"Ayaahhhhhhh.... Ibuuuuuuu...." mulailah drama si anak ajaib itu. Pagi-pagi udah teriak kaya tarzan sambil nurunin tangga. Mending kalau anggun jalannya, ini diseret begitu kaya jomblo karatan.
"Apasih kak? Berisik banget deh" protes Ibu Fatimah yang cantik kaya bidadari Jekardahh.
"Bu, tangga ini ko panjang banget si. Prilly capek tau kalau turun atau naik ditangga ini. Beli lift kek. Ayah kan banyak duit tuh. Jangan disimpen ajah, basi tau rasa!" keluh Prilly yang gaada faedahnya sama sekali.
"Kamu protes mulu. Kerja! Cari duit! Jangan nyusahin Ayah mulu!" rasakan dia kena sembur Bapak Galendra yang gak punya ekspresi. Lagian rumah udah segede istana, masih juga protes.
Prilly hanya mengerucutkan bibirnya sedetik setelah ia berhasil duduk di kursi kebesarannya. Jelas lah hatinya lagi gak karuan abis diputusin botol cuka, eh dimarahin Ayah lagi. Ya illahi, lengkaplah hidup dia.
"Kakak mau selai apa? Biar Ibu olesin" tawar Ibu
"Selai stroberi bu, yang rasanya manis biar bisa ngilangin pahitnya hidup Prilly" keukeuhnya. Ibu Fatimah cuman bisa geleng-geleng kepala sambil ngolesin selai ke roti milik Prilly.
"Heleh, napa lagi lu kak? Diputusin si sapu lidi?" muncullah Raja, adik di gadis ajaib ini yang baru turun dari tangga.
"Apasih lo!" Prilly menatap tajam Raja.
"Gausah ikut campur, anak kecil belajar sono!" sewot Prilly."Gue belajar. Lu cari kerja! Nganggur mulu hidup lo, kaya kue cuhcur Mak Elah" emang di komplek ini ada nenek-nenek yang jualan kue cuhcur, tapi gasuka laku anehnya. Padahal enak rasanya, kalo kata Raja mah.
"Sudah cukup, kal-"
"Cukup cukup sudaahhhh... Cukup sampai disini sajaaa.." Ayah yang lagi ngomong kepotong sama Prilly yang tiba-tiba nyanyi."Prilly!!!" bentak Ayah yang gak ditakutin sama sekali oleh Prilly.
"He'em. Maap" pasrah Prilly yang udah males dengerin omelan Ayahanda.
Raja yang duduk disebelahnya cuman bisa cekikikan kaya kunti.
"Mampus lo!"***
"Abang, Risa mau jalan-jalan sama abangg.." rengek gadis kecil yang lagi gendong boneka hello kitty.
"Iya, nanti kita jalan-jalan yaa. Tapi sekarang abang harus kerja dulu" bujuk Ali, orang yang tadi dipanggil abang.
Muhammad Ali Genta. CEO di Genta Group yang udah terkenal se-Indonesia. Sama kaya Ayah Prilly yang juga CEO di Galendra Holding. Ali anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya, Risa Lusiana Genta, masih berumur 4 tahun. Kalo Ali sih, udah agak bangkotan, 24 tahun umurnya. Ali itu kaya arab, kalo kata Risa mah. Liat ajah, alisnya tebel, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, beuh mantep kan. Tapi minusnya, Ali itu dingin, kaku, kaya triplek kontrakan.
"Bun, Ali berangkat kerja dulu ya" pamit Ali yang kalo sama keluarganya mah lembut banget kaya bulu kucing Mak Elah.
"Iyah, hati-hati ya nak" angguk Bunda Riri nerima salam Ali.
Cupp
Ali nyium pipi Bundanya dan adik kesayangannya sebelum berangkat kerja. Ayah Ali udah meninggal saat dia berumur 17 tahun. Mau gak mau perusahaan Ali pegang sampai sekarang.
"Assalamualaikum" pamit Ali.
"Waalaikumsalam" jawab Bunda dan Risa yang masih sibuk sama sarapannya.
***
"Bos"
"Bereskan masalah kemarin. Lalu ke ruangan saya" jawab Ali dingin.
"Semua sudah beres bos. Lowongan pekerjaan pun sudah dibuka" ujar Kevin, asisten Ali.
Ali yang mendengarnya lantas berhenti berjalan dan tersenyum.
"Kau memang bisa diandalkan"Kevin hanya mampu mengangguk membenarkan kata bos nya itu. Karyawan lain mana berani memperhatikan obrolan mereka. Setelah menyapa sang bos, mereka akan fokus kembali pada kerjaannya, daripada di tegur bos Ali. Ali kembali berjalan diikuti Kevin dibelakangnya. Hingga sampai pada suatu ruangan dengan tulisan CEO di pintu masuknya. Ali dan Kevin pun masuk lalu mereka duduk di sofa yang berada di pojok ruangan tersebut.
"Kau yakin dia sudah beres?" tanya Ali mengawali pembicaraan.
"Sudah bos, tapi saya tak yakin jika dia takan kembali"
Masalah kemarin dikantor membuat Ali pusing. Sekretarisnya, Lisa, dia berbuat hal tidak senonoh dikantornya. Seolah tak sadar ada cctv yang mengawasinya, Lisa malah bercumbu dengan salah satu karyawan divisi keuangan. Jelas mengundang amarah Ali, pasalnya Lisa itu wanita yang polos dan lemah lembut selama Ali kenal menjadi sekretarisnya. Diambilah keputusan oleh Ali, dengan memecat Lisa dan mencari sekretaris baru, yang lebih baik fikirnya. Kalau masalah karyawan divisi keuangan, Ali sudah meminta Kevin untuk memindahkannya ke kantor cabang, karena cara kerjanya yang bagus jadi masih Ali pertimbangkan.
"Kabari aku jika ada masalah"
"Baik bos, saya permisi"
Ali hanya mengangguk. Dia masih syok dengan masalah kemarin. Bukan karena apa-apa. Sebelumnya Ali menyukai sekretarisnya itu, dan berniat melamarnya. Namun setelah kejadian kemarin, Ali jadi menyesal tak mengenal lebih jauh wanita itu. Dan dia berniat untuk lebih mengenal siapapun wanita yang berada di dekatnya. Agar tak terulang kembali.
***
"Ibu, Prilly mau kerja ajah. Gak mau dirumah, bosen deh"
"Ya kerja lah, kan kamu disuruh kerja. Dasar kamunya ajah males banget" jawab Ibu Fatimah yang udah males dengerin rengekan anak gadisnya ini.
"Ih Ibu, dukung Prilly kek, inimah apaan.." ujar Prilly mengerucutkan bibirnya.
Bu Fatimah menghela nafas.
"Kamu kan dari dulu disuruh kerja, umur kamu udah 22 kak, nganggurnya kamu udah lama. Sayang ilmu kamu kalo ga di pake ya kan? Apa Ibu sama Ayah masih belum ngedukung kamu?" tanya Ibu selembut sutra."Maaf Bu, kalo Prilly nyusahin ajah Ibu sama Ayah"
"Engga sayang" dielusnya rambut tipis milik Prilly. "Ibu dukung apapun keputusan kakak. Kamu mau kerja dimana?" lanjutnya.
"Prilly mau coba lamar kerja di perusahaan kaya punya Ayah Bu, tapi Prilly gamau di kantor Ayah. Boleh ya Bu?"
Bu Fatimah lantas mengangguk sambil tersenyum kepada anak gadisnya itu. Disisi lain, ia merasa heran dengan sifat tengil Prilly yang gak kelihatan.
"Yaudah besok Prilly mau coba ngelamar kerja ya Bu, doain Prilly yang cantik ini semoga keterima. Biar bisa beli lift buat rumah ini. Ya gak Bu?" tanya Prilly sambil menaik turunkan alisnya.
"Hmm, iya kak" keluar lagi sifat aslinya, batin Bu Fatimah.
------
New story, tapi story lama aku unpublish si, karena udah lupa alur dan ceritanya.. Terpaksa buat yang baru.
Jangan lupa vote dan comment yaaaa...
Sdp
KAMU SEDANG MEMBACA
Babang Arab
Fanfiction"Babang arab, gue bikinin teh yaa.. Atau kopi? Atau jus? Hmm susu mau? Ituloh yang putih tapi ada juga cok-" "Keluar dari ruangan saya!!" "Iya-iya duh. Gue keluar" Prilly pasrah saat tawarannya tak dipedulikan. "Dingin banget kek ketek gue" lanjutny...