Cucu Laki-Laki

31 2 0
                                    


"Pergi." Sesaat setelah laki–laki di depannya ini berteriak, Alara mendengar suara seseorang yang menyuruhnya pergi. Ia tidak tau siapa itu. Keadaan di lorong itu sangat gelap.

"A-aku tidak bisa. Dia menahan ku." Jawab Alara apa adanya karena memang kenyataannya dia tidak bisa bergerak karena laki–laki berkacamata di depannya.

"Bukan kau." Ucap laki–laki misterius itu yang membuat Alara bingung.

"Jangan ikut campur Zain." Ucap laki–laki di depan Alara tanpa menoleh sedikitpun. Laki–laki itu masih berdiri di depan Alara dan masih memperhatikan wajah Alara yang terlihat sedikit ketakutan.

"Zain?" Ucap Alara dengan suara yang sangat pelan. Zain? Sepertinya ia mengetahui nama itu. Ya, jika tidak salah Zain adalah orang yang menolongnya saat pagi tadi.

Laki-laki yang bernama Zain itu terlihat sedang menyandarkan tubuhnya di dinding lorong yang gelap itu sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Lalu ia menghela napas kasar. Dan tanpa menghiraukan ucapan laki–laki berkacamata, Zain langsung menarik laki–laki itu hingga terjatuh.

Alara yang merasa sudah bebas langsung pergi sedikit ke tempat yang lebih terang. Ia melihat sepertinya Zain mengatakan sesuatu ke laki–laki berkacamata tersebut. Ia tidak tau apa itu. Ia tidak bisa mendengarnya. Lalu setelah beberapa saat kemudian, Zain berjalan ke arah Alara dan memperhatikan gadis itu dari atas ke bawah.

Setelah memastikan tidak terjadi apa–apa, Zain pergi begitu saja meninggalkan Alara yang masih memperhatikan laki–laki berkacamata itu dengan bingung. Alara yang ingin berterima kasih pun tersadar dan segera menyusul Zain.

"Hey tunggu."

"Aku belum sempat berterima kasih padamu untuk yang tadi pagi dan yang bar-"

"Sama–sama." Ucapan Alara langsung dipotong begitu saja oleh Zain.

Alara yang tidak terlalu memusingkan hal itu langsung pergi meninggalkan Zain ke dalam kelas. Sedangkan Zain, dia masih punya urusan yang harus diselesaikan.

***

Banyak hal yang terjadi hari ini. Pikir Alara. Dan tidak satu pun dari hal itu ada yang bagus. Alara sedang dalam perjalanan pulang saat ini. Tepatnya ia sedang dalam perjalanan ke rumah tuan Robbinson. Entah apa yang ia pikirkan. Ia juga tidak tau kenapa ia mau begitu saja disuruh bekerja secara sukarela untuk mengurus tuan Robbinson.

Sebenarnya nenek Alara yang menyuruhnya untuk merawat dan menjaga tuan Robbinson. Alara tidak tau apa alasannya. Tetapi ia sangat menyayangi nenek nya dan begitu pula sebaliknya. Makanya sampai saat ini ia masih menjalankan amanah nenek nya sebelum meninggal sampai saat ini.

"Aku da-"

"-tang." Ucap Alara yang terputus karena heran melihat banyak sekali orang dirumah tuan Robbinson saat ini. Ada apa ini. Batin Alara.

"Maaf, apa kau adalah cucu dari pemilik rumah ini?" Tiba–tiba saja seorang wanita yang berpakaian seperti dokter, atau mungkin memang dokter, menghampiri Alara.

"Hm, bukan, tetapi bisa kau anggap seperti itu. Ada apa?"

"Oh, aku membutuhkan kontak keluarga nya. Keluarga kandung. Tetapi sepertinya para pengawalnya sendiri pun tidak ada yang memiliki kontak keluarga kandung tuan Robbinson." Jelas wanita itu. Alara mengangkat kedua alisnya bingung. Yang benar saja. Apa iya satupun pengawalnya tidak ada yang tau siapa keluarganya.

Aku kira ucapan Thomas saat itu hanya bercanda. Ternyata benar. Tuan Robbinson benar -benar menutup hidupnya. Bahkan orang-orang bawahannya pun tidak ada yang mengetahui kehidupannya yang sebenarnya.

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang