6. What happened?

61 13 4
                                    




Kutelan bulat-bulat humberger keju yang baru kubeli, yoora tampak mengeleng-ngeleng melihat betapa rakusnya diriku.

"kau tak makan berapa minggu hyoju-ah" dengusnya memandangku horor, lalu menyedot capucinnonya malas.

"diam, aku sedang mencerna semuanya dibantu makan" aku terus memakan humbergerku lahap, bisa dibilang itu juga salah satu kebiasaanku ketika sedang tertekan, jadi jika sedang test tiap akhir semester sudah pasti badanku akan mengembung.

"kau benar-benar seperti seseorang yang berbeda"

Aku menghentikan acara makanku lalu menatap yoora yang terseyum getir, nafsu makanku hilang secara tiba-tiba. bukan Cuma itu saja, bayang-bayang perkataan yoora yang dikatakan tadi mendenging ditelingaku.



Flasback.

"wow, bahkan saat aku kecelakaan 2 bulan yang lalu kau tak menengokku. Kau bahkan menghilang saat itu"

Lucu sekali, apa yang kudengar sekarang benar-benar membuatku terbatu. Seakan menampar wajahku keras-kerasnya sampai memar. raut wajah sedih yoora menyadarkanku akan sesuatu, Aku ini orang brengsek.

"a-aku, tidak, k-kau" apapaun itu tak ada yang bisa kulontarkan. sekalipun otakku sudah kuperas, semuanya hanya tertahan dan membuatku semakin bodoh.

"kau kenapa?" raut wajahnya berubah setelah melihatku mengurut keningku, semua semakin menambah pening dikepalaku yang terasa berputar-putar.

"kepalaku agak pusing, bisa kau ceritakan sesuatu tentang hilangnya aku itu" mintaku dibumbui sedikit kebohongan, tak mungkinkan aku terang-terangan mengatakan tentang segala kegilaan ini.

"walaupun aku tak mengerti maksudmu, tapi baiklah" dia mendengus lalu menuntunku duduk disofa klup fotografi. aku mesenderkan tubuhku lalu menghela nafas mencoba sedikit menenangkan diri, kepalaku masih punsing tapi setidaknya tak separah tadi.

"saat itu tepatnya 2 minggu yang lalu kita bertengkar hebat, kita tak pernah bertengkar sampai seperti itu, biasannya kau memilih mengalah. Tapi hari itu, kau benar-benar membuatku naik pitam" dia menjeda perkataannya lalu menatapku lamat.

"kau tau kan, kita bertengkar karna aku sangat menolak hubunganmu dengan seokjin oppa"

"tunggu dulu, kenapa kau tak menyukai hubunganku?" potongku dengan kening berkerut.

"karna setiap hal yang berhubungan dengannya kau jadi gila, dan melakukan apapun hanya untuknya. kau dulunya bukan orang yang seperti itu. kau itu introvent, dan aku tau sekali kau malas mengurusi hal semacam itu. tapi sejak kau bersamanya, kau sering terlibat masalah yang serius. bahkan tak jarang berujung dengan rumah sakit" nafasku tercekat, sedikit terbelakak mendengar penuturannya. Raut mukannya yang terkesan serius membuatku yakin itu semua adalah benar adanya.

"yang terakhir, saat aku tak sengaja terserempet sebuah mobil. Kau menghilang selama satu 3 hari penuh, ibumu bilang kau hanya mengurung diri dikamar. Setelah 3 hari itu kau baru mengunjungiku dan berulangkali meminta maaf padaku dengan mata berkaca-kaca. juga bilang sesuatu tentang seokjin, tapi aku benar-benar tak tau apa yang kau maksud" paparnya panjang lebar.

"apa yang kukatakan?"

"sesuatu seperti, sebuah kegelapan semakin lama akan semakin besar, jika tidak dihilangkan sampai ke akar. Mungkin juga, selanjutnya akan memakan korban yang lebih bayak, aku harus menghentikannya, setidaknya ini untuk yang terahir. seperti itulah yang kau katakan. aku benar-benar tak tau apa artinya" dia mengheleng-geleng penuh tekanan, ada raut sedih disana. mungkin kata itu mengandung sesuatu.

STUCK IN WATTPAD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang