5.

8 3 0
                                    

Hal yang tak terduga bagi Aldo untuk bisa diizinkan menginap selama beberapa hari kemudian. Aldo ingat bagaimana ia melawan mati-matian ketika dirinya ditugaskan untuk memata-matai Aleah di dunia iblis. Ia tahu kalau Aleah belum sepenuhnya percaya dengan kata-katanya. Tapi, ia benar-benar tidak berniat untuk melukai Aleah sehelai rambut-pun.

"Pagi."

Lamunan Aldo buyar ketika mendengar sapaan lembut Aleah. Hari ini, penampilan Aleah di kamarnya sangat sederhana. Berbeda sekali dengan Aleah yang memakai jubah hitam khas iblis. Gadis cantik itu hanya memakai kaos putih yang kebesaran dengan celana pendek warna hitam.

"Ini lo masak?" tanya Aldo sambil menunjuk makanan yang dibawa Aleah.

Aleah menggeleng, lalu menunjuk telepon yang ada di seberang sana. "Aku telepon. Di sini sistemnya seperti hotel."

Aldo hanya ber-oh ria dan ikut duduk bersama Aleah. Selama acara makan berdua ini, masing-masing dari mereka hanya diam melahap makanannya. Sedari tadi, Aldo menatap Aleah lekat-lekat sambil berharap gadis itu mengatakan kalau ia ingat dengan dirinya kembali.

"Jadi, tujuan kau ke sini apa?" suara Aleah memecah keheningan diantara mereka.

"Mata-matain lo." jawab Aldo.

Dengan perlahan, Aleah menarik tangan Aldo dan menggenggamnya di atas meja makan. "Aldo, aku ingin kau jelaskan secara rinci dan.. kau harus jujur."

Entah karena sihir atau apa yang mempengaruhi Aldo, ia langsung mengiyakan kata-kata Aleah tadi dan segera menceritakan semuanya.

"Raja gue suruh gue ke dunia iblis ini.." Aldo menatap sekelilingnya dengan seksama. "Tugas gue paling utama di sini ya itu, mata-matain lo, Leah. Selain itu, gue juga disuruh liat perkembangan lo sama iblis-iblis lain."

Aleah menangguk ngerti, kemudian ia menaruh dagunya dengan bertopang pada tangannya. "Kapan kita harus berperang lagi?"

Rasanya sakit mendengar ucapan itu yang keluar dari bibir kecil Aleah. Aldo meneguk saliva-nya kasar lalu menggeleng. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan kejadian itu akan terulang. Yang pasti hanya satu, Aldo tidak ingin itu terjadi.

"Lo mau kita perang lagi?" Aldo menunduk sedikit saat mengucapkan kalimat tanya itu, "Jujur, gue gak mau." sambungnya.

Aldo suka sama kamu. Kalimat itu terus terngiang di benak Aleah ketika ia melihat ekspresi sedih di wajah cowok itu. Aleah juga tidak bisa berbohong, ia sangat tidak setuju dengan adanya perang seperti ini. Dan, satu lagi. Entah kenapa, perasaannya selalu tidak tega saat harus menyerang dan menyakiti Aldo.

"Tapi, pasti kita akan berperang lagi. Entah kapan waktunya." jawab Aleah yang disertai helaan napas panjang.

Dalam satu hentakan ekspresi dan nada bicara Aleah tersebut, Aldo langsung menangkap tanda-tanda ketidakinginan Aleah untuk berperang dengan dirinya. Sontak, ia menyengir kecil.

"Kenapa kau senyum?"

Senyuman Aldo kian melebar. "Lo juga gak mau 'kan perang sama gue?"

Aleah terdiam. Sekelebat memori muncul seketika di kepalanya. Ia mulai merasakan pening yang teramat sakit.

"Leah?"

Aldo mulai kebingungan melihat gerak-gerik Aleah. Tubuh Aleah hampir oleng dari tempat ia duduk. Dengan sigap, Aldo segera menahan Aleah dan membawa gadis itu ke tempat tidurnya.

Memori-memori yang hitam putih terus bermunculan di kepala Aleah. Ia sampai tak bisa membedakan orang-orang yang ada dalam ingatannya tersebut. Pandangannya sudah berkunang-kunang. Tak pernah ia rasakan sakit yang separah ini selama hidupnya menjadi iblis.

Impossible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang