Masih Berharap

137 2 0
                                    

Muslimah duduk mulamun di meja kerjanya. hari ini konsentrasinya terganggu oleh bayang-bayang wajah Azka.

"Huh kenapa sih Azka lagi Azka lagi!" gerutunya.

"siapa Azka?" tanya Syifa yang sejak tadi sibuk memerhatikan Muslimah berpangku dagu.

"Calon lagi ya?" tebak Syifa

"Ya.." jawab Muslimah tidak bersemangat

"tumben dipikirin" celetuk Perempuan yang sedang hamil tua itu.

"Entahlah Fa, baru kali ini aku ngerasa ada yang aneh" gadis itu menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Oh ya, jangan-jangan itu tanda tuh" ucap Syifa antusias

"tanda apa an?"

"tanda kalau dia jodoh buat kamu" jawab Syifa.

"ngaco deh, masa iya gitu"

"aku dulu sama Dion juga gitu waktu dita'arufin" ucapnya sambil memgelus perutnya yang buncit.

"enggak jelas deh, yang ada itu perut tuh yang punya tanda" sahut Muslimah, ia berdiri mengambil stetoskopnya di atas meja mengalungkannya di leher.

"tanda apa?"

"tanda mau lahiran, bye!"

"Ya elah Muslimah mah gitu diajak ngobrol" gerutunya saat muslimah pergi.

"jangan ditiru ya nak..." bisik Syifa pada bayi yang ada dikandungannya.

"Bagaimana kondisinya bu?" tanya Muslimah pada seorang ibu separuh baya yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit wajahnya terlihat pucat.

Muslimah memeriksa tekanan darah sang ibu dan juga mengecek detak jantungnya.

"Mendingan Dok, sudah tidak sesakit tadi" jawab ibu itu lemah.

"Ibu jangan banyak khawatir ya, insya allah operasi cecar besok lancar dan bayi kembar itu ini akan segera melihat wajah cantik ibunya" ucap Muslimah seraya tersenyum cantik.

"aamiin... aamiiin... aamiiin... terima kasih dok. dokter juga cantik sekali pasti suaminya bangga punya isteri secantik dan sebaik ibu dokter" kata ibu itu yang juga tersenyum lebar. muslimah tertawa kecil mendengar penuturan ibu itu.

"kenapa tertawa dok?" heran sang ibu.

"tidak apa bu, hanya saja saya bel menikah" jawab Muslimah.

"ah masa perempuan secantik ibu dokter belum menikah, kalau di kampung saya ada sebening ibu dokter sudah jadi rebutan dok"

"hahaha ibu bisa saja, belum ketu jodohnya aja bu"

"belum ketemu apa belum mau bu dokter?" canda ibu itu. Muslimah menggeleng kecil bersemu merah pada pipinya karena malu.

"Wah makin cantik aja bu dokter kalau pipinya merah. jadi pengen nyubit deh" gemasnya memuji kecantikan alami Muslimah.

"Mungkin dua-duanya bu" ucap Muslimah menjawab pertanyaan ibu tadi.

Muslimah membuka pintu ruang kerjanya tanpa semangat. ia melepas stetoskop dilehernya menaruhnya asal di meja. ia duduk tanpa gairah menidurkan kepalanya di atas meja.

"aduh ngagetin aja sih Mus, untung bayi aku enggak langsunh brojol" omel Syifa yang terkejut karena suara pintu yang dibuka paksa.

"Gue enggak fokus Fa" lirih Muslimah tanpa menoleh pada Syifa.

"ini nih, makanya cepetan nikah Mus terus punya anak biar engga dikira udah merid mulu"

"emang muka aku kelihatan udah merid ya?" tanya Muslimah sedih.

"justru karena muka elu cantik neng makanya dikira udah merid"

"dokter cantik di rumah sakit ini kan banyak Fa masa cuma aku doang yang giniin?" tanya Muslimah.

Syifa memutar bola matanya mendengar ucapan rekannya itu.

"yang cantik emang banyak tapi yang tua sama belum merid cuma kamu Mus. umur kan enggak bisa bohong" kata Syifa.

"kata orang aku baby face" ucapnya

"Ya elah sebaby facenya kamu Mus tetap aja kelihatan dewasanya. kamu jangan heran sama dokter cantik di rumah sakit ini mereka kan udah merid walaupun usianya jauh dibawah kamu" Jelas Syifa. ia menggeser kursinya mendekati Muslimah. gadis itu menoleh mendengar suara suara Syifa yang semakin mendekat.

"Setiap perempuan pasti menginginkan suami yang sempurna Mus" Ucap Syifa. ia menatap Muslimah intens.

"Tapi sayangnya di dunia ini tidak ada yang sesempurna itu. Setiap orang punya kelemahan dan kelebihan. kalau kamu terus mencari yang sempurna kamu enggak akan dapat.

Allah menciptakan dua manusia yang berbeda untuk disatukan dengan saling menerima perbedaan.

aku tahu kamu belum bisa melupakan Rian yang menikah tanpa kabar, aku juga tahu Rian tampan dan mapan.

tapi apa masih pantas kita mencintai lelaki yang tidak menghargai kita dan mengkhianati kita di saat kita begitu menjaga hati kita untuk dia selama bertahun-tahun?

jawaban ku tidak Mus. Cinta terlalu berharga untul dipermainkan" Urai Syifa panjang lebar. ia mengelus kepala Muslimah penuh kasih sayang layaknya seorang kakak pada adiknya.

Muslimah mencoba mencerna perkataan Syifa yang sangat mengenai hatinya.

apa yang diucapkan wanita di depannya ini benar.

mungkinkah dia masih mengharapkan Rian yang sudah meninggalkannya sampai ia belum bisa membuka hati untuk lelaki lain?

Benarkah setelah disakiti Rian ia menjadi lebih posesif terhadap perasaannya hingga menuntut kesempurnaan.

Muslimah melepas nafasnya berat.

"Lupakan Rian Mus" ucap syifa dalam.

Muslimah menutup matanya.

"hatiku masih menolak Fa" lirihnya. menenggelamkan kepalanya diantara kedua lengannya di atas meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Untuk MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang