05 - Orion Naksir Siapa?

114 10 0
                                    

Pyra keluar dari ruang BK dengan eyeliner luntur hingga menimbulkan kesan seram saat cairan hitam itu seolah menutupi area kelopak mata serta kantung matanya.

Rambutnya sudah ia ikat, lipsticknya juga sudah luntur, tidak ada kesan elegan lagi di bibirnya. Lalu wajah Pyra pun pucat, seperti gelandangan tidak makan berhari-hari. 

Ia di tegur oleh Bu Nunik dan di beri sanksi berupa membersihkan tiga bilik toilet perempuan. Setelah selesai barulah Pyra menghadap Bu Nunik di ruangan konseling untuk meminta izin supaya ia boleh kembali ke kelas.

"Ya ampun Ra, lo pucet banget." Ujar Siren ketika ia dan tiga temannya menyusul Pyra di ruangan konseling saat bel istirahat pertama berbunyi.

Siren sudah tahu semua permasalahannya dari Aura yang menceritakan kejadian pagi tadi lewat aplikasi chating saat dia masih berada di ruang jurnalistik untuk menyusun buletin bulan ini.

"Lo di apain sama Bu Nunik? Emang dakjal tuh orang! Berani-beraninya siksa temen gue." Rapunzel menyisingkan lengan seragamnya, berlagak ingin menghajar Bu Nunik. "Mana orangnya? Sini, hadapin gue kalau berani!"

Dan kemudian. "Ngapain kalian berlima berdiri di sini? Mau saya eksekusi juga?!" Kehadiran Bu Nunik dari balik pintu ruang konseling berhasil membuat mereka semua sport jantung. Terutama Rapunzel.

"Eh, Ibu." Rapunzel tersenyum ramah. "Selamat pagi, Bu. Oh My God, Bu Nunik makin glowing deh sekarang."

Siren menyikut lengan Rapunzel, berjaga-jaga barangkali cowok cantik itu salah bicara.

"Kita juga udah mau pergi kok Bu dari sini." Ujar Aura.

"Ya sudah, sana pergi!" Bu Nunik mengibaskan tangan, mengusir mereka.

Siren merangkul pundak Pyra untuk segera meninggalkan ruang konseling, begitu pula Aura dan Rapunzel. Namun, masih ada yang kurang. Di mana Michi?

Gadis itu masih berdiri di depan ruang konseling, matanya masih setia memandangi wajah galak Bu Nunik, sedangkan otaknya berfikir kenapa guru bertubuh tambun itu gemar memberikan hukuman kejam hingga muridnya merasa jera.

"Kamu kenapa Michi? Mau nantangin saya?" Tanya Bu Nunik sinis.

Mendengar suara besar Bu Nunik, empat orang yang semula berjalan menjauhi ruang keramat itu malah berbalik haluan. Mereka semua menoleh ke belakang, menemukan Michi masih berdiri di sana sembari menatap Bu Nunik dengan jenis tatapan yang sulit di artikan.

Rapunzel langsung buru-buru menghampiri dan menarik tangan Michi supaya lekas meninggalkan tempat itu.

"Lo ngapain ngeliatin Bu Nunik sampe segitunya? Lo mau Chi, di makan idup-idup sama siluman dugong itu?" Tanya Rapunzel.

"Hush! Lo gak boleh ngatain guru sembarangan. Gak berkah ntar ilmu lo!" Tegur Siren.

"Iya Bunda Ratu, iya." Jawab Rapunzel pasrah.

"Gue heran aja, Bu Nunik kenapa ya bisa segalak itu sama muridnya?" Michi mulai angkat bicara. "Biar apa coba?"

"Ya biar murid-murid takut sama dia dan gak mau berurusan dengan BK lah!" Aura menjawab. "Nah, tujuannya supaya sekolah tertib tanpa biang onar."

"Tumben otak lo bener." Sindir Rapunzel pada Aura.

"Kepala Pyra pusing. Mau pingsan." Kata Pyra dengan suara lemah.

Keempat temannya saling berpandangan dan merasa khawatir.

"Lo mau kita anter ke UKS?" Tanya Siren.

Affairs Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang