14. Six

61 7 6
                                    

Kok bisa sebangku ya?
Apa jangan-jangan ini sebuah pertanda bahwa kita akan duduk bareng alias sebangku di plaminan nanti?

___________________________

"Hari ini ibu akan me-roling tempat duduk, ya" ujar Bu Lia. Gue tertunduk lemas, pasalnya gue udah nyaman banget duduk sama Nadia. Bisa di ajak curcol kalo lagi galau mode on atau bad mood

Gue dan yang lain segera membenahi peralatan tulis di meja. Memasuki pensil 2B ke tempat pensil kesayangan. Segera mereka semua memenuhi depan kelas.

"Nadia" Bu Lia memberi jeda, sontak Nadia melirik ke arah bu Lia sambil melotot, gue yakin tuh mata dikit lagi copot. "Kamu sama Rasya duduk di bangku ke tiga!" Lanjut Bu Lia lagi.

"Alhamdulillah, selamat guee" Nadia dan Rasya ber-tos ria sambil melangkahkan kaki ke tempat duduknya. Mampus gue, mampus! Sama siapa gue duduknya?
Sumpah deh, gue gelisah banget.

"Vino" lagi-lagi Bu Lia memberi jeda dalam ucapannya "kamu sama Maya duduk di bangku nomer 2 depannya Nadia dan Rasya!"

Wait, what the ... Vino sama gue sebangku? Mampus dah, hidup gue jadi runyam nanti kalo sama dia

Gue menatap Bu Lia tak terima, dengan tatapan yang mengatakan bahwa Bu-saya-gak-mau-duduk-sama-Vino-plis. Tapi sayangnya, Bu Lia gak peka. Entah kenapa gue merasa iba sama suaminya Bu Lia karena Bu Lia itu gak peka. #SaveSuamiBuLia

"Kenapa masih disini?" Ujar Bu Lia, Refleks gue langsung menoleh atau lebih tepatnya mendongak ke atas—karena Bu Lia itu tinggi—sambil menaikkan alis, gue berjalan gontai menuju tempat duduk dengan malas.

Gue menatap Vino yang lagi membelakangi Maya. Lagi asik mengobrol dengan Rezha yang kebetulan ada di sampingnya.

Baru aja gue naruh pantat di kursi, Vino langsung ngoceh gak karuan. "Maya! Gak nyangka gue bisa sebangku sama lo" oceh Vino diselingi senyum manisnya.

"Kok bisa sebangku ya? Apa jangan-jangan ini sebuah pertanda bahwa kita akan duduk bareng alias sebangku di plaminan nanti?" Ujar Vino asal diselingi tawa kecilnya.

Refleks gue menjitak kepala Vino "jangan ngarep lu!"

Penggemar alias para fans berat Vino berteriak histeris. Melihat gue iri karena bisa deket sama orang ter-kampret yang pernah gue temui.

Banyak yang bilang Vino ganteng? Halah preet. Dilihat dari mana pun Vino gak ada ganteng-gantengnya. Jelek, persis kaya bebek. Dan gue paling sebel kalau Vino lagi kumat akan gombalannya yang super duper basi.

Sementara itu, sesekali Fandy menatap Vino sinis. Seakan-akan Fandy jadi tersaingi oleh kehadiran Vino.

Pasalnya, Fandy sudah ada sejak kelas 11 SMA, sementara Vino bisa dibilang anak baru tapi juga bisa dibilang anak lama.

Karena Vino datang disaat kenaikan kelas dari X IPA ke XI IPA. Dan disitu juga Fandy ke luar negri, jadi tidak bisa bertemu Vino. Dan sebaliknya.

"May? Maya? Bengong aja, lagi mikirin siapa bu?" seketika lamunan gue buyar. Sontak gue kaget, karena ... jarak gue sama Vino deket banget!!

Ganteng ... eh?

Gue menggeleng-gelengkan kepala. Mata dan rambutnya Vino yang sama-sama hitam agak kecoklatan itu membuat dia jadi tambah gan ...hah, loh? Kok jadi gini?

Always ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang