
"oh bukan begitu, hanya saja kalau ada yang dengar enggak enak kedengarannya kaya manggil pacar gitu" jawab Muslimah kikuk. Azka tertawa renyah. ia menuangkan air untuk Muslimah juga dirinya.
"Toh bentar lagi kamu juga jadi Mama untuk anak-anak nanti kan, kenapa malu?" ucap Azka pelan namun terdengar jelas di telinga Muslimah
"apa?" ulangnya kaget
"eeh"
"tadi anda bilang apa?"
"yang mana?"
"Mama? anak?"
"Oh... itu abi manggil. kita kesana yuk!" kata Azka tiba-tiba mengalihkam pembicaraan mereka. Muslimah mendengus tak suka. ia ikut mengikuti langkah calon imamnya itu. jika dia mau menikah dengannya.
"Haduuuh kalian ini baru pertemuan pertama udah betah aja ngobrol berduaan..." goda Pak Addin yang duduk santai di sofa tamu bersama H. Halim.
Muslimah duduk diikuti Razkan di sampingnya. jarak duduk mereka tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Pemuda Berambut Pendek itu sepertinya masih menjaga jarak dengan Muslimah yang bukan muhrimnya."Jadi Gimana, ngerasa cocok?" tanya H. Halim serius, Azka tersenyum tersipu. sementara gadis disebelahnya terkejut bukan main.
"Apa? baru kenal sudah ditanya cocok enggak? Astaga" batin Muslimah Sebal.
seperti melihat gelagat tak menyenangkan dari calon jodohnya, Azka segera menimpali.
"Ya ampun abi, Kita ta'aruf dulu deh biar makin kenal makin mantap lanjut atau enggaknya. ya kan Muslimah?" ucap Azka
Gadis itu mengangguk.
"Baik... benar juga. Kalian saling kenal dulu. Biar tidak ada penyesalan nantinya. Ayah harap kalian membuat keputusan terbaik" Ujar Pak Addin bijak.
"Abi pun berharap begitu" Kata H. Halim. memandang lekat wajah dua insan di depannya terutama putra bungsunya Azka. wajah berseri anaknya begitu menyiratkan betapa ia sudah menyukai calon gadisnya. Lelaki tua berjanggut putih itu tersenyum dikulum. ditatapnya Foto keluarga yang terpajang di lemari Foto ruangan itu, Ia tersenyum penuh makna ketika melihat Foto jadul hitam putih yang memotret seorang perempuan berkebaya putih yang tengah tersenyum manis.
dalam hatinya ia berdoa sang istri tercinta turut merasakan kebahagiaan sang anak tercinta.
andai sang istri masih disisinya sungguh lengkap kebahagian keluarga pengusaha itu. sungguh Azka akan sangat bahagia."Jadi bagaimana dia Mu? Ganteng dan mapan sama seperti mu juga kan" Kata pak Addin setibanya di ruang tamu rumah mereka.
"Kalian sudah pulang, giman dinnernya Mumu pah? " Tanya ibu Muslimah yang datang dari arah kamarnya. Pak Addin melirik Ke arah Mumu.
"ya gitu deh ma"
"loh kok jawabnya singkat gitu?"
" enggak tahu deh ma, mumu cape besok ada operasi" Muslimah meninggalkam kedua orang tuanya, berjalan gintai menuju kamarnya.
"kok jutek gitu sih pah?" tanyanya pada sang suami meminta penjelasan.
"Tadi baik-baik aja kok ma, mungkin dia masih malu cerita. justru tadi mereka ngobrol lama di taman belakan rumah H. Halim sama anak bungsu laki-lakinya. enggak masalah sampai Azka ngajak keliling di perpustakaan kecil miliknya" cerita pak Addin panjang lebar. ibu Addin mendengarkan penuh rasa keingin tahuan.
sedang di kamar, Muslimah baru saja menghempaskan tubuh langsingnya ke atas tempat tidur.
drrt.
Android samsungnya bergetar, nama Razkan tertera di sana
"Hallo... Azka?" tanya Muslimah heran
"Sudah di rumah?" tanyanya
"sudah, ini di kamar"
"syukurlah, Saya cuma mau memastikam itu" ucap Azka terdengar kikuk.
"Janga ngomong saya kamu, terlalu formal"
"terus apa?"
"terserah"
"saya bingung"
"sudahlah, aku kau saja" kata muslimah akhirnya
"baik, kalau begitu selamat tidur Muslimah" ucap Azka mengakhiri obrolannya via telpon.
Muslimah beranjak membersihkan dirinya ke kamar mandi lalu mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. seperti biasa sebelum tidur ia akan memasang alarm Patrick di nakas samping tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Muslimah
General FictionMuslimah adalah seorang dokter kandungan yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta. Wajah orientalnya memiliki daya tarik tersendiri diantara para lelaki ditambah kemapanan dan pendidikannya yang tinggi sebagai seorang dokter spesialis.Muslimah...