Eight

46 15 8
                                    

"Pantas saja kamu tidak menyadari keberadaan ku. Ternyata kamu terlalu terfokus kepadanya, sehingga aku bagaikan angin lalu. Tidak pernah terlihat."

***

"Lu tuh ngerti gak sih? Ini tuh koefisien nya harus seimbang, misalnya dikiri H2 berarti dikanan juga koefisien H nya harus ditambahin 2 biar seimbang." Rivan sangat kesal karena sedaritadi Risty tidak paham juga apa yang ia jelaskan.

Yang dimarahi hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Mungkin karena efek belajar kimia yang membuat ia rasanya ingin menggaruk kepalanya. "Oh gitu, ngerti-ngerti. Bilang kek daritadi bos." jawab Risty sambil nyengir kepada Rivan.

Rivan yang mendengarkan
ucapan Risty hanya memasang muka datar.
"Daritadi kayanya gua udah bilang kan ya?" Batinnya merasa kesal dengan tingkah sahabatnya yang satu itu.

Ia melirik kearah jam dinding yang berasa didekat papan tulis.

10:27 AM

"Demi lu nih ya. Gua jadi gak istirahat dan gak kekantin buat ngisi perut gua" Rivan mulai mengoceh lagi.

"Cie.. Demi gua ya? So sweet banget sih" Ucapnya sambil tersenyum kearah Rivan.

Rivan memutar bola matanya, malas menanggapi ucapan Risty.

"Btw, kalo lu laper, lu bisa ambil makanan gua dikolong meja. Kebetulan tadi mamah bawain makanannya lumayan banyak."

Rivan mengambil sekotak bekal yang ada dikolong meja Risty. Dibukanya kotak bekal tersebut dan benar isinya ada 4 buah sandwich. Ia mengambil satu untuk mengganjal perutnya yang sedikit merasa lapar. "Coba buka mulut lu!"

"Hm? Ngapain?" tanya Risty bingung.

"Udah buka aja" perintahnya yang akhirnya dituruti oleh Risty. Ia memasukkan sandwich kedalam mulut Risty yang disambut baik oleh mulut Risty.

"Sesibuk apapun lu, jangan pernah lupa makan. Karena misalnya lu sakit, nanti yang ngerepotin gua siapa dong?"

'Mamah, tolongin! Risty baperrrr' Batinnya. Tetapi Risty hanya mengangguk sambil mengunyah sandwich yang masih ada dimulutnya dengan pipi yang sudah merona akibat mendengar ucapan Rivan tadi.

Mereka akhirnya melanjutkan belajarnya sambil menghabiskan sandwich itu. Hingga akhirnya bel tanda waktu istirahat telah berakhirpun berbunyi

***

Kring.. Kring.. Kring

"Huft.. Akhirnya pulang juga" ucap Risty sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal akibat duduk terlalu lama saat KBM berlangsung tadi.

Rivan datang dari arah mejanya ke meja Risty. "Ris, kayanya gua gak bisa pulang bareng sama lu deh. Gua mau kerkom sejarah dulu."

"Yah.. Lagian sih lu segala beda kelompok sama gua" keluh Risty sambil menekuk bibirnya kebawah.

"Ya mau gimana lagi? Kan kelompoknya tadi ditentuin sama Bu Riska dan sayangnya kita gak satu kelompok." perjelas Rivan kepada Risty.

"Hm.. Yaudah deh. Gua pulang naik ojek online aja."

"Oke. Take care ya. Nanti kalo udah nyampe rumah langsung kabarin gua." ucap Rivan sambil mengelus rambut Risty.

"Siap bos" jawab Risty sembari hormat kepada Rivan.

"Ty, kita duluan ya." ucap kedua sahabatnya, Sania Arindi Hermawan dan Farhana Santika Devandi.

"Tenang aja ,nanti kalo Rivan macem-macem pas kerkom bakalan gua aduin ke lu kok." Hana berusaha menenangkan Risty.

CertezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang