Tiap hari,
Aku melihatnya.
Tersenyum dari jauh.
Tanpa berani mendekat.Tiap hari,
Aku meliriknya.
Melirik dari jauh.
Tanpa berani menatap ke dalam manik matanya.Tiap hari,
Aku berdiri.
Berdiri dari ambang pintu kelasku.
Dan melihat petikan jari lentik itu pada dawai gitar milik temannya.Tiap hari,
Aku jatuh hati.
Jatuh pada hati yang salah.
Tanpa berani untuk menjadi benar.Tiap hari,
Aku berdoa.
Berdoa pada sang Tuhan.
Bukankah ini satu-satunya cara mencintainya yang paling benar?-Abang Manis Yang Tak Kunjung Peka.