"Hey, kenapa kau menelponku?! Kau urus saja! Aku sibuk!"
Panggilan telepon diputus sepihak. Ponsel dilempar begitu saja secara asal ke atas sofa, dan sang pemilik bergegas kembali meraih konsol game seraya memfokuskan atensi pada layar televisi.
Kali ini Kai menggerutu, mengumpati sang asisten yang bisa-bisanya menelpon tengah malam untuk menanyakan perihal berkas pemasaran perusahaan. Menurut sudut pandangnya, pekerjaan hanya kebutuhan nomor sekian yang tidak lebih penting dari musuh-musuh dalam game yang sedang ia hadapi sekarang ini.
Tak lama setelahnya, Kai tersentak, menoleh pada pintu apartement yang dibuka dengan bantingan tak manusiawi oleh sosok jangkung berhati beku itu. Kai mengedip heran, memandangi Mingyu yang pergi ke kamar mandi dengan gurat wajah yang semakin tertekuk saja.
"Katamu kau akan ke hotel. Kenapa kau kembali lagi?"
Tak ada jawaban yang Kai dengar dari Mingyu selain dobrakan pintu kamar mandi. Pria tan itu mendumel, kembali memusatkan perhatian pada layar televisi dan setelahnya mengerang kesal mendapati karakter gamenya lagi-lagi gugur.
Lalu terdengar langkah kaki yang menapak dengan kasar di belakangnya. Kai kembali melirik, melihat Mingyu berjalan keluar dengan atasan yang berbeda. Ia menggidik bahu, secara tak acuh kembali mengalihkan perhatian pada layar televisi dan kembali menggerakkan tombol-tombol konsol game dengan brutal.
Sementara Mingyu, tak perlu ditanya lebih jauh apa yang terjadi padanya sampai-sampai pria itu menautkan alisnya marah. Saat ini ia sedang dalam mode kemurkaan yang meledak-ledak dan siap melampiaskan emosinya pada para pegawai di dapur tempatnya bekerja.
Di depan lift, Mingyu mendengus kesal, mendapati Jeonghan kembali menelpon untuk kedua kalinya setelah diabaikan beberapa saat lalu. Secara terpaksa panggilan itu ia angkat, karena jujur lebih baik mendengar rengekan wanita itu lewat telepon daripada harus meladeni gelayutannya esok hari.
"Gyu-ie! Apa yang terjadi?! Dengan siapa tadi kau bicara?! Seorang wanita?!"
Mingyu mendengus. "Tidak, tadi aku hanya bertengkar dengan Kai."
"Aah Jongin oppa lagi? Kalian mengalami masalah lagi?! Akan kupukul dia besok!"
"Tak perlu. Tadi itu dia hanya--"
"Hao-ya.... Bukakan pintunya! Hao... YAK XU MINGHAO!"
Mingyu berjengit, dengan kening mengernyit ia otomatis menoleh pada seorang gadis yang menggedor-gedor salah satu pintu apartement dengan brutal hingga menendanginya marah. Ia memicing, berdecih jengkel mengetahui kenyataan bahwa lagi-lagi ia bertemu dengan gadis liar-hedonis-pemabuk-tukang muntah sembarangan-licik itu.
"Mingyu?! Kau dengar aku?! Hey!"
"Ini sudah malam. Kau telepon lagi besok." Mingyu mematikan panggilan secara sepihak, masih melekatkan pandangannya pada gadis berpakaian mini yang masih mengumpat-ngumpat tak jelas di seberang sana.
"Hiks. Minghao-ya... Maafkan aku. Aku janji tidak akan mabuk lagi dan berkeliaran tengah malam. Sekarang bukakan aku pintunya, sialan!!"
Mingyu menggeleng dengan tatapan ejekan yang ditujukannya pada Wonwoo. Ia tak begitu mengerti apa yang sedang terjadi pada gadis itu saat ini. Yang jelas, Mingyu tak mau berurusan lagi dengannya lebih jauh.
"HOEK!"
Mingyu meringis, memerhatikan Wonwoo yang sedang menunduk muntah di tempat sampah. Dalam benaknya, ia mengucap syukur karena wanita itu tak muntah di pakaiannya lagi. Jelas Mingyu sama sekali tak memberi maaf pada wanita itu karena yang dikotorinya adalah pakaian mahal yang tak dibeli di sembarang tempat. Beruntung Wonwoo hanya dihempaskan ke lantai saat berada di dalam lift beberapa saat lalu. Andaikan saja Mingyu membawa pisau jagal, mungkin kepala wanita itu sudah terbelah dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Addiction • meanie gs
FanficImpian Wonwoo hanya satu, yaitu menikahi pria kaya. start: May 17, 2018