"Kamu tak pernah ada, maka jangan bertingkah seolah-olah kamu ada— "
1.
"HAAAAH—!!!"
Aku terbangun dari tidurku, dengan keringat dingin. Alarm berdering kencang, Tangan kananku mencoba meraih mesin pembunuh tidurku itu.
*TAP*
Alarm sudah kumatikan. Kepalaku sakit, seperti sakit kepala, ya kepalaku sakit.
"Ughhh....", ku pegang kepalaku dengan tangan yang sama untuk mematikan alarm itu. Pening ini sakit sekali. Aku terngiang dengan kata-kata seseorang dalam mimpiku sebelum aku terbangun tadi. Aku kemudian melihat alarm, lagi, dan...
"OH TIDAK—! Aku terlambat, sial!", gerutu aku dalam kesalahan yang dibuat oleh diriku sendiri di waktu pertama aku masuk Sekolah Menengah Atas, atau singkatnya SMA.
Aku bergegas bangun dari magnet terberat manusia di kala pagi, dan bergegas mengambil handuk di jemuran luar jendela. Kemudian, masuk dengan sembrono ke arah kamar mandi. Kau tahu? Laki-laki mandi tak lebih dari 15 menit. Jika lebih dari itu, kau lihat apakah sabunnya menimbulkan banyak busa atau tidak.
Yap, benar tak sampai 15 menit aku keluar dari kamar mandi dan bergegas mengambil seragam putih abu-abu ku. Kata orang masa putih abu-abu adalah masa mencari jati diri, mencari cinta yang menyenangkan, dan sendu, dan rasa rindu, katanya. Entahlah...
Kulihat diriku tampan, menurut pandanganku, kuberi sentuhan parfum murah minimarket lantai 1 apartemenku dan kuraih tas dan topi di meja belajarku.
Kearah dapur, kuambil roti tawar berkulit, ya bukan yang tanpa kulit, oke? Kuoleskan margarin yang selama ini kukira adalah mentega, dan menaburkan meses coklat bermerek salah satu dwarf planet antara orbit Planet Jupiter dan Mars.
Kutangkap, maksudnya adalah istilah roti satu tangkap, kemudian ku bergegas keluar, jangan lupa mengunci pintu apartemen, dan kearah lift.
....
"Oh....tidak.", Aku, dengan kecewa melihat sebuah papan pengumuman bahwa lift sedang diperbaiki. Apakah kau bisa membayangkan bagaimana aku harus bisa turun melalui tangga dari lantai 6 menuju lantai 1? Coba kau bayangkan, coba kau renungkan.
Tak secepat Flash atau Quicksilver ku berlari, tapi ini sebatas kemampuan manusiawi ku berlari, kutempuh semua anak tangga dari lantai 6 menuju lantai 1. Ini baru usaha menuju keluar apartemen, bagaimana aku menuju sekolahku? SMA 6 Kalisokka terletak 5 blok persimpangan dari apartemen ku.
Di lantai 1, kulari kearah pintu masuk apartemen, kulihat penjaga ada di depan pintu dan berusaha membukakan pintunya untukku.
"Selamat pag...."
"Selamat pagi, Pak Johan. Maaf aku terburu-buru, sudah telat~", aku memotong pembicaraan Penjaga yang bernama Pak Johan itu.
Kuambil sepedaku, ah sial aku harus membuka kode kunciannya dulu. Enam...enam....sembilan...tujuh? BINGO! Kulepaskan kunci sepeda dan langsung mengayuh cepat kearah SMA 6.
Orang-orang yang berangkat bekerja mulai menampakkan dirinya. Dari yang berjalan, mengendarai sepeda, sepeda bermotor, mobil, hingga bus pun ada. Beruntungnya, kota kecil ini tak sepadat kota besar disana. Seramai-ramainya pagi hari, tak pernah macet, biasanya sih.
Selamat datang di kota kecil kami, kota dengan pohon yang rindang nan rimbun, udara yang sejuk, tidak panas dan tidak dingin. Penghuni yang banyak namun tidak padat, dan kehidupan yang nyaman disini. Selamat datang di Kalisokka!
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERSIDE
Подростковая литератураMenceritakan tentang pemuda yang introvert dan kesulitan dia dalam menghadapi situasi kehidupan dia yang sangat kompleks, terlebih dia menderita DID (Dissociative Identity Disorder) atau lebih dikenal dengan Kepribadian Ganda. Ini merupakan cerita f...