Tiga.

44 8 22
                                    

Setelah puas di stadion, kami menuju rumah Bianca yang letaknya kurang lebih 3 kilometer dari stadion. Aku dan dia bersepeda bersisian hingga tiba di rumahnya.

"Bianca pulang!" Serunya saat memasuki rumah yang cukup luas ini, membuat seorang wanita paruh baya yang tengah menonton tv di ruang keluarga berdecak. Ah itu tante Mia, mamanya Bianca.

"Gak pake teriak bisa kan Bi?" Tegur Tante Mia.

Bianca hanya melemparkan senyum tidak bersalah pada Tante Mia sementara aku tersenyum senang, "Halo Tante!" Sapaku riang.

Menyadari kedatanganku, Tante Mia tersenyum cerah dan melupakan kekesalannya pada Bianca tadi. "Eh Vina udah lama gak mampir nih."

Aku mendekati Tante Mia dan menyaliminya tak lupa sedikit cipika cipiki tentunya hehe. "Iya Tan, maaf soalnya kan Vina sekarang di asrama jadi jauh kalau ke sini mana udah mulai sibuk sama urusan sekolah," jelasku.

Tante Mia tersenyum maklum, "Ya sudah, bersenang-senanglah sama Bia."

Sebelum aku sempat menjawab, Bianca mendahului, "Tanpa Mama suruh bakal kami lakuin kok, iya gak Vin?"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum lebar menanggapinya.

"Kalo gitu Bia ke atas dulu ya ma. Yuk Vin," pamit Bianca kemudian berjalan duluan menuju tangga.

Setelah menganggukkan kepala sejenak untuk pamit pada Tante Mia, aku segera menyusul Bianca ke lantai 2.

Kami memasuki ruangan yang dipintunya tergantung tulisan "Bia room's". Kamar Bianca tidak mengalami perubahan yang berarti. Tetap didominasi warna pink pastel dan tertata rapi lengkap dengan rak koleksi novel-novel miliknya di pojok kanan kamar. Yang berbeda hanya letak meja belajar yang kini berada tak jauh dari ranjangnya.

"Lo mau mandi sekarang gak Vin?" Tanya Bianca yang sudah duduk manis diatas lantai ubin yang dialasi karpet beludru nan hangat.

Aku mengambil tempat tak jauh darinya dan ikut duduk lesehan. "Ntar aja deh, masih gerah gue," jawabku seraya mengusap keringat di kening.

"Gue ntar juga, mager. Nonton aja yuk?" Tawar Bianca yang langsung kujawab dengan anggukan penuh semangat.

Bianca beranjak mengambil laptopnya dari atas meja belajar dan kembali menghampiriku. Otomatis aku tiarap menghadap laptop, menunggu benda itu menyala.

Setelah laptop menyala, Bianca melemparkan guling padaku yang sayangnya berhasil mengenai jidatku dengan tepat.

"Eh kutu kupret!" Seruku kesal yang disambut dengan tawa Bianca.

Aku mendengus kesal namun tak melanjutkan omelan yang bakalan unfaedah banget. Gulingpun kujadikan tumpuan agar sikuku tak sakit. Bianca turut tengkurap di sampingku.

"Mau nonton apa nih?" Tanya Bianca tanpa mengalihkan fokusnya yang tengah membuka folder-folder di laptop.

"Hm.. apa ya? Anime aja deh udah lama gak nonton."

"Yakin? Gue baru download variety show KPOP terbaru loh. Banyak nih, full episode lagi," goda Bianca.

Aku terdiam, mempertimbangkan. Pengen sih nonton para idolaku di variety show. Tapi aku juga udah satu bulan lebih tidak ada nonton anime.

"Anime aja. Kalo KPOP ntar bisa diatur, apalagi anak asrama banyak yang KPOPers juga jadi urusan gampang itu mah. Kalo masalah anime baru gaswat karena di asrama cewek cuman gue anime lovers," jelasku panjang lebar.

"Gawat neng. Bukan gaswat," koreksi Bia seraya membuka folder berjudul Anime.

"Sebodo amat lah."

W A W  [What are We?] -Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang