Be Friend

765 103 8
                                    


"Jal mogeusebnida."

Aku segera menggerakkan sumpitku dengan cepat, mengambil mandu yang beberapa detik lalu sampai di meja kami. Belum sempat sumpitku meraih makanan itu, Taehyung dengan cepat menghalaunya.

"Ya, ya, ya! Kau sebegitu laparnya?" Ia memandangku dengan wajah sedikit mendelik.

Aku memang sangat lapar karena segala hal yang menimpaku hari ini. Aku benar-benar butuh asupan gizi sekarang.

Tanpa menggubris pertanyaan Taehyung kuambil mandu tersebut dan kumasukkan ke dalam mulut dengan ganas.

Aah, masisseo. (Enaknya)

Taehyung yang berada di hadapanku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengambil satu mandu dan memasukkan ke dalam mulutnya juga.

"Ah, mandu di sini benar-benar enak. Kau bisa tau dari mana restoran seperti ini, Taehyung-ah?" Aku kembali menyuap satu mandu masuk ke dalam mulutku.

Taehyung dengan mulut mengaga memandangku, "ck, kau pikir kita teman seenaknya kau memakai banmal denganku." Ia meletakkan sumpitnya di atas meja lalu melipat lengannya di depan dada.

Aku melihatnya sekilas lalu kembali menyuapkan mandu ke dalam mulutku, "kenapa memangnya? Semua orang yang mentraktirku makanan kuanggap sebagai teman."

Itu pernyataan jujur. Di awal memang aku terkejut mengingat fakta seorang Kim Taehyung tiba-tiba menculikku dari jalanan. Kau bisa percaya itu?! Seorang Kim Taehyung. Aku tekankan lagi, ia seorang KIM-TAE-HYUNG.

Namun seiring berjalannya waktu, aku sadar ia juga seorang manusia yang bisa bersikap sangat menyebalkan. Yah, setidaknya ia menepati janjinya membawaku ke toko buku dan sekarang ia juga mentraktirku, jadi aku bisa menyebutnya sebagai seorang teman.

Untuk beberapa saat kami hanya fokus mengunyah, tidak ada yang berniat berbicara. Kami berdua memutuskan untuk menikmati mandu ini dengan sepenuh hati.

"Omong-omong, kau suka melukis ya? Kulihat tadi kau banyak membeli peralatan lukis," celetuk Taehyung tiba-tiba.

Aku mengangguk, "yaa begitulah, bisa dibilang melukis adalah hidup matiku." Aku sedikit menerawang, memikirkan masa lalu yang gelap. Namun aku segera menghilangkan pikiran itu. Toh, tak ada gunanya mengingat memori buruk.

"Kau akhir-akhir ini juga suka menggambar bukan? jujur saja gambarmu jauh dari kata bagus. Namun.. yaah.. bolehlaah.. aku bisa mengajarimu kapan-kapan kalau kau mau."

Wajah Taehyung sedikit kesal namun ia berusaha tidak mengeluarkannya dengan jelas. "Baiklah, Nona Eunsol. Kau ingat itu janjimu. Kau bisa pastikan aku akan menagihnya suatu saat nanti."

Aku mengedikkan bahuku.

"Bicara tentang kesukaan, aku juga suka coklat dan keripik kentang. Kalau kau berbaik hati, kapan-kapan kau bisa mengajakku ke kafe baru di Gangnam. Temanku bilang kue coklatnya sangat lezat."

Kali ini Taehyung meletakkan sumpitnya kembali, "Woa, kau pikir aku memiliki waktu luang yang banyak sepertimu? Ingat, aku seorang Idol. Okay, lebih tepatnya selebriti dunia sekarang, kau tidak bisa sembarangan menyewaku."

Aku tertawa kecut mendengar jawabannya, "ya Taehyung-ssi, kau pikir hanya kau yang sibuk di dunia ini? Buktinya kau yang kurang kerjaan menculikku. Kemana teman-teman dekatmu yang sering kau unggah di SNS. Cih, pencitraan. Aku tak sedikit pun terkejut." Kuputar bola mataku sambil memasukkan sepotong mandu ke dalam mulutku.

Sunrise in Seoul • 2/7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang