Gadis itu tergesah-gesah. Iya berlari layaknya atlet lari. Secepat mungkin, membuatnya mandi keringat. Sebetulnya dia tidak akan berlari jika motor ayahnya tak mogok. Tapi di luar dugaan membuat gadis ini harus bertindak lain. Terlihat gerbang sudah dikunci oleh penjaga gerbang. Satpam itu tak memberi toleransi, hanya tatapannya saja bisa membuat semua anak yang di luar gerbang bergidik ngeri.
"Ya tuhan... telat!!!" rutuk gadis itu."Azka!!!" panggilAnanda, Azka menoleh ke sumber suara.
"Hahaha... Lihat kita senasib bung"
"Hosh..hosh.. Hosh.. Ka...hu... Ini... Bukannya gue dikasih minum malah ketawa, senang banget gue menderita lu jidat"
"Dasar bodoh! Gue juga sama. Ya udah tertawalah, kita seimpas nanti. Kok repot..."
"Kalo elu bukan sahabat gue udah gue makan mentah mentah!!!" rutuknya.
"Tenanglah Ana, kau ini masih saja sama. Marah terus, pantesan orang takut sama kamu"
"Idih... Jijik.. Anjay, kamu kamu.." Ana menarik hidung Azka.
"Tuhkan... Tuhkan.. Gue salah lagi, Apa salah eneng bang.." canda Azka.
"Eneng... Eneng.. Enengok gue gampar lu.. Haish.. Jijik... Jijik..Gelo sia!!" Ana merasa ingin mual, lagi lagi Ana mencubit hidung Azka. Terlihat hidungnya tak beda jauh dengan Hidung badut, berwarna merah.
"Kalo suka idung gue bilang ajhah... Idung gue emang indhah..."
"Ya tuhan,kenapa aku memiliki peliharaan seburuk ini" gerutu Ana.
"Anjing lu..."
"Iya,elu anjing gue, paham kok pemiliknya"
Sampai sebegitu asiknya mereka berdua mulai tersadar, mereka dipandang oleh anak anak lain sebagai hiburan, bahkan ada yang merekamnya.
"Tuhkan... Kita di pidio.. Gue belum mau terkenal" kata Azka.
"Ahai.. Artis,jeng.. Kita bakalan jadi artis... Nanti kita tenar gitu.." Ana dengan gaya centilnya.
.
Suara gerbang terbuka membuat anak anak berhenti merekam aksi dua anak tidak jelas itu. Semua berhamburan masuk, dan berbaris rapih. Seperti biasa, mereka menulis nama dan kelas, kemudian diberikan hukuman."Satu!!!" terdengar suara samar samar seorang berteriak berhitung sampai pada giliran Azka.
"Tiga puluh dua, hitungan selesai!!!" dengan cepat dan tegas Azka berhitung.
.
Di tempat lain, ada seorang laki laki yang menyaksikan Azka, menatap dengan tatapan sinis namun iba.
.
.
.
Kring...kring...kring bunyi sepeda, sepedaku roda dua.
Eeeaa.. Nyanyi ya.. :P disini dulu ya, Chan bakalan lanjut kalo ada perkembangan. :* ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambigu
FantasyIni cerita pertama Saya Diharapkan kritik dan sarannya. untuk membangun cerita ini ;') . "Dia kembali, dengan hati yang sama? Aku tak percaya itu. Atau mungkin hanya ingin membalaskan dendamnya padaku? Hahaha, lucu sekali jika iya. Tak akan, Tak aka...