"ADUH!"
"Oh? Maaf," Minghao, gadis itu dengan santai melenggang begitu saja dengan dua tumpuk kardus besar di kedua tangannya setelah tanpa sengaja menyenggol bahu Wonwoo yang sejak satu jam lalu telah bersemedi di depan meja rias kamar mereka.
"Ma-matakuu..." Wonwoo membelalak pada pantulan wajahnya dalam cermin rias, meringis dengan mulut melebar tak percaya. Wajahnya kini menampakkan raut kesedihan, meratapi garis hitam tebal yang melewati jalur kelopak matanya usai Minghao menyenggolnya dan mengakibatkan tangannya tanpa sengaja mencoret eyeliner pada tempat yang tak seharusnya.
Dan kini, Wonwoo menggeram, menoleh marah ke arah Minghao yang bisa-bisanya menunjukkan wajah tak berdosa setelah membuat perjuangannya bertempur dengan satu laci alat make up sia-sia begitu saja.
"Yak.... Xu Minghao. Aku tahu kau sengaja." desis Wonwoo, mencabut kasar tisu di atas meja untuk menghapus coretan eyelinernya tanpa mengalihkan pandangan tajam pada gadis China berambut pekat itu.
Sementara Minghao, yang dilakukannya saat ini hanyalah menghamburkan isi kardus ke lantai dengan acuh, tanpa mengarahkan tatapan datarnya pada Wonwoo.
"Aku kenapa?" Minghao mendengus pelan, masih pada kesibukannya membuka paket yang baru saja diantarkan oleh kurir barang.
Wonwoo memejam pelan, mengontrol tensi yang memang sedang pada angka tinggi-tingginya dikarenakan efek menstruasi minggu ini. Lalu ia kembali beralih ke depan cermin, menarik napas panjang sebelum akhirnya mencabut kembali kuas eyeliner untuk mengulang usaha memperindah matanya.
"Sudah berapa kali kau menyenggolku hari ini? Kau sengaja agar kencanku gagal, iya kan?!" Wonwoo menggerutu, sambil terus menarik garis eyeliner di sebelah matanya dengan serius.
Minghao akhirnya menoleh, memperhatikan temannya itu dengan gelengan pelan. "Kencanmu bahkan selalu gagal walau aku tak menghancurkan riasanmu."
"Tutup mulutmu." Wonwoo meliriknya dengan cibiran kesal, lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada cermin untuk mengobrak-abrik alat make up di laci meja.
"Lagipula, kau terlalu bersikeras. Ingatlah bahwa tak semua yang kau impikan itu sesuai dengan harapanmu."
"Jangan mengutukku!" Wonwoo menghentakkan bahunya, reflek membalikkan badannya ke arah Minghao dengan wajah merengut sebab tak pernah menyukai ucapan bijaksana yang hampir setiap hari didengarnya itu.
"Memang itu faktanya." Minghao memutar bola matanya, menutup kembali dua kardus di depannya untuk di pinggirkan ke sudut kamar. Lalu ia melipat kedua tangan, menatap Wonwoo yang kini masih melempar sorotan kesal. "Wonwoo, belajarlah memahami perasaan orang lain."
"Tentu! Tentu aku selalu belajar memahami perasaan seorang pria. Aku harus menggali sedalam mungkin isi hati mereka saat sedang bersamaku agar aku tidak ditipu untuk kesekian ratus kalinya." Jawab Wonwoo tegas. Lagi, ia berbalik pada cermin, mengambil cushion untuk memoles pipinya.
"Persepsimu berbahaya. Seperti biasa otakmu tak pernah sampai dalam mencerna nasihatku." Minghao berdecak dengan gelengan prihatin. "Maksudku, kau jangan sampai mengejar para pria hanya karena aset kekayaan mereka. Tak ada yang tak mencintaimu. Jika para pria tahu soal itu, kau akan sangat melukai perasaan mereka."
Tangan Wonwoo yang baru menggenggam lipstik, kini mencengkramnya keras dan seketika mengacung-acungkannya ke arah Minghao. "Itu resiko pria konglomerat mereka dikejar-kejar oleh wanita dengan spesies sepertiku! Mereka tak akan terluka selama aku tidak berkhianat, kau tahu?! Tidak akan ada yang merasa tersakiti karena aku tidak gemar mencampakkan seorang pria, pahami ini baik-baik!"
"Ya, ya. Teruskan hobimu dan gagalkan kencan hari ini seperti yang lalu lalu."
"Aku tidak pernah menggagalkan kencan-kencanku! Mereka yang--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Addiction • meanie gs
FanfictionImpian Wonwoo hanya satu, yaitu menikahi pria kaya. start: May 17, 2018