Sampai saat ini aku masih bingung memilikimu itu sebuah mimpi atau utopia. Jika mimpi aku masih sanggup untuk mewujudkannya tapi jika utopia aku bisa apa? - Jennie Kim
.
.
.
.
.
.
.
.Jennie POV
Kini aku dan Lisa berjalan beriringan menuju perpustakaan. Jujur sekarang fokusku masih terbelah, antara dengan rentetan kalimat yang Lisa sekarang ucapkan dengan percakapan kami tadi di kantin.
Lisa memang tak membahasnya lagi setelah mengangkat topik untuk membicarakan Taeyong bahkan dia juga tidak memaksaku untuk mengakui perasaanku dihadapannya. Namun kata-kata nya diakhirlah yang sampai kini masih berputar di benakku.
"Kau tahu Jen, persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak akan pernah berhasil. Percayalah padaku, karena aku dan Bambam kinipun begitu. Kami malah dibesarkan bersama sedari kecil. Dan ya, lihatlah sekarang tiba-tiba saja cupid menembakkan panahnya pada kami. Dalam kasus mu pun aku rasa tak berbeda jauh denganku, Taeyong sunbaenim hanya tidak sadar akan perasaannya Jen. Dia akan tahu kalau kau pergi dari sisinya. Sekarang semua ada di tanganmu, tetap diam seperti ini atau memastikan Taeyong sunbaenim punya rasa yang sama denganmu."
Haruskah aku? Tapi aku terlalu takut bagaimana kalau aku mengungkapkannya dan dia malah menjauh? Aku belum siap akan itu. Aku.. aku belum siap jika tiba-tiba kehilangan orang yang selalu ada untukku. Tapi aku tidak bisa diam saja, dan menderita sendiri karena perasaan ini. Setidaknya aku harus melepas bebanku sedikit. Tapi sekali lagi, apa aku mampu?
"Lis? Apa benar aku harus mengungkapkan perasaan ku pada Taeyong?"
Tanpa sadar aku dan Lisa sudah sampai di perpustakaan, dan kini sudah di depan salah satu rak besar yang jumlah puluhan di dalam ruangan ini. Kini Lisa menatapku dengan nanar, kilatan belas kasihan itu dapatku lihat.
Pasalnya dia tahu betul bagaimana kelakuan dari Taeyong yang memang selalu jadi perbincangan hangat para mahasiswa karena tingkahnya yang sering bergonta-ganti pasangan. Jadi tatapan kasihanlah yang kini Lisa berikan padaku seolah dia tahu seberapa besar rasa sakit yang Taeyong hantarkan kepadaku setiap kali aku dia mengenalkan pasangan barunya padaku.
Ya, memang benar Taeyong selalu memperkenalkan pacar barunya kepadaku, dengan dalih akulah wanita paling berharga setelah ibunya. Seolah izin dariku itu penting, namun pada kenyataannya itu tak berguna sama sekali. Toh, aku tidak bisa mencegahnya untuk memilih perempuan lain.
"Tapi bagaimana kalau dia menjauh Lis? Aku belum siap kehilangan Taeyong, tak apa aku kehilangan cintaku tapi aku belum siap kehilangan sosok kakak untuk kedua kalinya."
"Hah, masalahmu sebenarnya simpel jen tapi karena tersendat masa lalu itu semua jadi rumit."
"...."
"Tapi mari kita cari cara."
"Cara?"
"Ya, menurutku kau tak perlu mengungkapkannya Jen cukup memastikan. Kau cukup memancing intensitasnya Jen, mana yang dia prioritaskan kau atau pacarnya Jen."
"Tidak.. tidak Lis. Itu bukan solusi yang tepat. Kalaupun dia memilihku aku takut itu jadi beban untuk dia. Kau tahu sendiri dia selalu memberi embel-embel kakakku jika mengomeliku. Jadi mana bisa aku membedakan mana yang memang dia perhatian padaku dan mana saat aku jadi bebannya."
"Hahhh, yasudah lupakan itu dulu. Sekarang ini kita kerjakan dulu tugasnya."
"Oh God, aku sampai lupa. Maafkan aku Lis."
Lisa tak menjawab namun dia memberikan satu pelukan hangatnya. Seolah menyalurkan semangat lewat pelukan itu.
•MORE THAN YOUR FRIEND•
AUTHOR POV
Tak terasa jarum panjang pada jam sudah berkali-kali melewati angka 12. Dua anak hawa yang duduk berhadapan ini masih saja sibuk membolak-balikkan buku dengan jari-jari lentik mereka yang dengan lincahnya menari-nari mengguratkan tinta ke lembaran buku putih bergaris. Dan tentu saja suara gesekan kertaslah yang menjadi backsound pada siang hari ini. Kalau saja bukan dering ponsel dari salah satu gadis itu menginterupsi mungkin mereka masih dengan hikmat menekuni pekerjaan yang mereka lakukan ini, mengerjakan tugas.
Drrrrttt Drrrrttt
"Aku rasa itu bunyi handphonemu Lis, handphoneku sedang ku mode terbang."
"Em kau benar, Jen"
Jennie pun hanya mengangguk paham dan fokusnya kembali ke tugasnya yang hampir selesai. Sementara Lisa kini terlihat membereskan peralatan dan memasukkannya ke dalam tas, dengan begitu mau tak mau Jennie harus mendongak untuk melihat aktivitas sahabatnya itu.
"Mau kemana Lis? Tugasmu sudah selesai?"
"Emm, belum Jen. Tapi sepertinya aku harus pulang dulu Jen. Bambam mengabariku sudah ada di depan aku lupa kalau aku ada janji dengannya jam 11 ini."
"Ah, ini tgl 1 kan? Berarti hari ini kau akan bertemu calon mertuamu."
"Aku gugup Jen, bagaimana ini?"
"Jangan gugup, bersikap natural saja oke? Semangat Lalisa!"
"Doaku ya Jen? Bye!"
"Bye!"
Jennie menatap punggung sahabatnya yang perlahan-lahan menghilang di balik pintu. Sekarang ini ia merasa menjadi sahabat yang buruk, bagaimana tidak disaat sahabatnya kini merasakan kebahagiaan justru hatinya diliputi perasaan iri. Jennie pun menggeleng pelan untuk menghilangkan pikiran negatifnya.
Sadar Jen, kau tidak boleh iri. Kau pasti bisa ... Kau pasti bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri. - Batin Jennie yang sebenarnya tidak yakin dia akan menemukan kebahagiaannya dalam waktu dekat ini.
"Lebih baik aku segera menyelesaikan tugas ini sebelum jam 2." Gumam Jennie
Pukul 14.50
PerpustakaanJennie POV
Mataku sedikit demi sedikit terbuka, tak memerlukan waktu lama aku tersadar dan berjingkat memeriksa ponselku. Entah bagaimana caranya aku sampai tertidur dengan buku sebagai alasnya.
LINE 📩
POOR TAEYONG (3)
LALISA 💖 (4)
ACCOUNTING 2016 (156)Melihat deretan line tentu saja tanganku bergerak untuk menyentuh pesan dari Taeyong, ternyata ini sudah jam 14.50. Bagaimana ini??
POOR TAEYONG 📩
J?
Maafkan aku tidak jadi menjemputmu.
Jisoo memintaku untuk menemaninya observasi. Maaf ya?Ya, tak apa
Aku masih bisa naik bus nanti
Lihatlah Jen, apa yang bisa kau harapkan dari dia? Oh, baru aku sadar kalau dia menulis nama perempuan di sana. Pacar baru lagi hm? Ingin sekali saja aku memaki Taeyong, apa dia tidak sadar juga dengan perasaanku? Orang-orang di sekitarku saja sadar kalau aku mencintaimu.
Drrrrttt Drrrrttt
Dimana Lalisa?
Kau tak bersamanya?
Janji ya kau naik bus saja? Jangan minta manusia tato itu mengantarmuDia pulang bersama pacarnya
Ya, aku tauOke, take care
SeenCih, bahkan dia tidak sadar aku sedang marah sekarang. Sabar Jen ini bukan pertama kalinya dia begitu. Akupun membereskan peralatan dan buku yang berserakan di meja. Setelahnya aku harus buru-buru menuju halte, sepertinya di luar mendung dan aku tidak membawa payung.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Your Friend (Jennie Kim x Taeyong Lee) •REPUBLISH•
Fanfiction⚠️ Republish [Short Story] Sekeras apapun aku mencoba untuk menoleh ke sisi yang lain, nyatanya aku kembali lagi menoleh ke sisimu - Jennie Kau tak pernah jadi beban untukku, tapi tolong jangan tuntut aku memberikanmu lebih dari ini - Taeyong ©Jenc...