Pagi-pagi aku sudah berteriak-teriak di kamarku. Bagaimana tidak, seragam batik yang akan aku kenakan raib entah ke mana dari lemariku, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 06:30 WIB. Sisa waktu tiga puluh menit dan sampai saat ini aku juga belum sempat sarapan gara-gara sejak pagi aku sibuk mengobrak-abrik isi lemariku mencari batik itu. Tapi hasilnya tetap nihil.
"Bunda... seragam batikku mana? Kok, nggak ada di kamarku?" Teriakku memenuhi telinga semua orang di rumahku.
"Di keranjang, Kak... tadi sudah bunda setrika.."
Oh, God... pantas saja dari tadi aku mencari tak kunjung ditemukan. Tahu begini, langsung aku tanya saja ke bunda. Terkadang aku merasa bundaku itu sudah seperti mbah ngugel. Aku bisa tanya apa saja pada bunda. Dan bunda sering bisa menjawab pertanyaanku.
Setelah mendengar jawaban bunda, aku berlari mengambil apa yang aku cari sejak tadi dan cepat-cepat memakainya. Lalu aku berlari ke ruang makan untuk sarapan bersama orang-orang yang aku sayangi.
"Loh, susunya, kok, nggak diminum, Kak?" Tanya bunda saat melihatku sudah ngacir ke garasi menyusul ayah yang sudah siap di sana.
Aku kembali ke meja dan meminum susu coklat mantap bikinan bunda.
"Bun, aku berangkat dulu, ya, ya?"
"Iya, hati-hati, ya."
"Siap, Bun!"
***
Di sekolah..Saat aku sudah sampai di sekolah, ada suara memanggilku dari arah parkiran.
"Kamu juga baru sampai, Lan?" katanya sambil berlari kecil menghampiriku.
Aku melihat pemilik suara. "Iya, Kak. Kakak baru sampai juga?"
"Iya. Kamu naik apa ke sini?"
"Diantar Ayah naik mobil. Kalau Kakak?"
"Aku naik sepeda motor. Mau bareng nggak, nanti pulangnya?"
"Boleh, Kak. Kalau nggak ngerepotin."
"Nggaklah, masa ngerepotin, sih?"
Sambil mengobrol, kak Rezi mengantarku sampai ke kelas. Dan di kelas aku bertemu kucing liar dengan ekspresi wajahnya yang sama sekali tak enak dipandang. Dia pun tak berkata apa-apa saat bertemu denganku.
***
Bel pulang sudah dibunyikan. Seperti yang sudah direncanakan tadi pagi, aku akan pulang bersama kak Rezi. Kak Rezi nyamperin aku di kelas sebelum dia mengantarku pulang."Mampir dulu, yuk, Kak!"
"Lain kali mungkin. Makasih, ya. Tapi maaf, sekarang aku nggak bisa mampir karena aku harus ke rumah sakit, jenguk Kakekku."
"Owh, maaf, Kak. Iya nggak apa-apa. Lain kali Kakak mampir, ya."
"Ok, aku pulang, ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Kak!"
Sesampainya di dalam rumah, ada suara ketukan pintu yang mengharuskan aku turun lagi dan membukakan pintu untuk tamu itu.
"Eh, kamu, Bin? Ada apa?"
"Kamu tadi pulang sama siapa?"
"Sama Kak Rezi. Emang, kenapa?"
"Biasanya kamu pulang naik apa?"
"Dijemput ayah. Kenapa, sih?"
"Lain kali, kalau kamu nggak dijemput ayah kamu, kamu bilang aku aja, ya? Jangan pulang sama cowok itu."
"Kenapa? Kamu cemburu?"
"Ya, udah, aku pamit pulang dulu, ya."
Pertanyaanku tidak mendapat jawaban. Saat Bintang pamit pulang, bunda baru datang dari pasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Enemy
Jugendliteratur[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] "Ah, gak! Gak mungkin! Aku gak boleh jatuh cinta padanya. TITIK!" "Aku? Jatuh cinta sama dia? OGAH! GAK MUNGKIN!" Bulan, gadis tomboy yang sangat membenci Bintang kar...