18. Fake love

28 8 6
                                    


Aku masih termenung.

Sedikit banyak aku mulai paham alurnya, setiap bersama mereka aku merasakan kebahagiaan, dan banyak perasaan menyenangkan yang belum pernah kualami. Namun, juga dibarengi kesengsaraan.

Selalu seperti itu.







Hah, dikabulkannya permintaan tak masuk akalku ini memang merupakan berkah yang sangat luar biasa untukku, tapi disisi lain juga berhasil membuat hatiku remuk dengan perasaan campur aduk.



Sebenarnya, untuk apa tuhan melakukan ini padaku?.



Oke, memang aku yang meminta, tapi harus sekali seperti ini ya?.

















Dan harus kukatakan keberapa kali, bahwa sampai sekarangpun aku tak tau aku terjebak dimana. Apakah benar-benar terjebak disebuah wattpad yang berbeda genre tiap harinya?, atau selama ini aku mengalami kecelakaan dan sekarang aku sedang koma?, entahlah.

Tak ada yang masuk akal.










"Hyo, sudah mau pulang?"



Aku mendongak, tersenyum tipis. Lalu mengangguk lirih sebagai balasan untuk namjoon oppa.


"Diluar mau hujan, kau yakin mau pergi sekarang?" tanyanya lagi, ada kerut khawatir di wajahnya. Aku berganti menoleh ke cendela besar dihadapanku, benar langitnya mendung sebentar lagi pasti hujan.


"Semakin lama aku disini, malah nanti semakin besar kemungkinan aku kehujanan, oppa" tuturku, dia sempat berfikir sebelum mengangguk-ngangguk setuju. Ia segera duduk disofa dekatku, lalu mengambil beberapa kertas dihadapannya. Sedang menulis, tapi aku tak tau apa itu, mungkin menulis lagu.

"Minta hoseok untuk mengantarkanmu, dia sedang mandi sekarang" namjoon oppa berbicara ditangah-tengah ia mencatat sesuatu di kertas-kertas itu.



"Baiklah"


Hanya itu yang kuucapkan, rasanya hatiku masih tetap berdenyut-denyut nyeri saat mendengar namanya. Semakin lama tak semakin hilang, malah samakin sakit.

Kalau begini terus, aku harus apa?.















"Oppa sedang apa?" gumamku memecah keheningan, melirik kertas-kertas itu penuh minat.

"Aku sedang memikirkan konsep lagu baru kami, aku butuh inspirasi" tuturnya sambil merengut, membuatku tersenyum kecil, lucu sekali mimik mukanya saat tengah berfikir seperti ini.

"Punya saran?"




Aku terdiam berfikir, lalu tersenyum setelah menemukan sebuah ide.


"Bagaimana soal 'fake love'?, cinta yang palsu?"

"Fake love?"

"Ya, saat kau merasa orang yang kau cintai mencintaimu. Tapi ternyata itu hanya sebuah kebohongan, sangat jauh dari kenyataan. Bahkan apa yang ia katakan dan juga senyuman hangatnya juga hanyalah sebuah kebohongan. Tapi tak ada yang bisa kau lakukan karna kau benar-benar mencintainya, kau akan tetap tersenyum padanya sekalipun kau sudah tau semuanya"





Aku mengehela nafas panjang, meremat tasku tanpa sadar. Tetap mati-matian menahan ekspresi wajahku.





"Kau bahkan bisa membiarkan orang itu memperlakukanmu seperti boneka" lanjutku lirih.


STUCK IN WATTPAD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang