Title : Ghost or...
Credit to Owner***
Orang tuaku selalu melarangku bermain saat petang. Mereka berkata akan ada hantu yang menculikku jika aku terus-terusan bermain hingga petang. Sebagai anak yang baik, aku harus menurutinya. Tak jarang, aku memberitahu temanku akan hal ini, namun itu sia-sia. Mereka malah menertawakanku dan meledekku."Hey bodoh, apakah kau percaya pada hantu? Ibuku bilang hantu itu hanya mitos" ejek salah satu temanku.
Saat itu aku hanya bisa menangis. Cukup kasar memang untuk anak usia 5 tahun. Aku pulang dengan mata sembab dan berniat mengadukan hal yang baru ku alami kepada orang tuaku.
"Hey Von, mengapa kau menangis?" tanya Ayah padaku.
"Teman-temanku mengejekku. Mereka bilang aku bodoh dan hantu itu hanya mitos. Padahal niatku memberitahu mereka agar mereka tak diculik hantu" eluhku sambil sesekali sesenggukan.
"Hahaha hanya karena itu kau menangis? Biarlah temanmu tak mempercayainya, yang terpenting kau sudah mengingatkan mereka. Umm, siapa nama temanmu yang mengejekmu?" jawaban Ayah mencoba untuk menenangkanku.
"Rangga" jawabku singkat.
"Jangan sampai ibumu tau akan hal ini" ucap Ayah sambil mengecup keningku.
Keesokan harinya, Rangga, temanku tak masuk sekolah. Guruku bilang dia menghilang saat bermain. Tubuhku bergidik ngeri akan hal itu. Mereka yang awalnya tak mempercayaiku, kini telah percaya.
**
Saat ini umurku genap 16 tahun, namun larangan bermain hingga petang tetap berlaku untukku. Kesal memang, namun apa daya, aku hanya bisa mematuhi larangan Orang tuaku."Hey Von, maukah kau ikut ke pesta dansa sekolah malam ini?" tanya temanku mengagetkanku saat melamun.
"Ah sial, kau membuatku kaget." jawabku kesal.
"Hahaha maaf, jadi bagaimana? Maukah kau ikut?" sekali lagi dia bertanya kepadaku.
"Ummm, baiklah" aku menjawab dengan keraguan.
"Oke, nanti pukul 5 akan ku jemput dirimu!" katanya lalu beranjak pergi.
Saat itu aku benar-benar lupa akan larangan yang diberikan oleh Orang tuaku. Tapi tak apalah, toh aku juga sudah besar. Saat sampai di rumah aku berniat untuk bertanya kepada Orang tuaku, namun sayang mereka tak ada di rumah dan meninggalkan sebuah catatan.
"Von, ayah dan ibumu pergi ke luar kota. Mungkin besok akan kembali. Jagalah rumah, dan ingat selalu pesan kami"
Begitulah kiranya isi pesan itu. Aku masuk ke kamarku, untuk kemudian mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul 4:52. Sebentar lagi Rey akan datang menjemputku. Dan yap, akhirnya dia tiba.
"Wow Von, kau tampak cantik" katanya usil.
"Diamlah Rey, mari kita pergi" jawabku ketus.
Kami pergi mengendarai Mobil. Sepanjang jalan dia terus bercerita dan bernyanyi menyanyikan lagu "Man upon the Hill". Ah biarlah, biar dia senang. Di tengah perjalanan tiba-tiba mobil kami mogok. Rupanya dewi keberuntungan tak berpihak pada kami. Mobil kami mogok tepat di jalan yang sangat sepi.
"Ah sial! Mengapa harus mogok pada saat seperti ini" gerutu Rey kesal.
"Sabarlah Rey, lebih baik kita cek dulu apa masalahnya" kataku mencoba menenangkan.
"Ah baiklah" jawabnya singkat.
Kami pun turun dari mobil dan mulai mencari permasalahan yang terdapat pada mobil sialan ini. Menit demi menit telah berlalu dan kami belum menemukan akar dari kesialan kami. Ah, andai saja aku tadi tidak ikut mungkin akan lebih menyenangkan.
"Hey Rey, mengapa kau tidak coba menelfon anak-anak?" seruku pada Rey.
"Ah ide yang bagus Von!" balas Rey sembari mengeluarkan ponsel.
Well ternyata kami berhasil menghubungi salah satu kawan kami. Katanya, dia akan tiba dalam 30 menit. Aku menunggu di dalam mobil, sedangkan Rey masih mencoba mencari apa yang salah pada mobilnya. Aneh, mengapa diriku terasa mengantuk sekali? Padahal masih pukul 5:37. Ketika diriku hampir terlelap, teriakan Rey berhasil mengagetkanku. Dia hilang, lenyap bak di telan kegelapan malam. Aku pun memutuskan keluar mencari Rey.
"Rey...Rey... Dimana kau? Jangan bercanda Rey" teriakku mengharapkan jawaban. Namun hasilnya nihil.
Tiba-tiba sesuatu menggelinding tepat di bawah kaki ku. Astaga, itu kepala. Oh tuhan, itu kepala Rey!. Tubuhku membeku seketika, aku mencoba berteriak tapi sesuatu seperti menahan suaraku. Tubuhku ambruk, namun mataku tetap mengawasi. Samar-samar ku lihat seseorang, ah bukan, lebih tepatnya makhluk menyeramkan datang menghampiriku. Darahku berdesir seperti mau meledak, aku ketakutan setengah mati. Sekarang mereka berada tepat di disamping ku. Aku bisa melihat jelas wajah mereka. Wajah yang sangat familiar dalam kehidupan ku. Tusukan demi tusukan mendarat depat di dadaku. Aku tersenyum lega, ternyata makhluk itu bukan hantu dan sekarang aku mengerti, mengapa Orang tuaku melarangku keluar saat petang. Rangga kau memang benar hantu itu tak ada, aku senang melihat kau masih hidup.
---------------------------------------------------
-Van noy ONote: Judul keduapuluhlima - tigapuluh itu last yo. Next judul creepypasta biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Quotes
Misteri / ThrillerKamu tahu? Ketika bibir, mulut, lidahmu seakan kelu. Tak bisa untuk berkata apapun. Dan hanya air mata yang datang sebagai pahlawan. Tapi aku, Lebih memilih tulisan berdarah yang mewakili perasaan ini. Haha.