Hacker 4 - InfinitI-8

155 20 48
                                    

Perasaanku seperti ribuan kupu-kupu baja yang berkerumun diperutku, menusuk namun menggelikan. Aku mendadak seperti laki-laki yang dilanda kasmaran tingkat tinggi dan disuntik energi yang menyerupai peningkat daya yang membuat koneksi internet melambung cepat. Aku tidak ingin menunggu lama mengunduh beragam konten bajakan, eh maksudku, aku tidak ingin Nemaberit menunggu lama kedatanganku dengan ajakan makan malamnya. Penampilanku jauh dari kata maskulin khas bapak ganteng CEO yang dipadu setelan mewah. Aku mengenakan jaket denim model terbaru yang baru saja aku beli pekan lalu yang dipadu celana denim berwarna biru navy senada dan sepatu loafers yang lagi-lagi berbahan denim pula. Rambutku tidak perlu ditata, sebab aku paling benci memakai pomade termasuk golongan pria yang sering memakainya.

Lifeline, motor trail berwarna biru yang menjadi tungganganku ini menyusuri hiruk pikuk jalanan Javana City, kemanapun aku hendak pergi. Semoga Nemaberit tidak keberatan jika aku memboncengnya dengan roda dua. Sepanjang perjalanan bersama Lifeline; detak jantung, aliran napasku tidak beraturan. Keringat dingin terasa mengguyur punggung. Apakah aku jatuh sakit? Ataukah aku sedang jatuh cinta pada si ombre biru? Semoga aku tidak jatuh dari motor.

"Lama sekali, dasar keong lamban!" ledek Nema, sewaktu aku tiba di depan rumahnya di Distrik Rawa Basah, dan tidak jauh dari kediaman Dante. "Semestinya kamu datang lebih cepat." Nema merutuk jengkel sembari menatap arloji biru yang melingkar di lengan kirinya.

Aku memohon maaf, tanpa banyak bicara lalu menyuruhnya naik. Mataku masih terpaku dengan penampilan Nema yang memakai halterneck lengan panjang. Saat berada di boncengan, duduk menghadap ke depan, Nema sontak merapatkan tubuhnya menempel dengan punggungku, kontan membuat hela napasku menjadi berantakan. Belum aku melajukan motorku, tangan Nema kini melingkar di pinggulku, satu tangan menerima helm model retro yang kuberikan. Roda dua Lifeline melaju stabil, hening, serasa ingin menikmati keberadaan Nema bersamaku.

"Kamu jangan usil," Nema mencubit pinggulku, membuatku terpekik kaget. "Aku tahu kalau otakmu bersarang niat kotor," lalu mencubit sisi pinggulku yang lain sambil tergelak.

Ini untuk pertama kalinya aku mendengar Nema tertawa menyenangkan, tapi tidak cukup berani menaruh satu tanganku pada tangannya. Intinya aku tidak boleh membuat kesalahan.

Sesuai permintaan ajakan makan malam itu, aku berkendara menuju Distrik Cermin Intan di mana restoran elit bernama InfinitI-8 itu berada. Aku tidak pernah makan di restoran seperti ini, apalagi dengan harga menu berupa angka nol beruntun yang bikin mata jadi perih. Tapi, aku terlalu enggan mengecewakan Nema, aku menginginkan momen bersamanya harus berkesan. Infiniti-8 bagiku tidak asing lagi, karena aku pernah membaca artikel bahwa restoran mewah ini termasuk aset lain yang dimiliki Imposter. Tampilan bangunan futuritik yang dibalut pencahayan neon biru dan putih yang bergantian disertai refleksi kaca biru bak permata safir raksasa.

Perasaan canggung menyelimutiku karena satu-satunya pengunjung yang mengunjungi restoran itu dengan sepeda motor, malah mendapatkan keramahan dari keamanan restoran. Nema menggenggam lembut tanganku saat Lifeline sudah terparkir dengan kalem, seraya kami berjalan memasuki restoran futuristik itu dan disambut penuh senyum pelayan di pintu. Tampaknya meja kami sudah dipesan, aku melirik Nema yang pasti sudah memesan meja itu sebelumnya.

Ada jeda lama di antara kami sebelum pelayan datang membawa buku menu pada kami. "Aku tidak ingin memesan sesuatu yang berbeda dengan ...," aku mengendikkan kepala tertuju Nema, "pasanganku." Padahal itu hanya alasan karena aku tidak terlalu mengerti dengan nama-nama sajian di buku menu dan aku pikir pilihan Nema pasti termasuk yang enak. Setelah pelayan itu mencatat pesanan dan berlalu dari hadapan kami, Nema memelotiku karena sikapku. Sambil memajukan kepalaku sedikit, aku berbisik padanya. "Aku tidak paham menu restoran elit."

"Terus kenapa kamu setuju saja kamu ingin mengajakku ke Infiniti-8," balas Nema.

"Jujur, aku tidak mau mengecewakanmu, Nema. Karena ini pilihanmu, kan," ujarku.

"Setidaknya kamu punya opsi lain. Belum lagi kamu mengajakku dengan motor butut."

"Maaf," kataku tertunduk, melihat pengunjung yang melihat penampilan yang ganjil.

"Gak apa-apa, Ver!" seru Nema. Dia tersenyum. "Terima kasih sudah menepati janji."

"Sama-sama," balasku mengangguk, menatap keluar jendela, ingin kabur saja dari sini.

"Kamu tidak marah padaku?" tanyanya, sewaktu pelayan datang menghidangkan sebotol minuman di meja kami. Setelah pelayan itu pergi, Nema melanjutkan. "Bukan untuk malam ini, tapi dengan sikapku yang keterlaluan dan lalu-lalu di kantor." Nema mengambil botol minuman itu, kemudian menuangkan cairan berwarna biru terang menyala ke dalam gelasnya.

Saat bersedia menuangkan isi botol itu ke gelasku, aku menolaknya. "Tidak perlu."

"Kamu benar-benar marah padaku?" tanya Nema, menampakkan raut wajah dingin.

"Bu-kan-itu-maksud-ku," kataku tergagap. "Nema, aku gak minum minuman keras."

Nema tergelak bak mengejekku. "Vergil, ayolah, ini hanya vodka perisa blueberry."

Aku menggeleng. "Tidak, itu sama saja. Asal kamu tahu, aku tidak marah padamu."

Nema tersenyum sembari meraih gelasnya. "Ya, aku tidak punya teman bersulang."

Aku mengulurkan gelas yang kuisi dengan air mineral. "Kalau begini, boleh tidak?"

Nema langsung menandaskan isi gelasnya, Aquaberry, minuman berwarna biru itu seolah menyelimuti sekujur wajahnya sekilas dalam rona biru yang perlahan kembali normal. Entahlah apakah aku sedang mengingau atau tampak nyata, dan setelah air mineral itu aku tandaskan, aku berusaha supaya tidak berpikir macam-macam. Nema sekilas mengerjapkan mata, memalingkan wajah, dan menggelengkan kepala bak mengguncang. Sesuatu yang terkandung dalam minuman itu membentuk senyuman kecil dibibir, memamerkan gigi putih cemerlang dibaliknya, kemudian menatap lurus ke arahku dan. Nema mulai membuka mulutnya, mulai merangkai kata-kata.

"Keahlianmu ternyata di bidang IT, dan seharusnya Tuan Portinary memberimu posisi yang lebih baik daripada bagian pemasaran yang sulit bagimu. Mengapa kamu tidak protes?"

"Mungkin aku tidak terlalu hebat di bidang IT," balasku, tetap menutupi jati diriku yang sebenarnya bahkan pada gadis cantik dihadapanku. "Pemasaran sepertinya menarik bagiku."

"Pemasaran tidak cocok untukmu," sergah Nema, kembali menikamku dengan matanya. "Buktinya, kamu melakukan sesuatu pada sistem operasi iTech tiga malam yang lalu. Membantu orang-orang yang bekerja di bagian IT, memahami segala masalah algoritma dan bahasa kode." Nema kembali menyesap minumannya. "Menurut pegawai di IT, kamu menemukan kelemahan, kerawanan yang menggerogoti peladen, membuat seluruh data-data yang tersimpan di dalamnya mirip ember bocor. Sekarang aku tahu, setiap kali iTech melakukan peningkatan pada produknya maka kerap kali disalip kompetitor lawan, dengan menggunakan peningkatan yang sama."

"Keamanan iTech sangat lemah," gumamku, merendahkan suara. "Seperti sudah diretas, tapi itu tidak berlangsung baru-baru ini." Jemariku bermain gelisah selagi pelayan telah datang menghidangkan sajian utama di meja. Setelah menunggu pelayan itu selesai, aku melanjutkan. "Kamu harus paham mengapa Pak Irsyad menolak idealisme untuk iTech. Pak Irsyad tidak ingin mengecewakanmu jika ide dari otak brilianmu dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab." Mataku mendelik, menyadari posisiku berada di mana. "Tunggu, lalu apa alasanmu mengajakku ke restoran ini?" Terhenti, sebab InfinitI-8 merupakan anak Imposter dan Imposter itu ....

"Karena stik daging sapi wagyu di sini adalah nomor satu!" Nema sudah mengiris daging bakar itu, menjejalkan ke dalam mulutnya, mengguman nikmat. "Kamu harus mencobanya."

Nema mengabaikan maksudku, dan teralihkan pada perutku yang keroncongan. Makanan mahal itu butuh perjuangan untuk bisa tiba dalam mulutku. "Enak, tapi rasa ini bukan tipeku."

Selebihnya hanya gelak tawa darinya dan tanda tanya yang menggantung di kepalaku.    

b3254mbunG ...

Hacktivist ForsakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang