"Fotonya bagus."
Dia tersenyum menanggapi.
"Tapi kenapa di setiap foto selalu ada kamunya?"
"Memangnya kenapa?"
"Fotonya bagus, tapi jadi rusak karena ada kamunya."
Dia mendelik, lantas berucap,
"Maksudnya, kamu mau bilang kalo aku jelek, gitu?!"
"Bukan gitu,"
Jeda sebentar saat kamu melihat ia melotot ke arahmu.
"Aku cuma nggak ngerti aja, kenapa kamu masukin elemen lain ke foto itu? Siapa peran utama di foto kamu? Kamu atau pemandangan di belakang kamu?"
Ia mengernyit bingung. Tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Atau mungkin lebih tepatnya tidak mengerti kenapa kamu mempermasalahkan hal itu. Toh, itu fotonya, cuma untuk dirinya, kenapa kamu yang protes?
"Aku lebih suka foto lanskap yang murni cuma lanskap. Coba liat deh, kamu ngambil gambar lanskap yang luas banget, terus ada kamu muncul di situ. Ganggu banget nggak, sih?"
"Yaaa... seenggaknya kamu bisa nentuin siapa tokoh utama di foto kamu. Kalo emang kamu, ya fokusin aja ke kamunya. Nggak perlu nyampah lebar-lebar dengan background itu."
Ucapanmu terdengar semakin menyebalkan dan dia tidak habis pikir. Kenapa kamu begitu tidak suka dengan fotonya. Foto yang jelas-jelas hanya untuk koleksi pribadi.
Haruskah ada aturan seperti yang kamu katakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
CORETAN
Short StoryCuma potongan-potongan cerita yang mampir di kepala. Sayang kalo nanti kelupaan