Part 4

3 0 0
                                    

Raka mengerutkan keningnya, mengingat apakah ada teman SMA-nya yang berwajah seperti perempuan yang sedang berdiri di depannya ini? Raka menggelengkan kepala, dan ia tidak menemukan potongan ingatan tentang perempuan di depannya.

Berbarengan dengan Raka yang sedang larut dalam pikirannya sendiri, Cecillia pun merutuki dirinya sendiri. Menyesali akan keberaniannya yang menunjukan dirinya di depan Raka, bahwa ia dan Raka memang satu sekolah semasa SMA. Bagaimana jika Raka menanyakan sesuatu lebih dari mengapa Cecillia bisa mengetahui namanya. Cecillia menundukan kepalanya dan memainkan kukunya tanda penyesalan.

Ditengah memikirkan tentang Cecillia, Raka teringat bahwa ada seseorang yang Raka khawatirkan sedang menunggunya di Poliklinik kampus yang letaknya memang bersampingan dengan Fakultas Ekonomi. "Ah sorry, tapi gue engga inget lo". Raka menjawabnya dengan lantang, dan menyadarkan Cecillia dari penyesalannya. Setelahnya Raka meninggalkan Cecillia seorang diri di koridor Fakultas Ekonomi.

Sungguhlah kelegaan dan rasa sedih yang Cecillia rasakan sekarang ini. Lega, karena Raka tidak menanyakan hal-hal lain yang bisa mengancam terbongkarnya identitas Cecillia yang waktu dulu sering sekali mengirimi Raka surat dan coklat. Sedih, karena Raka sama sekali tidak mengingatnya atau bahkan Raka tidak peduli keberadaannya.

Helaan nafas panjang Cecillia bergema di koroidor, ia pun menggelengkan kepala. Menyesal bagaimana ia bisa dengan mudahnya mengungkapkan bahwa ia teman Raka sewaktu SMA. Tapi, ada kelegaan pula ia bisa menunjukan jati dirinya di depan Raka, walau bukan yang sebenarnya. Setidaknya Raka pernah melihat bahwa di dunia ini ada seorang perempuan bernama Cecillia dengan wajah yang sedikit sipit, hidung yang tidak terlalu mancung, potongan rambut sebahu, warna kulit khas orang Indonesia, dan tentu dengan senyum yang swedikit manis.

Tersadar dari apa yang tengah dipikirkannya Cecillia memungut buku yang sempat terlempar karena bertabrakan dengan Raka, dan kembali melangkahkan kaki menuju tempat parkir.

*****

"Non, sebaiknya cepat memberesihkan diri dan segera menuju tempat". Itu yang didengar Cecillia ketika ia baru saja sampai ke ruang tamu.

Cecillia hanya menganggukan kepalanya atas perintah yang keluar dari Asri.

Sesampainya di kamar, Cecillia tidak langsung menuju kamar mandi seperti yang disuruh oleh Asri. Ia memilih meregangkan badannya, dan menutup matanya sebentar. Cecillia benar-benar bersyukur atas kejadian hari ini karena bertemu dengan Raka, setidaknya ia masih bisa melihat bagaimana Raka sekarang ini. Walau, ada banyak keraguan dan kesedihan atas apa yang terjadi bahwa Raka tidak mungkin ia gapai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang