Di sini, semua yang berwarna cerah menjadi gelap. Langit berawan yang penuh dengan warna biru muda cantik-pun menjadi hitam dan dipenuhi awan besar yang siap menghasilkan suara dan cahaya. Benar-benar langit yang tak bersahabat.
"Aleah, untuk apa kau di sini?"
Sontak saja Aleah berdiri dan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat kepada atasannya itu sebagai tanda hormat. Dengan ramah, ia mempersilakan pemimpinnya itu untuk duduk.
Kini, mereka berada di kamar Aleah. Kamar gadis itu sangat luas. Ukuran kamarnya cocok untuk empat sampai lima orang. Orang yang memberikan dan mendesain kamar ini adalah pemimpin iblis, Emery. Emery memang membuat kamar ini sangat-sangat nyaman untuk Aleah. Ia sangat menyayangi Aleah seperti anaknya sendiri.
Kamar ini terdapat satu tempat tidur yang luas, satu lemari pakaian yang semuanya sudah disiapkan, lemari sepatu, meja dan kursi untuk bersantai, dan kamar mandi yang tampak seperti hotel mewah. Sementara itu, kamar ini dinominasi oleh warna ungu tua. Entah kenapa, satu hal itu yang membuat Aleah tidak suka dengan kamarnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Aleah?" ujar lembut wanita berparas cantik itu sambil mengusap puncak kepala Aleah.
"Aku hanya tidak ingin makan. Oleh karena itu, aku di sini." pandangan Aleah lurus ke depan, menatap jendela kaca yang menampilkan suasana istana iblis.
Pemimpin iblis itu tersenyum, "Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Apa itu? Kau tidak ingat? Kau bisa cerita kapan saja kepadaku."
"Ah, tidak, kok." Aleah berusaha meyakinkan pemimpinnya itu.
"Anggap saja aku temanmu. Kau tidak ingat ucapan saat kau menjadi iblis pertama kali? Anggap aku temanmu, pemimpinmu, dan keluargamu."
Aleah berpikir sejenak sebelum mencurahkan isi pikirannya kepada wanita itu. Setelah waktu yang cukup singkat, baru Aleah berani untuk bercerita sekaligus menanyakan hal yang membuat ia bingung.
"Jadi begini.." Aleah membuka suaranya pelan, "Aku masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, Emery."
Sesuai kesepakatan dunia iblis, iblis-iblis bawahan maupun iblis-iblis yang memiliki kekuasaan tinggi boleh memanggil pemimpin mereka hanya dengan nama. Tidak perlu ada panggilan hormat atau semacamnya, Emery menganggap mereka semua sederajat.
"Apa yang masih kau bingung?" tanya Emery yang juga mulai penasaran dengan cerita gadis terkuat di dunianya.
Aleah menjilat bibirnya ragu. "Aldo Reymond Meshach. Siapa dia?"
Seketika, sekujur tubuh Emery menegang. Pertanyaan itu... Ternyata, Aleah benar-benar tidak mengingat siapa Aldo. Sebenarnya, Emery menyadari ada hal aneh seputar Aleah. Bagaimana ia bisa menjadi iblis secara tiba-tiba dan kenapa ia melupakan semua kenangan nya dengan Aldo.
"Kau tidak kenal Aldo?"
Aleah menggeleng pelan, tapi dengan yakin. Emery memperhatikan detail mimik wajah Aleah. Bisa saja gadis ini berpura-pura lupa. Tapi, setelah sekian lama mencari kebohongan dalam gadis itu, Emery tidak bisa menemukannya. Ia yakin Aleah benar-benar tidak ingat siapa Aldo.
"Tapi, kenapa ia tidak mengingatnya.." gumam Emery pelan. Sayangnya, kata-katanya itu terdengar oleh Aleah.
"Hah? Apa ada yang aneh, Emery?" Aleah bertanya seolah-olah ia benar-benar tidak mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Aldo.
Emery menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Hanya saja aku merasakan ada yang ganjil."
"Apa?"
Emery merasa ini bukan saatnya mengatakan hal ini pada Aleah. Aleah berhak menyesuaikan diri secara pelan-pelan. Ia masih terlalu pemula untuk berurusan dengan dunia iblis dan dewa, sama halnya dengan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible Love
FantasyHitam dan Putih... Ekor dan Sayap... Tanduk dan Mutiara... Itulah yang membedakan kami. Lebih buruknya lagi, kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungan yang sudah kami bangun dengan susah payah. Sepertinya, takdir bermain-main dengan kami...