Kantor rasanya sepi sekali, itulah yang Ali rasakan saat ini. Tiada kekonyolan ulah sekretaris tengilnya itu. Jika ada pun, ia merasa risih. Namun anehnya, ia juga merasa kehilangan kala gadis tersebut tidak ada di kantor.
Memang hari ini Prilly tidak bekerja, bahkan tak memberi kabar sedikitpun ke kantor. Entah apa yang terjadi dengan gadis ajaib itu.
"Kemana dia?" ucap Ali seraya mengurut keningnya.
"Apa harus saya telfon dia? Ah tidak tidakk.. Apa yang kau fikirkan Ali!"Ali kembali duduk di kursi kerjanya setelah tadi berdiri di dekat jendela melihat pemandangan diluar gedung.
***
"Kak, ayok makan dulu, nanti minum obatnya"
"Iya Bu, nanti yaaa" rengek gadis yang sedang berbaring diranjang berbalutkan 3 selimut tebal.
"Prilly! Makan dulu kak! Kamu mau sakit terus?" ucap Ayah tegas.
Sedari tadi Galendra sibuk mengetuk pintu sang gadis yang tak lain adalah Prilly, sedangkan istrinya membawa nampan yang berisi bubur dan obat Prilly.
"Gak dikunci Yah, berisikk siiiiiii..." teriak Prilly dengan suara seraknya.
Galendra yang mendengarnya langsung kesal setengah mati.
"Kenapa tidak dari tadi!" gumamnya sambil menggertakkan giginya."Udah Yah, yuk masuk, kasian dia" ajak Ibu.
Setelah membuka pintu, Galendra dan Fatimah langsung menghampiri putrinya yang tengah bergelung di selimut tebalnya.
"Kamu masih panas kak, cepet makan, Ibu suapin ya" tawar Ibu setelah memegang kening Prilly yang masih terasa panas.
"Gamauuu, pengen disuapin Ayah tembookkkkkk" rengeknya.
Galendra lantas melotot mendengar ucapan putrinya itu. Lalu mengambil mangkuk berisi bubur dari tangan istrinya dan mulai menyuapi anak gadisnya yang manja, walaupun kesal ia tetap menurutinya.
Setelah selesai Bu Fatimah memberikan obat untuk Prilly lalu pergi keluar kamar membiarkan Prilly beristirahat.
"Cepat sembuh kak" ucap Ayah seraya mengusap kening gadis manjanya.
"Makasih Ayah tembokku" ujarnya pelan dengan cengirannya.
***
"Tolong siapkan mobil, dan belikan beberapa bingkisan"
"Baik bos"
Rencananya Ali akan datang ke rumah sekretaris tengilnya itu. Ali kangen rasanya. Tapi gengsi untuk mengungkapkannya. Alhasil ia akan menengok Prilly dengan alasan ingin mengambil berkas penting.
Setelah menempuh jarak yang tidak terlalu jauh, sampailah ia di rumah megah berwarna putih dengan gerbang yang menjulang tinggi didepannya. Sebelum berangkat tadi, ia sempat melihat alamat Prilly yang ada di biodatanya. Ia langsung turun sambil membawa bingkisan yang telah dibelikan oleh Kevin.
Ting Nong
Ali menekan bell rumah tersebut, dan tak lama kemudian muncullah seorang wanita dewasa yang masih cantik. Mungkin Ibunya, batinnya berbicara.
"Assalamualaikum tante" ucap sopan Ali.
"Waalaikumsalam, maaf siapa ya?"
"Perkenalkan nama saya Ali Genta, saya CEO di Genta Group tempat Prilly bekerja"
"Ohh, mari masuk Pak Ali, kita ngobrol didalam" Bu Fatimah mempersilahkan Ali masuk dan duduk di sofa ruang tamunya.
"Mau minum apa Pak Ali?" tawar Bu Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babang Arab
Fanfiction"Babang arab, gue bikinin teh yaa.. Atau kopi? Atau jus? Hmm susu mau? Ituloh yang putih tapi ada juga cok-" "Keluar dari ruangan saya!!" "Iya-iya duh. Gue keluar" Prilly pasrah saat tawarannya tak dipedulikan. "Dingin banget kek ketek gue" lanjutny...