Diah baru saja memasuki gedung majelis. Wajahnya tampak cerah berpadu dengan khimar berwarna baby pink yang dia kenakan. Sambil mengucap salam, gadis itu melangkah ke arah teman-temannya yang sudah datang duluan.“Umi Siti belum datang, ya?”
Dhita dan Yuni saling tatap. Terlihat salah tingkah ketika mendapat pertanyaan dari Diah yang tiba-tiba.“Kalian kenapa sih, Tha? Yun? Kok gitu banget lihat Mbak?” Diah tersenyum geli menanggapi ekspresi kedua gadis paling muda di kelompoknya. “Umi Siti mana? Belum datang?”
“Hmm ... be-belum, Mbak.”
Dhita terbata menjawab. Diah mengangguk. Lantas mengambil duduk di samping Dhita. Meski merasa aneh dengan tingkah dua gadis tersebut, tapi Diah tidak ambil pusing. Dia justru mulai mempersiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk kajian sore tersebut.“Ngapain kamu duduk di sini, Di?”
Diah mendongak sedikit. Lantas mengernyit heran mendengar nada suara Isnain yang terdengar seperti tidak suka.“Hmm, ini tempat duduk kamu ya, Nain? Aduh, maaf. Aku nggak tahu.” Diah memilih berpikir positif. Meski hatinya tak urung bertanya mengapa sikap teman-temannya sore ini sedikit berbeda.
“Kamu juga kenapa duduk di situ, Di?” Isnain kembali berucap. Menatap tajam Diah yang baru saja akan duduk di tempat lain.
“Maksud kamu apa, Nain?” Ekspresi bingung tercetak jelas di wajah Diah. “Kenapa aku juga nggak boleh duduk di sini?”
“Aku nggak pernah melarang kamu duduk di mana pun, Diah.” tukas Isnain. “Aku cuma nanya, ngapain kamu duduk di sini? Tujuan kamu datang ke majelis ini apa?”
“Isnain, kamu lagi bercanda?” Diah balik bertanya. “Sebentar lagi kan kita mau kajian khusus putri. Jelaslah aku datang ke sini.”“Iya. Tapi tujuan kamu datang ke kajian ini apa, Diah!” Isnain sedikit menaikkan nada suaranya.
“Aku mau belajar, Nain. Aku mau memahami agama ini dengan pemahaman yang benar. Aku mau melakukan pengamalan sesuai perintah Allah dan ajaran Rasulullah. Karena itu aku di sini.”
Isnain tiba-tiba tertawa sinis. Aura marah menguar dari gadis itu begitu mendengar jawaban Diah.
“Belajar? Memahami? Perlu waktu berapa lama lagi kamu mau belajar agar bisa paham, Diah? Berapa ratus kali pembahasan tentang ilmu agama ini harus diulang sama Umi Siti dan semua ustad kajian kita sampai kamu bisa mengamalkan?” tanya Isnain kemudian.
“A-aku ....”
“Kenapa, Di? Kenapa kamu melanggar sesuatu yang udah jelas-jelas Allah larang? Kenapa semua nasihat yang dikasih selama kajian ini seperti angin lalu buat kamu?”
Suara Isnain terdengar sarat akan kecewa. Pandangannya mengarah tepat ke wajah Diah. Begitu juga dengan Dhita dan Yuni yang hanya bisa jadi penonton.
“Nain, demi Allah aku nggak paham maksud kamu. Kalau aku punya salah, tolong jelaskan salah aku apa,” ucap Diah. Matanya kemudian mengarah pada dua gadis di belakang Isnain. “Dhita, Yuni. Tolong bilang, apa salah Mbak?”
“Pulang kajian tadi siang, di depan gang As-Salam.” Isnain menjawab dengan nada dingin. “Masih perlu aku kasih penjelasan lebih, Diah?”
●●●●●
To Be Continue ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ke Surga
Cerita Pendek"Nah, dari sini kita bisa ambil satu kesimpulan. Bahwa manusia itu memang hanya bertugas untuk terus mendakwahkan, menyerukan, dan meninggikan kalimat-kalimat Allah. Perihal bagaimana caranya semua kalimat itu bisa masuk dan meresap di hati manusia...