Malam harinya, Prilly yang sudah sembuh dari sakitnya sedang duduk diruang tv menonton bola bersama Galendra, sambil mengobrol.
Berkat pak Bos, jadi langsung sembuh deh, hehe lanjut.
"Om Agra?"
"Iyah, nanti besok dia akan datang ke kantor ayah, jadi kamu pasti ikut kan?"
"Tapi siapa om Agra itu yah? Setau aku, Prilly gapunya om yang namanya Agra deh. Adanya om tompel sama om brewok"
Prilly mengetukkan jari didagunya merasa asing mendengar nama yang disebutkan ayahnya."Kamu lupa kak? Om Agra itu yang suka main sama kamu waktu kecil. Kamu suka jajan cilok sama dia"
"Om Agra.. Suka jajan cilok..." gumamnya merasa semakin bingung.
"Hah? Om botakkkkk? Aaaaa ayah aku ikutttttt"
Prilly yang semula duduk disamping ayahnya, langsung melompat ke pangkuan ayahnya layaknya anak kecil."Astagfirullah"
Galendra menghela nafas pasrah atas kelakuan putrinya. Jujur ia juga rindu waktu-waktu bersama anak gadisnya ini. Ia merasa bersalah karena kurangnya waktu bersama dirumah karena pekerjaannya yang begitu menumpuk."Yasudah, cepat tidur dan besok ikut ayah ke kantor"
Prilly lekas beranjak dari pangkuan ayahnya dan langsung hormat.
"Siap Bos"
Ia balik kanan layaknya seorang tentara yang sudah melakukan laporan, lalu Prilly berlari menaiki tangga menuju kamarnya.***
"Bos, anda tidak pulang?" tanya kevin memecahkan lamunan Bosnya."Ya, sebentar lagi saya pulang. Kau pulang saja duluan" titahnya kepada asistennya.
Sepeninggalan kevin, Ali terus melamun membayangkan sikap adiknya yang akhir-akhir ini terlihat begitu sedih dan murung. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Riri. Terakhir kali ia menjemput Riri dan melihat matanya yang sembab seperti sudah menangis, tapi saat Ali tanya Riri hanya bilang tidak apa-apa.
Ali lantas bergegas mebereskan meja kerjanya dan langsung pulang. Ia ingin menanyakan ini kepada bundanya.
Sesampainya dirumah, Ali tak menemukan bundanya. Mungkin sudah tidur, fikirnya. Ia lalu memutuskan untuk naik kelantai atas menuju kamarnya.
Pagi harinya Ali yang sudah siap dengan pakaian kantornya turun menuju ruang makan yang disambut dengan wajah Riri yang masih terlihat murung. Ali yang masih penasaran pun ingin bertanya kepada bundanya, tapi mengingat pekerjaan dikantornya yang menumpuk ia memutuskan untuk segera sarapan dan berangkat ke kantor. Ia akan cari tahu nanti.
***
Di kamar yang bertemakan warna pink, ada seorang gadis yang sudah siap dengan baju kerjanya, lalu ia dikejutkan oleh suara ketukan dipintu kamarnya.
"Prilly! Ayo, kita bisa telat ke kantor"
"Iya ayah! Prilly bentar lagi turun" balasnya berteriak.
Galendra yang mendengar jawaban putrinya lantas turun menuju ruang makan. Disana sudah ada Fatimah dan Raja yang setia menunggu Galendra dan Prilly.
"Gimana? Prillynya udah siap?"
"Sudah, sebentar lagi dia akan turun"
Raja yang anteng dengan ponsel digenggamannya dikejutkan dengan satu jitakan panas dikepalanya. Ulah siapa lagi kalau bukan kakak tengilnya.
"Busetttt. Dateng-dateng ngajak gelud. Hayu gelud lah, kuring teu sieun" jawabnya dengan diakhiri logat sunda.
"Cukup! Cepat makan!!"
Prilly dan Raja yang sudah siap berperang pun mengurungkan niatnya takut dengan pelototan ayahanda.
"Yah? Nanti Prilly langsung kerja ya? Kemarin kan aku gak masuk, masa sekarang ga masuk lagi. Tar bisa-bisa Prilly dipecat, trus gabisa beli lift buat dipasang dirumah deh. Kan gak seruuuu" cerocos Prilly setelah menelan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babang Arab
Fanfiction"Babang arab, gue bikinin teh yaa.. Atau kopi? Atau jus? Hmm susu mau? Ituloh yang putih tapi ada juga cok-" "Keluar dari ruangan saya!!" "Iya-iya duh. Gue keluar" Prilly pasrah saat tawarannya tak dipedulikan. "Dingin banget kek ketek gue" lanjutny...