ENAM

160 5 0
                                    

Author pov
Setelah kejadian dimana Raza marah-marah. Anak itu,Raza ngambek dan berubah dingin. Jika ditanya baru ngejawab.
Terhitung 3 hari sudah Raza seperti itu. Selama itu juga Alfi meminta maaf tak henti-hentinya.

Saat ini keluarga Hareem berkumpul untuk makan siang bersama karena hari ini hari libur.

Raza sedang memotong sayuran terhenti mendengar perkataan Alfi kepada Ama nya.

"Ama aku ajak Naya yah?"

Raza geram. Ia segera menyahut. Seolah menyindir.
"Pikir dong ini tuh acara keluarga. Bukan acara umum"

Seolah tau maksud Raza, Alfi menatap Raza yang membelakangi nya.

"Iyadeh maaf" ucap Alfi

April melihat ke arah Raza yang memotong sayuran. Wajah nya datar tanpa ekspresi. April menghela nafas.

"Kamu masih ngambek?" Tanya April ke Raza.

"Gak tau" jawab Raza dingin

April mengelus rambut Raza.
"Dia abang kamu lho"

Diam. Raza diam. Ia malas menjawab. Anggap aja ia kurang ajar. Dia masih kesal dengan abang nya. Masa adik sendiri ditelantarin cuma gara-gara nemenin pacar belanja buat kado.

Flashback on
"Mau jelasin apa kamu" tegas Hareem

Alfi menunduk.
"Aku lupa"
"Tadi aku nemenin Naya ke mall. Buat nyari kado. Mama nya ultah"

"Apa gak marah sama kamu yang nemenin Naya. Tapi Apa marah sama kamu karena kamu nelantarin Raza. Coba misalnya Naya jadi Raza. Pasti kamu cepet-cepet kan jemput Naya. Tapi Raza? Untung aja ada yang mau ngasih tumpangan sama dia."
Ucap Hareem tegas.

Raza sudah menduga pasti abang nya itu nemenin pacar nya. Ia terkekeh. Benarkan abang nya berubah.

Dia berdua menghadap kepada Hareem dan April untuk menjelaskan.

"Gak ada lagi kan yang dibahas dan DIJELASKAN. Aku mau kekamar." Ucap Raza. Ia sengaja menekankan kata dijelaskan.

Raza berdiri dan melangkahkan kaki menuju kamar dengan tersenyum kecut.

Flashback off

*********************
Raza sedang berada dikamar Ralin. Ralin meminta Raza untuk menceritakan kenapa sang adik akhir-akhir ini menjadi dingin.

"Ayo ceritain" ucap Ralin duduk disamping Raza sambil memangku Talitha.

Raza menghela nafas lalu menceritakan kejadian kemarin. Air mata nya turun.
Ralin menatap adik nya tak percaya. Alfi benar-benar keterlaluan.
Ia menghapus air mata Raza.

"Udah dong jangan nangis lagi. Nanti kalau ada apa-apa cerita. Biasa nya kan gitu" ucap Ralin tersenyum

"Iya. Aku masih ngambek ka sama abang." Balas Raza

"Yaudah gak papa. Lebih baik turun yuk" ajak Ralin. Raza mengangguk. Ia mengambil alih Talitha.

"Ihh gemes deh" ucap Raza. Ia menghujam Talitha dengan ciuman dipipi gembul nya.

"Udah deh Za. Kasian Litha nya" tegur Ralin. Raza mengangguk dan menggiring kakak nya.
***********************
Raza merengut. Ia kena bagian duduk disamping Alfi. Ia pun berdiri.
Semuanya menoleh ke arah nya.

"Aku mau disamping  Bang Arif aja" ucap nya

"Syaraza duduk. Makan. Kalau pindah-pindah susah" tegur Hareem.

Raza duduk. Ia tak menyentuh makanan nya. Mana Alfi deket banget lagi.

"Makan Za"
"Mau disuapin?"
"Kak Naya biasa nya mau makan kalau disuapin" ucap Alfi membujuk Adik nya.

Raza menoleh ke arah Alfi. Wajah nya masih sama datar.

"Jangan. Samain. Aku. Sama. Kak Naya" ucap Raza penuh penekanan.

"Dia dia aku aku" lanjut Raza.

Raza berdiri.
"Aku kekamar. Tugas sekolah banyak banget" semua menatap nya. April memandang Alfi tajam.

Ia melenggang begitu saja. Makanan nya tak ia sentuh. Padahal dari pagi ia tak makan dan minum.

April menyesal. Ia kira dengan mendudukkan Raza disamping Alfi agar membuat mereka kembali baikan. Ternyata ia salah.

April ikut berdiri. Membuat semuanya menoleh.

"Kemana?" Tanya Hareem

"Nyusulin Raza pa. Dia belum makan" ucap April

"Gak usah. Biar Apa aja nanti. Kamu lanjutin makan kamu" balas Hareem. Membuat April mau tak mau mengangguk. Ia menatap pintu kamar Raza. Lalu menghela nafas pelan.
*************************
Raza kesal. Sangat malah. Ia tak habis pikir dengan Abang nya itu. Masa ia di samain dengan Naya pacar abang nya itu.

"Aku benci abang"

Ia mengambil boneka pemberian Alfi. Lalu menampar nya menganggap boneka itu adalah Alfi.

Tok... tok... tokk
Pintu kamar diketuk. Raza menghentikan aktifitas nya.

Ia melangkah kan kaki nya.
"Siapa?" Tanya nya terlebih dahulu.

"Apa" sahut diluar

Raza membuka pintu nya. Apa nya membawa nampan berisi nasi beserta lauk-pauk nya.

Raza duduk di tepi ranjang biru nya.
Diikuti Hareem. Hareem mengelus rambut Raza.

"Aku gak suka Pa abang samain aku sama pacar abang" Raza membuka suara nya.

"Apa tau. Sekarang makan dulu. Belum makan kan?" Tanya Hareem.

"Belum"

"Sekarang makan"

Raza mengangguk. Ia pun memakan dengan lahap.
Setelah makan ia merebahkan kepala nya di paha Hareem. Dan selanjutnya ia tertidur dengan damai.
********************
April memandang Alfi tajam. Keduanya berada di ruang keluarga.

"Ama minta tolong sama kamu. Jangan bawa nama Naya"

"Kamu kan tau Raza itu berubah gara-gara kamu juga"

"Wajar Raza marah sama kamu"
Ucap April.

"Maaf Ma" ucap Alfi

"Kamu jangan minta maaf sama Ama. Minta maaf tuh sama Raza. Kenapa? Raza gak mau? Usaha dong. Kaya kamu usaha buat dapetin hati Naya" ucap April yang mulai tersulut emosi.

S K A K M A T. Alfi terdiam. Ucapan Ama nya pas sasaran.

Alfi tak marah semua orang menyalahkan nya karena Naya. Nyata nya memang seperti itu. Ia akan lupa segalanya jika bersama Naya.

"Iya Ama" jawab Alfi

April tidak menjawab. Ia meninggalkan ruangan untuk meredam emosi nya.
***********************
Disini gak ada scene Fazzil yaa.
Adanya scene Alfi.
Kasian ya Alfi. Salah dia juga sihh.

Yaudah jangan lupa vote!

-RaudatusSyifa

ADIK KELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang