Chapter 3

112 2 0
                                    

Langit menangis bukan karna ia tersakiti. Tapi karna ia tahu, di dunia ini ada yang harus di sembunyi, ada yang butuh sepi, atau ada yang ingin menyendiri.

Setelah melukis sayatan pertama. Tidak ada lagi sayatan kedua.

Semakin bertumbuh.

Setelah bebas dari zona tersebut. Keadaan kembali menekannya untuk masuk ke dalam syndrom tersebut.

Masih dengan orang yang sama namun ketambahan pemeran. "Semakin banyak yang akan menyakitiku" Pikirnya.

Keluarga baru yang katanya bisa jadi rumah yang baru.

Ternyata semakin dihancurkan oleh harapan.

Mencoba mencari cara untuk keluar dari zona tersebut tanpa haru melukis pahatan baru di kulitnya.

berkendara dengan mengelilingi jalan-jalan sunyi yang semakin lama semakin ramai. Pikirnya dapat membuatnya keluar dari zona mengerikan ini.

Namun syndrom ini terlalu menyelimutinya. Menutup matanya dan menabrak apapun yang ada di depannya. Berhasil membuatnya keluar dari zona mengerikan itu. Mengelabui sakit yang lain. Menimbulkan sakit yang baru. Menimbulkan bekas luka yang baru.

Ada yang butuh sepi, ada yang butuh menyendiri. Saat mulai berdebat dengan diri sendiri. Atau mencari jalan keluar dari pikiran yang bergulat tanpa henti. Kadang sedikit tersesat, sulit mendapat nasihat, tapi enggan menjadi berkarat.

Kembali lagi.
Tumbuh. Bertahan.

Jangan lupa untuk vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa untuk vote and comment. Xoxo

endlesslyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang