"Jadi cinta itu fitrah. Salah satu dari sekian banyak rasa yang Allah ciptakan untuk menemani perjalanan hidup manusia. Tapi di samping rasa cinta yang suci juga ada nafsu yang sering kali mengotori. Seperti magnet, keduanya saling tarik-menarik. Sengaja Allah ciptakan kedua hal ini berlawanan. Untuk menjelaskan kepada manusia bahwa hidup memanglah sebuah ujian.
"Nah, tapi di sinilah letak betapa Maha Pengasih dan Maha Adilnya Allah. Melalui Islam, agama keselamatan, Allah telah jelaskan semuanya dengan begitu terperinci. Tidak terkecuali dengan jalan keluar untuk dua orang yang saling jatuh cinta. Dan satu-satunya solusi bagi kedua orang ini adalah dengan menikah. Bukan dengan pacaran atau TTM-an. Karena kedua jalan ini justru hanya mendekatkan manusia pada jurang kehancuran. Menempatkan manusia pada tepi lubang neraka.
"Seperti ayat yang Umi rasa sudah sering sekali kalian dengar. 'Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.' Dari ayat ini bisa diambil satu kesimpulan bahwa mendekati zina saja kita dilarang apalagi kalau menjalaninya. Sedangkan pacaran atau TTM-an tentu saja termasuk jalan mendekati zina.
"Sebagaimana yang pernah Rasulullah sabdakan bahwa, 'mata berzina dengan melihat, telinga berzina dengan mendengar, lisan berzina dengan ucapan, tangan berzina dengan menyentuh, kaki berzina dengan melangkah, hati berzina dengan memikirkan atau mengkhayalkan, dan kemaluan menjadi pengeksekusi terakhir.'"
Umi Siti menghentikan sejenak penjelasan kajian sore ini. Sembari memandang satu per satu wajah anggota kajian putri binaannya, wanita itu tengah menelisik lebih jauh. Mencoba mencari tahu apakah penjelasan yang barusan dia sampaikan bisa dicerna dengan baik oleh ke sembilan gadis tersebut atau tidak.
"Baik. Umi sudah sampai di akhir penjelasan. Kalau ada yang ingin bertanya, silakan. Kita akan diskusikan bersama." Salah satu dari kesembilan anggota kajian putri itu langsung mengangkat tangan. Terlihat begitu antusias dengan pertanyaan yang akan dia kemukakan. "Iya, Nisa. Silakan."
"Hmm, ini masih mengenai pembahasan tentang pacaran, Umi. Kalau ada yang berdalih bahwa pacaran mereka itu sehat dan islami gimana? Apa benar kalau pacaran yang seperti itu diperbolehkan?"
Umi Siti tersenyum lembut. Menatap gadis berkhimar marun yang tadi mengajukan pertanyaan dengan tatapan keibuan. Menjadi penanggung jawab binaan kurang lebih setahun memang telah membuat dia menyatu pada gadis-gadis tersebut. Menganggap mereka layaknya anak sendiri.
"Justru Umi yang mau balik bertanya, apa pacaran sehat dan islami itu ada?" Anisa bergeleng patah-patah. Begitu juga dengan delapan anggota putri lainnya. "Tidak ada. Mahasuci Allah, mana mungkin Dia memperbolehkan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang menjadi perintah-Nya. Maka sekali lagi Umi tegaskan, berhentilah dari aktivitas pacaran. Dan jangan pernah memberikan label islami untuk membenarkan kesalahan yang kita perbuat."
Anisa dan kedelapan anggota kajian putri itu mengangguk mafhum. Umi Siti kemudian melirik ke sebelah kiri atas dinding majelis. Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Itu artinya waktu untuk kajian yang diadakan setiap dua ahad sekali setelah ba'da asar tersebut sudah harus disudahi.
"Nah, kita cukupkan dulu sampai di sini. Semua kebaikan datangnya dari Allah dan jika ada yang salah itu dari Umi pribadi. Mohon segera diluruskan dan dimaafkan. Mari kita tutup dengan doa kafaratul majelis."
Semua kepala langsung menunduk. Membaca dengan hikmat doa penutup kajian. Memohon pada Allah semoga memberi ampun atas kesalahan baik sengaja atau tidak selama proses menimba ilmu itu berlangsung.
●●●●●
Seorang gadis berkhimar warna pastel tengah berjalan keluar majelis. Sembari mengetik sesuatu di aplikasi chat smartphone-nya, dia terlihat tersenyum lalu berjalan lebih cepat. Sesuai pesan yang tadi dia balas, dia telah ditunggu di tempat biasa. Namun langkah gadis itu tertahan ketika tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dan membawa dia menuju tempat wudhu khusus wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ke Surga
Short Story"Nah, dari sini kita bisa ambil satu kesimpulan. Bahwa manusia itu memang hanya bertugas untuk terus mendakwahkan, menyerukan, dan meninggikan kalimat-kalimat Allah. Perihal bagaimana caranya semua kalimat itu bisa masuk dan meresap di hati manusia...