10. The Truth Untold

63 13 3
                                    

suflo memutuskan update untuk mempercepat endnya fanfic ini. tidak ada adegan berbahaya tenang saja, aman.

**




Aku masih terdiam, menatap pantulan diriku digelas susu yang baru kubuat beberapa menit yang lalu. masih belum ingin meminumnya dan memilih tetap diam, Bergelut dengan beberapa pikiranku.

Kata-kata ayah tentang ibuku masih terniang-niang, dan itu membuatku termenung beberapa jam sambil terus menatap sebuah foto besar diruang tengah yang dipajangi bunga disekitarnya, foto ibuku. Dia benar-benar sudah meninggal, bahkan ayah mengatakan sudah sejak lama, tepatnya 5 tahun yang lalu.

Dadaku terasa sesak, walaupun aku tak tau ini nyata atau tidak. ataupun kenyataan jika sewaktu-waktu keadaan ini bisa berubah, semua tetap terasa sakit.

Aku masih mengingat bagaimana keanehan ini bermula dan berakhir, seperti setiap pergantian malam semua jadi berbeda.

"kau baik-baik saja nak?" tanya ayahku yang sudah siap dengan jas kantornya, menatapku khawatir.

"Aku tidak apa-apa, appa berangkat saja" ucapku lirih lalu tersenyum tipis, setidaknya sisi baiknya aku bisa bersama dengan ayah yang selalu kurindukan. Well, jarang sekali ia mengunjungiku karna sibuk dengan pekerjaannya apalagi jarak seoul dan busan yang bisa dibilang tak dekat, jadi bisa dipastikan berapa kali aku bertemu dengannya dalam satu tahun.

"appa pulang agak terlambat nanti, ada pertemuan dengan beberapa investor" aku mengangguk, membuat ayah menepuk puncak kepalaku sebelum melangkah pergi.

Sekali lagi hanya hembusan nafas yang bisa kukeluarkan, rasanya masih menyesakkan, tapi anehnya air mataku tak keluar.



.



.



.



Suasana agak sepi dihalte bus yang biasa kudatangi, mungkin karna ini masih pagi. Hanya ada aku dan dua orang wanita dewasa yang duduk disini menunggu bus, aku memang ingin berangkat pagi hari ini. tak ada alasan khusus, karna kurasa terlalu lama berdiam diri dirumah bisa membuatku gila.

Hingga aku lelah menunggu, bus belum datang juga, padahal biasanya tak pernah telat. dengan sedikit jenuh aku menoleh kesana kemari, mengamati beberapa kendaraan yang sedang lewat, mengisi kebosananku. sampai aku menemukan seseorang disebrang jalan sana yang tak lepas menatapku.

Mulanya aku diam saja dan balas menatapnya karna bingung, tapi setelah belasan menit berlalu dan dia tetap tak mengalihkan pandangannya dariku, malah semakin intens tiap menitnya. Jujur aku risih karna itu, lihat saja dia yang mengenakan hoodie, celana, dan topi yang semuanya hitam, membuat pemikiran burukku timbul.

Hanya saja, apa yang menyebabkan diriku yang biasa ini jadi incaran?. andaikan aku kaya, cantik, atau pintar, tapi percayalah aku bukan salah satu dari itu, sekalipun aku ingin.

Detik berikutnya dia mulai berjalan kearahku, setelah lampu berubah hijau tentu saja, dan itu semakin membuat ku tak tenang. refleks aku meremat ponselku sedikit panik, jika memang terjadi sesuatu aku akan langsung menghubungi polisi, tekatku.

Langkahnya terhenti sekitar satu meter didepanku, masih menadangku tapi tak berniat mendekat. Aku juga berusaha tak menatapnya, tapi apa boleh buat rasa penasaranku sangat besar, hingga aku nekat menatapnya sebentar.

Ingatkan padaku kalau orang yang paling penasaran bisanya cepat terbunuh dalam sebuah film, baklah lupakan saja.

Wajahnya masih samar, aku tak bisa melihatnya dengan jelas dibalik topi hitamnya, tapi aku bisa melihat bibir tipis dan dagu putih pucat.

STUCK IN WATTPAD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang