Hal terakhir yang ditangkap kedua mata Aldo adalah kilatan mata putih Dewa Zeroun yang menyambutnya pertama kali ia datang. Baru saja, ia balik dari dunia iblis dan selamat dari ancaman yang sangat membahayakan dirinya.
"Apa saja yang kau dapat dari sana?" tanya Dewa Zeroun langsung to the point.
Butuh waktu untuk berpikir agar dapat menjawab pertanyaan Dewa Zeroun dengan tepat. Sebenarnya, ia hanya menemukan satu fakta yang lumayan penting, yakni kekuatan Aleah.
"Kekuatan Aleah.." Aldo ragu. Ia tidak ingin kekuatan Aleah akan menjadi sasaran empuk untuk mengetahui kelemahan Aleah.
Dalam jangka waktu yang cukup lama, Aldo terus menggantungkan kalimatnya itu. Ia tidak tahu harus melanjutkannya atau lebih baik berbohong saja.
"Ia bisa menggunakan sihir merah yang dapat diubah ke dalam bentuk apapun." akhirnya, Aldo hanya mengatakan itu.
"Hanya itu?" Dewa Zeroun mengangkat sebelah alisnya.
Aldo mengangguk mantap. Ia berusaha terlihat percaya diri dengan jawabannya tersebut. Kalau tidak, Dewa Zeroun akan menyadari keanehan Aldo walaupun tampak hanya sedikit.
"Saya tidak yakin.."
Mati lo, Aldo. Cowok itu merutuki dirinya sendiri, kesal karena intuisi Dewa Zeroun yang begitu tajam sehingga beliau dapat menyadari secuil kegugupan Aldo.
Aldo merasa kalimat yang barusan diucapkan Dewa Zeroun bukan merupakan pertanyaan yang harus dijawabnya. Ia memilih berdiam di pijakannya dan menunggu perkataan selanjutnya dari mulut dewa di hadapannya itu.
"Kita akan rundingkan malam ini. Kau harus ikut." kata Dewa Zeroun dengan penuh penekanan dalama setiap katanya. Aldo tidak punya pilihan lain selain mengiyakan perkataan beliau.
Ketika merasa sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, Aldo pamit dan pergi dari ruangan itu. Ia bergegas mencari teman-temannya. Tadi pagi, ia sudah bertemu dengan Vanness di depan kamarnya. Vanness langsung menatap Aldo curiga, kemudian memaki cowok itu dengan segala perkataan kasar yang bertubi-tubi.
Sebelum mencari teman-temannya, Aldo memilih untuk beristirahat di kamarnya sebentar. Ia mengingat-ingat lagi dua hari yang lalu, mulai dari Aleah menangkap basah dirinya, kemudian ia diizinkan tidur satu malam di kamar Aleah, sampai ia membuat kesalahan besar.
Sebelum Aleah kembali dari ruangan raja dan ratu iblis, Aldo sudah meninggalkan dunia iblis tanpa memberitahu gadis itu. Ia hanya meninggalkan secarik kertas untuk Aleah agar gadis itu tahu bahwa ia telah pergi. Aldo tidak tahu apa yang dibicarakan raja iblis kepada Aleah.
Sebenarnya, ia takut kalau Aleah dimarahi habis-habisan karena ulahnya. Namun, Aldo juga tidak mau menyalahkan dirinya sepenuhnya. Menurutnya, wajar saja karena ia hanya berusaha menyelamatkan Aleah yang tiba-tiba tak sadarkan diri walaupun dengan cara yang salah. Ah, Aldo tidak ingin berpikir lebih panjang lagi.
"Aldo?"
Suara serempak itu seketika membuyarkan lamunan panjang Aldo. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan melihat ke sumber suara. Ternyata, mereka yang datang. Aldo sudah siap menerima segala interogasi dari mereka semua. Dan, benar saja Aldo ditanya habis-habisan oleh mereka. Terutama teman-teman Aleah.
"Do, lo kemana, sih?"
"Gila, lu. Nekat amat ke dunia iblis." Vanness masih saja memaki Aldo. "Cari mati, ya."
"Lo sehat gak sih, Do?"
"Udah stres kayaknya."
"Cinta mati kali sama Aleah sampai dikejar ke dunia iblis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible Love
FantasyHitam dan Putih... Ekor dan Sayap... Tanduk dan Mutiara... Itulah yang membedakan kami. Lebih buruknya lagi, kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungan yang sudah kami bangun dengan susah payah. Sepertinya, takdir bermain-main dengan kami...