Dunia semakin menyempit. Inilah yang dipikirkan Aldo ketika ia mendengar kabar bahwa Aleah berada di kerajaan dewa kurang dari satu jam yang lalu.
Aldo memang sudah kembali dari dunia manusia karena merasa usahanya menunggu Aleah hanya sia-sia, ia malahan bertemu gadis itu di dunianya sendiri.
"Leah, Do. " daritadi, Evan menggebu-gebu menyebutkan nama gadis itu berkali-kali. "Cakep banget sumpah. Tapi, gila judesnya kebangetan."
Aldo melirik sahabatnya tajam. Walaupun kini status hubungannya dengan Aleah tidak jelas, ia tetap tidak suka ada laki-laki lain yang memuji Aleah sampai segitunya. Namun, ia berusaha mengesampingkan itu.
Saat ini Aldo tengah memikirkan segala kemungkinan topik yang dibahas Aleah dan Dewa Zeroun tadi. Masalah Aldo? Perang berikutnya? Jepit rambut Aleah? Itu semua bisa jadi. Sangat menjengkelkan bagi Aldo untuk memikirkan hal itu karena ini adalah pertama kalinya Dewa Zeroun mengundang Aleah ke dunia kaumnya.
"Aldo!"
Bentakan itu meluluh-lantakan semua pikiran Aldo. Ia menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan volume suara sekencang dan.. sepanik itu. "Mila?"
"Ngapain lo diem di sini?" tanpa aba-aba, Mila menarik kuat pergelangan tangan cowok itu.
Aldo tak terima bila harus panik seperti ini tanpa tahu sebabnya. Ia menghentikan langkah kakinya sendiri dengan paksa dan balik bertanya pada Mila. "Kenapa panik, sih?"
"Gong perang udah berbunyi, Do."
➿➿➿➿
Cuaca hari ini sangat panas. Terik matahari yang menghadang pandangan mereka ke depan bisa saja membatalkan "acara besar" ini. Ditambah lagi dengan pakaian perang yang sangat tidak nyaman ini. Bukankah Aldo berhak protes kalau sebaiknya perang ini dihentikan saja? Benar'kan? Tolong iyakan saja.
"Mana iblisnya?"
Tolol. Pertanyaan itu membuat Aldo semakin dikasihani oleh orang di sekitarnya. Semua dewa berdiri tegak di posisinya masing-masing, kecuali Aldo yang sedari tadi hanya menggerutu dan seperti cacing kepanasan di tempatnya.
"Do, diem." ancam Metta. Teman Aleah itu sudah tidak tahan melihat tingkah laku Aldo yang patut dianggap aneh.
"Gue'kan cuma—"
Serentak, semua perhatian para dewa teralih ke depan. Kompak, mereka melihat rombongan iblis dengan jubah hitam yang paling mengerikan-nya itu mulai berjalan pelan ke arah mereka. Mata merah Tuan Adelard yang sudah menyalang sejak beliau memandang mereka juga ditangkap dengan jelas oleh para dewa.
Di perang pertama, Tuan Adelard memang tidak ikut. Hanya Emery-lah yang menemani Aleah. Namun, kini Tuan Adelard ikut dan menambah kengerian mereka semua. Bukan rahasia umum lagi apabila Tuan Adelard sangat marah jika ada yang menginjak tanah dunianya sendiri.
"Aldo Reymond Meshach."
Panggilan dingin Tuan Adelard tersebut sukses membuat Aldo ketakutan di tempatnya. Apalagi, ia memanggil cowok itu dengan nama lengkap. Tepat di samping Tuan Adelard, Aleah menatap Aldo dengan tatapan yang tak kalah mengerikannya. Itu membuat ketakutan Aldo bertambah hingga dua kali lipat.
Aldo melirik Dewa Zeroun untuk meminta izin apakah ia boleh menghampiri Tuan Adelard atau tidak. Kedua mata dewa terkuat itu beradu, namun Dewa Zeroun terlebih dahulu memalingkan wajahnya. Aldo menanggapnya sebagai tanda setuju, masa bodo bila ia salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible Love
FantasyHitam dan Putih... Ekor dan Sayap... Tanduk dan Mutiara... Itulah yang membedakan kami. Lebih buruknya lagi, kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungan yang sudah kami bangun dengan susah payah. Sepertinya, takdir bermain-main dengan kami...